⚠Warning⚠: kalimat bercetak miring adalah bagian dari flashback.
.
.Impiannya tercapai dengan sangat baik. Kemampuan yang dimilikinya sejak lama itu seakan menjadi alasan dibalik pekerjaannya yang cukup sukses.
Menjadi salah satu dari sekian banyak fotografer terbaik di Korea Selatan bukanlah sesuatu yang ia peroleh hanya dengan menjentikkan jari. Ia perlu menaiki satu persatu anak tangga, terkadang terpeleset hingga ke anak tangga yang paling bawah, lalu kembali naik ke atas dengan usaha yang cukup melelahkan.
Johnny Seo, hidup berkecukupan sejak kecil, namun lebih suka menjadi seorang fotografer di Korea dan meninggalkan segala pekerjaan besar yang sangat menantikan dirinya sebagai calon presdir yang baru.
"Sesi pemotretan sudah selesai, aku akan mengabari anda saat semua fotonya sudah selesai di proses."
"Senang bekerja sama denganmu, John. Hasil jepretan mu tidak pernah mengecewakan. Lain kali aku akan menggunakan jasamu untuk memotret model kami."
"Ah, terima kasih Tuan Kang."
"Baiklah, aku permisi. Jangan lupa untuk edit fotonya dengan baik."
"Hati-hati di jalan, sampai jumpa."
Johnny seketika menghela nafas panjang setelah pria yang sudah menginjak kepala empat itu pergi dari studio pemotretan. Asistennya, Kim Jungwoo tengah sibuk membereskan beberapa perlengkapan, sedangkan di satu sisi Johnny harus pergi ke suatu tempat untuk sebuah urusan penting.
"Jungwoo-ya, tidak masalah jika kau membereskan semua ini? Aku ada urusan penting di luar."
"Tentu, Hyung bisa pergi. Aku baik-baik saja dengan semua ini."
"Thanks."
Pria jangkung itu sempat tersenyum sekilas kemudian berlari keluar studio setelah melepaskan kamera DSLR merk ternama yang tergantung di lehernya.
Sedan hitam milik Johnny seketika melaju kencang, membelah jalanan yang lumayan ramai dengan kendaraan lainnya. Alunan musik western menggema di dalam mobil, bahkan Johnny sendiri sesekali menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama lagu demi menghilangkan kebosanannya di dalam mobil.
Biasanya akan ada orang lain yang duduk di sebelahnya, namun sekarang tidak lagi. Sebuah kesalah pahaman berhasil membuat seseorang yang ia anggap paling berharga dalam hidupnya seketika pergi dengan sangat cepat.
Salahkan Johnny karena tak bisa mengerti kondisi sekaligus mudah terbawa emosi hanya dalam sepersekian detik.
Bodoh.
.
.
.
"Aku sudah menunggumu di tempat yang kau janjikan. Apa kau masih dalam perjalanan?"
[Ah ya, aku sedang dalam perjalanan. Lebih tepatnya berjalan kaki menuju lantai tiga.]
"Cepat sedikit, kau tahu kalau aku tidak bisa menunggu lama kan?"
[Arasseo... Aku sudah- Oh! Aku bisa melihatmu dari sini.]
Pria bertubuh pendek itu seketika menatap ke sekeliling, mengabaikan panggilan yang masih terhubung dan lebih memilih untuk mencari sosok pria yang lebih muda darinya itu.
"Ten Hyung! Aku di depanmu~"
Suara bariton itu terdengar dengan nada yang terdengar menjijikkan di telinga Ten. Sebuah pelukan erat seketika melingkupi tubuh pendeknya saat pria yang lebih tinggi darinya itu memberikan sambutan selamat datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph •Johnten•
Fanfiction⚠Cerita ini di dasarkan pada teori Johntography: Look into my eyes dan Tentography: Eyes see a rainy day⚠ • Johnny adalah seorang fotografer yang menjalani karir di Seoul sejak 4 tahun. Lalu di sisi lain sang mantan kekasih, Ten, diam-diam mengambil...