Dua Cinta

588 85 9
                                    

Cinta.

Frasa tunggal penuh teka-teki. Tipu muslihat. Terlihat sederhana. Namun kompleks bagai labirin. Kau bisa bahagia dibuatnya. Kau juga bisa hancur karenanya.

Dalam kasus Rangga dan Dilan, mereka merasakan keduanya.

Cinta membuat mereka kuat. Seolah mampu menantang dunia. Membuktikan bahwa perasaan terlarang ini benar.

Cinta juga yang membuat mereka menderita. Memikirkan keputusan yang diambil tanpa pikir panjang. Ekspektasi dan norma. Tekanan. Mereka hancur.
Tersaruk. Berdarah dan tertatih di jalan berbatu. Dunia menutup mata. Mereka terbuang.

Setidaknya mereka masih bersama.

Cinta mereka masih bertahan. Kuat walau dunia ingin memisahkan.

Dan menang. Setelah tahun demi tahun penuh caci dan maki. Cinta mereka menang. Dunia akhirnya mengakui.

Mereka tak lagi terbuang.

"Kamu mulai lagi,"

Rangga menoleh. Teman hidupnya tersenyum tipis. Mendudukkan diri di sampingnya.

"Mukamu masam. Lagi mikirin sesuatu?" Dilan bertanya, rambutnya tersibak angin sore.

"Kita. Tentang Cinta. Dunia." Rangga meraup nafas, menghembuskannya lamat-lamat. "Saya sempat berpikir kalau apa yang kita perjuangkan sejak dulu akan berakhir sia-sia. Semuanya. Kita akan tetap menjadi orang buangan. Tapi saya pikir, tak apa. Selama ada kamu, saya bisa. Sanggup melawan dunia. Dan sekarang? Dunia tidak lagi menutup mata, tidak lagi membuang kita. Cinta kita menang. Semua yang kita perjuangkan berhasil. Kamu, saya, kita bisa bersama tanpa harus takut lagi."

Dilan mengangguk.

"Ya. Meski tidak semuanya bisa menerima. Setidaknya dunia sudah mengakui dan menerima. Apa yang kamu dan aku perjuangkan, apa yang membuat kita bertahan...dunia sudah mau membuka mata dan menerima. Itu sudah cukup buatku."

"Untuk kita."

DuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang