Ini sudah berakhir.
Midorima menoleh dah takao kembali lenyap dari beranda itu. Seperti duabelas tahun yang lalu.Dia mungkin minum terlalu banyak.
Bisa jadi midorima mabuk berat.
Tapi hei, kepalanya benar2 kacau dan jantungnya berdegup keras. Haruskah dia mendengarkan kegilaannya untuk berlari,menyusul? Sementara mungkin saja. Kali ini... Semuanya akan berakhir dan resmi midorima akan menjadi manusia baru yang hidup tanpa takao kazunari.Seperti yang ia rencanakan (atau setidaknya berusaha keras untuk itu) selama tahun2 terakhir, saat akhirnya ia letakan cincin pada jemari wanita yang mencuri hatinya yang tersisa setengah (jangan tanyakan kemana setengahnya hilang)
Midorima berjalan gontai ,menatapi gerimis yang mereda diatas sana. Kepalanya dingin. Pun hatinya beku. Dia harus bertahan untuk mencegah kakinya menyusul. Dia kuat. Seharusnya dia kuat. Duabelas tahun.harusnya mempu menumbuhkan dendam.
Takao jahat bukan? Dia tak pantas untuk ini.Takao tak pantas untuk ini.
"BAKAOOO!!"
Nafas midorima nyaris meledakan parunya. oh tuhan, kenapa dia lemah sekali?"Shinchan? Ke-kenapa menyusul kesini?"
"Aku mencintaimu."
Meluncuri mulut midorima.
Hujan benar2 berhenti dan mendung membuat semua orang pergi. Keduanya terbelit hening dan rindu."Aku juga ..." takao melirih.
Bertahun-tahun moment ini tertunda.
Jiwa midorima terpaku. Sejujurnya dia membayangkan ini jutaan kali selama ini. Berharap bahwa tiba2 saja, saat pulang dari kantornya. Ataupun sekedar menatap kilas bayangan takao di toko buku. Dia ingin bertemu.Dia ingin menuntaskan ganjalan sialan ini.
Hahaha, aneh rasanya, malam dimana pernikahannya hanya berselang hitungan minggu, midorima menemukan bahwa cinta pertamanya--orang yang menjadi delusi paling nyata di bagian hidup terkelamnya. Membalas perasaannya.
Wajah takao tersenyum hangat.
Sungguh lama sekali midorima tak melihat wajah brengsek takao seperti itu.Wajah yang menyerah pada mimpinya. Persis sama seperti hari terakhir nya menatap takao,dua belas tahun lalu.
"Tapi itu dulu bukan?" ujar takao terkekeh.
Dan ya... Itu tidak sepenuhnya salah. Midorima hanya menatap pilu.
ia punya kehidupan baru, dunia baru, dan apapun yang dia butuhkan untuk lupa.
waktu membuatnya sembuh dari luka, dan mampu mencintai orang lain yang lebih pantas untuk di cintai.Jelas orang itu bukan takao kazunari.
Jarak mereka hanya dua meter kini. Bahkan sedikit saja midorima kembali berlari mendekat, mereka mungkin saja...
Mungkin saja punya kesempatan untuk bersama."Mari kembali menjadi orang lain" Putus midorima.
Ya..dosa takao tak termaafkan.
Apapun alasannya.
Bagaimanapun kondisinya.Takao tersenyum lebar. Cerah.
Damai.
Persis seperti damai di hati midorima."Hahaha, orang lain yang penuh dengan kenangan." ujar takao . sialan. Air matanya membeludak ingin tumpah. Midorima berdoa bahwa tuhan mengijinkannya untuk terlihat keren sampai akhir.
"Aku tidak akan datang loh kepernikahanmu." takao terkekeh.
"Aku tidak mengundangmu,nanodyo" Midorima tersenyum.
"Hahaha, jangan menyesal saja."
Midorima menatap takao. Mengabadikan sosok itu untuk terakhir kalinya.
Hening. damai...
kedua nya melangkah berbalik pergi. Bersebrangan arah.dan Kali ini tanpa selamat tinggal.
Karna orang asing tak pergi dngan memberi salam
.
.
Dan langkah kesepuluh, saat takao.menoleh dan midorima.sudah hilang dengan menaiki taksi ..
Air matanya meleleh keluar.
..
.
.
.
."Kita adalah orang asing yang terlalu banyak memiliki memori."
.
.
.End
(Seharusnya)