Gudang Senjata

382 24 0
                                    

Author POV

Pagi hari pun tiba, keluarga Sakamaki kecuali Kirana sedang memakan sarapan mereka masing-masing. Karena merasa ada yang kurang, Rosella menoleh kearah tempat duduk Kirana.

"Dimana Kirana?" tanyanya.

"Dikamar, okaasan," jawab Subaru.
"Dikamar," gumam Rosella. Subaru menganggukkan kepala.

"Apa asmanya kambuh lagi ya?" batin Rosella. Ia menghela nafas berat lalu melanjutkan makannya.

Kirana POV

Hah, kenapa asmaku kambuh lagi sih. Yang penting saat ini aku bisa merasakan nafasku mulai stabil. Aku mendudukkan diri diatas kasurku sambil membaca novel kesukaanku. Hah, andaikan penyakit asmaku tidak kambuh seperti ini, aku bisa sarapan bareng keluargaku.

"Kirana, apa kau didalam?" tanya seseorang sambil mengetuk pintu. Ah, itu pasti suara ibu.//kan perempuannya lu ama ibu lu, gimana sih lu itu,//.

"Iya, bu, aku didalam," jawabku. Pintu pun terbuka. Masuklah ibuku sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat mangkuk dan segelas susu putih. Ia menghela nafas lega.

"Hah, syukurlah kau baik-baik saja," ucapnya. Aku tersenyum simpul sambil menutup novelku. Ibu berjalan menuju ke arahku.

"Sepertinya, malam ini kau harus istirahat di rumah, ibu buatkan surat izin agar kau bisa istirahat dengan tenang dirumah," ujar ibu. Aku terkejut.

"Bu, aku ingin sekolah," elakku.

"Yang dikatakan okaasan itu benar, Kirana," kata seseorang. Aku dan ibu menoleh ke sumber suara. Terdapat otousan, kak Laito, kak Subaru, dan kak Kanato. Aduh, aku kok rada takut ya sama kak Kanato. Mereka berempat berjalan menuju kearahku dan ibu.

"Hah, cepat sembuh ya, Ki-chan," ucap kak Laito.

"Istirahat dulu sana, jangan kemana mana, tetap tiduran di ranjang," kata kak Subaru. Aku mendengus kesal.

"Halah, situnya aja yang senang biar bisa berduaan sama seseorang," derutuku.

"A-apa, apa kau bilang?" tanya kak Subaru.

"Berduaan sama seseorang alias pacar," jawabku. Jika di film-film nih, perempatan di kening kak Subaru muncul. Yap, betul, marah.

"Kau, aku tidak punya pacar tahu," geramnya.

"Siapa tahu punya, dasar kakak tsundere," balasku.

"Hei, aku tidak tsundere," elak kak Subaru.

"Mana ada tsundere yang ngaku," sahut kak Laito sambil membenahi topi fedoranya. Aku tertawa terbahak-bahak sedangkan ibu dan otousan menggelengkan kepala karena tingkah kedua anak laki-laki mereka.

"Kirana-chan," panggil kak Kanato. Aku menoleh kearah kak Kanato. Perasaan takut masih ada dalam diriku.

"Soal tadi malam, aku minta maaf ya," ucap kak Kanato. Aku tersenyum simpul.

"Tidak apa apa kok, kak, aku sudah maafin kakak," ucapku. Kak Kanato tersenyum simpul sambil mengeratkan pelukannya ke boneka teddynya.

"Kirana-chan, kau mau permen?" tawarnya. Aku menoleh kearah permen yang di genggam oleh kak Kanato. Terdapat empat buah permen terdiri atas rasa coklat, strawberry, blueberry, dan vanila.

"Yang coklat, boleh?" tanyaku.

"Silahkan," jawab kak Kanato. Aku mengambil permen rasa coklat dari tangan kak Kanato.

Step Sister for Sakamaki|[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang