Satu

28 9 28
                                    

Akhirnya setelah 5 tahun meninggalkan negara ini, tanah kelahiranku. Sampai juga aku dengan selamat di sini. Menempuh pendidikan di negeri orang memang terasa rindu yang sangat. Pada keluarga, teman-teman dan suasana kota ini.

Ingin rasanya cepat meninggalkan bandara ini. Dan sampai ke rumah dan kamarku yang nyaman. Hingga ada seseorang yang tiba-tiba berdiri didepanku dan menatapku tanpa berkedip. Seperti baru saja melihat hantu.

"Rindu!" Kata lelaki itu.

"Maaf, anda salah orang." Sahutku dan bergegas ingin pergi dari hadapan pria ini.

"Kamu jangan pura-pura gak kenal sama aku Rin."

"Tapi nama saya bukan Rindu, permisi."

"Kamu gak akan bisa pergi lagi dari aku." Aku segera berlari dari pria aneh yang memanggil nama Rindu.

Namaku bahkan tidak ada unsur Rindunya, bagaimana bisa dia salah mengenali orang. Sampai di depan pintu keluar aku melihat Ayah dan Bunda sudah menungguku dan menyambutku dengan senyum hangat.

"Ayah...Bunda, Aka kangen." Ucapku saat sudah berhadapan dengan kedua orang tuaku yang sangat ku cintai.

"Aduh anak gadis ayah, akhirnya pulang juga."

"Perjalanan pasti melelahkan kan? Ayo kita pulang, Bunda sudah siapin makanan kesukaan Aka."

"Beneran Bun? Aka sudah lapar nih."

"Ya udah, ayo kita pulang." Ajak Ayah pada ku dan Bunda.

***

"Selamat datang, Cempaka Ramita Sajid." Suara gaduh dari kedua Kakak ku.

"Kak Bagas, Kak Rama."

"Adik kecilku akhirnya pulang juga." Ucap Kak Bagas terlebih dahulu dan memelukku hangat.

"Dih, Kak Bagas aja ni yang dipeluk? Aku gak?" Sekarang giliran Kak Rama yang mendekat tapi tidak langsung memelukku.

"Kak Rama, Aka juga kangen sama Kakak." Sambil sedikit belinang air mata, karena dari kecil aku tidak pernah berpisah dari semua orang yang ada di rumah ini.

"Kangen-kangenannya nanti lagi, Aka udah lapar loh Kak." Ujar Bunda, saat kami bertiga masih saja berpelukan seperti Teletubis.

***

"Beneran Kak, kemarin Aka dicegat orang." Aku mulai menceritakan hari kemarin saat di bandara.

"Ya udah Dek, gak usah dipikirin. Yang pentingkan gak ketemu lagi sama orang itu." Ucap Kak Bagas menemangkan.

"Kalau ketemu lagi, Aka langsung kasih tau Kak Rama. Biar Kakak yang kasih tau kalau Nama Adek kecil Kakak itu Cempaka bukan Rindu."

"Udah ceritanya, kalian berdua gak berangkat ke kantor? Ini udah jam berapa?" Ayah mengingatkan kedua Kakakku yang masih asik mendengarkan ceritaku.

"Iya, yah." Jawab mereka bersamaan. Langsung beranjak untuk berangakat bekerja.

Aku tersenyum melihat mereka, karena sampai sekarang masih saja menganggapku adik kecil dan sangat menyayangiku. Dulu saat aku meminta ijin untuk kuliah di luar mereka adalah orang yang paling melarangku.

Bahkan mereka mengantarku sampai menetap selama satu minggu, kalau buka karena Ayah yang memerintahkan untuk pulang ke Indonesia, sudah pasti mereka akan tetap bersama denganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang