Prolog

445 64 29
                                    

"Jungkook-ah!"

Laki-laki itu berseru lantang. Dan tak berselang lama setelah itu, seorang laki-laki muda langsung menghampirinya di dapur dengan langkah tergopoh selagi membawa piring-piring kotor di atas nampan.

Selepas meletakkan seluruh pekerjaannya tadi di dekat washtafel, laki-laki yang diketahui bernama Jeon Jungkook itu segera menghampiri si koki utama di rumah makan ini, Kim Seokjin.

"Tolong kau antarkan pesanan ini," Kata Seokjin. Ia mengambil kotak itu lalu memasukkannya ke dalam kantong plastik. "Ini alamatnya,"

Jungkook mengangguk dan menerima kantong plastik itu beserta kertas kecil yang disodorkan Seokjin.

Untuk sejenak, ia mengamati kertas itu. Bibirnya menggumamkan deretan kata yang tertulis disana.

Oke, ia tahu tempat ini. Jadi, tak akan mungkin dirinya tersesat seperti mengantarkan pesanan waktu itu.

Setelah berpamitan pada Seokjin, Jungkook bergegas keluar dan menunggu bus yang lewat.

Ini sedikit merepotkan. Juru antar sepertinya setidaknya haruslah memiliki kendaraan pribadi, entah sebuah motor atau hanya sepeda. Ini akan irit biaya dan lebih praktis.

Pernah sekali Jungkook mengantarkan pesanan pada seorang pekerja kantoran. Saat itu tak ada satupun kendaraan umum yang lewat mengingat waktu telah menunjukkan hampir tengah malam.

Akibatnya, Jungkook memilih berjalan kaki.

Ekspektasi jauh dari realita. Bukannya si pemesan menyambut senang kedatangannya, ia langsung memaki Jungkook karena keterlambatannya. Ia tak iba sama sekali dengan usaha Jungkook dan justru melemparkan kotak makanan itu di wajah Jungkook.

Wajah dan pakaiannya kotor. Hatinya sakit. Dan di perjalanan pulang, ia menangis.

Ditambah, gajinya harus dipotong untuk mengganti rugi makanan yang tak dibayar si pemesan sialan itu.

Meski sering mengalami hal seperti itu tak membuat Jungkook berhenti dari pekerjaannya dan mencari profesi lain yang setidaknya tak akan membuat harga dirinya terinjak-injak.

Satu hal yang membuatnya terus bertahan adalah sebuah pepatah lama,
Usaha tidak pernah menghianati hasil.

Yeah, tidak ada yang pernah tahu rencana Tuhan. Mungkin saja lima atau sepuluh tahun lagi Jungkook juga bisa membuka sebuah rumah makan mewah. Siapa tahu,

Bus menepi, kemudian berhenti di depannya. Setelahnya, Jungkook segera masuk.

*****

Sekali lagi, Jungkook mengamati sebuah gedung olahraga di depannya dan kertas kecil yang dibawanya bergantian.

Tidak salah lagi. Tulisan di kertas sama dengan alamat gedung di depannya.

Jungkook memasukkan kertas itu ke saku celananya. Dilihatnya kotak di dalam plastik yang sedari tadi dibawanya.

Baiklah, sebentar lagi pekerjaanku selesai, batinnya.

Setelah memastikan jalanan sepi, ia menyeberang dengan hati-hati.

Baru saja akan melangkahkan kakinya masuk, ia dihadang seorang petugas penjaga pintu masuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Same Love [BTS VKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang