04

64 20 22
                                    

Now playing : Tulus-Sewindu

_________

"Yak, kali ini kita bakal dengerin lagu request dari salah satu pendengar setia yang katanya lagi galau parah.. Sebentar, judulnya ... Oh! Sewindu nya Tulus! Okay, lets play it now. Enjoy!" oceh penyiar radio memenuhi telinga Dika yang tersumpal earphone.

Lagu mulai diputar. Jujur, Dika belum pernah mendengar judul lagu yang barusan mbak penyiar itu bilang. Tapi apa salahnya dengerin lagu baru yang asing di pendengarannya?

Sudah sewindu ku di dekatmu
Ada di setiap pagi, di sepanjang harimu
Tak mungkin bila engkau tak tahu
Bila ku menyimpan rasa yang ku pendam sejak lama

Dika termenung lama. Lagu ini mencerminkan dirinya. Dika jadi kembali teringat Isna. Senyumannya. Tingkahnya. Sikapnya. Dan entah kenapa itu membuat Dika kangen.

Setiap pagi ku menunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu

Itu kebiasaannya. Menunggu Isna di setiap pagi. Menyapanya. Menemaninya ke sekolah. Mengantarnya pulang. Dan berakhir dengan ia yang cengar-cengir sendirian di kamar.

Sesaat dia datang pesona bagai pangeran
Dan beri kau harapan bualan cinta dan masa depan
Dan kau lupakan aku semua usahaku
Semua pagi kita, semua malam kita

Dika jadi teringat Hasan. Dan sekali lagi ia mengingat kejadian tadi siang bersama Isna. Memorinya kembali memutar saat ia mendengar percakapan Isna dan Hasan. Dengan Isna yang merona merah, dan Hasan yang tersenyum disetiap tutur katanya.

Sialan! Dika mengumpat dalam hati. Apa yang harus dia lakukan besok? Bagaimana reaksi Isna saat bertemu dengannya? Apa Isna marah? Apa Isna membencinya? Apa Isna merasa bersalah? Haruskah Dika melakukan kebiasaan rutin nya selama delapan tahun terakhir ini? Apakah Dika harus melontarkan guyonan garing ke Isna seperti biasanya? Entahlah. Dika belum memikirkannya.

Oh tak akan lagi ku menunggumu di depan pintu
Dan tak ada lagi tutur manis ku merayumu

Lagu terus berputar. Dan itu seperti pencerahan bagi Dika yang sedang buntu memikirkan tindakannya esok pagi. Benar kata Tulus, yang perlu ia lakukan hanyalah menghilang dari hidup Isna. Dia kan sudah berjanji pada diri sendiri tadi siang kalo dia akan ikhlas. Ia akan melupakan. Ia akan merelakan.

Kata orang, cinta tak harus memiliki? Kata orang, kita bakal bahagia kalo orang yang kita cintai juga bahagia. Saat ini, cowok berambut klimis yang berubah lepek gara-gara keringetan itu sedang berusaha mempercayai apa yang orang bilang. Jadi Dika cuma bisa pasrah.Kalo Isna bisa bahagia bersama Hasan, dia juga harus turut bahagia, kan? Dika harus ikhlas. Demi Isna.

Lagu mencapai bagian bridge.

Jujur memang sakit di hati
Bila kini nyatanya engkau memilih dia
Takkan lagi ku sebodoh ini
Larut di dalam angan-angan tanpa tujuan

Lagi-lagi Dika menyetujui ucapan Tulus di lagunya. Dika emang bodoh. Mengejar cinta semu dan bayang-bayang Isna yang tidak mungkin dapat ia raih.

Lagipula jika dibandingkan, Dika jelas kalah telak dari Pak Hasan. Bagaikan langit dan bumi. Hasan ganteng, Dika B aja. Hasan soleh menurut Dika, sedangkan cowok itu lagi-lagi B aja. Malah kadang solatnya masih bolong satu-dua kali, rakaat yang harusnya empat jadi lima gara-gara nggak fokus--atau malah di korupsi jadi tiga, ngaji bisa dihitung jari, jauh lah pokoknya dari kata soleh. Hasan dewasa, dia boro-boro! Mau pipis malem aja kadang suka gak berani, dan berakhir ditahan sampe paginya. Hasan juga udah punya penghasilan, lah Dika? Masih ngumpet di ketek Bubunya. Duit kagak ada, pekerjaan apalagi! Makanya Dika yakin banget satu juta persen, kalo Isna bakal milih Hasan yang lebih apa-apanya daripada Dika si culun.

(SOS#1) : SEWINDU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang