"Ketika ketakutan datang mendekap, ada sebuah uluran tangan yang mencoba menggapai dan mencoba menyalurkan sebuah kekuatan, mencoba memeluk diri untuk menahan beban bersamanya ."
*****
Mentari sudah mulai menyisir Fajar di pagi yang penuh dengan kabut dingin nan sejuk, ketika para penghuni rumah sederhana itu masih pada terlelap Mentari sudah terbangun lebih dulu untuk bersiap diri, walau di hari libur. Seperti biasa ia akan berkeliling kompleks untuk berolahraga.
"Udah bangun kamu de? Mau kemana? Kok tumben udah rapih? " Tanya Bintang pada Mentari.
"Keliatannya gimana? Aku mau lari pagi keliling komplek lah, kakak mau ikut?" Sahut Mentari.
"Oh, kamu mau olah raga rupanya. Bentar ya kakak ganti baju dulu" sahutnya seraya pergi meningglakan Mentari seorang diri.
Tanpa Mentari sadari ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari arah dapur rumahnya. Ya, Fajar Putra Pratama yang sedang memperhatikan gerak gerik Mentari dari tadi. Ia juga sebenarnya sudah siap untuk berlari keliling komplek, tapi karna dia haus maka ia pergi dulu ke dapur untuk sedikit membasahi kerongkongannya yang kering sebelum pergi olah raga bersama Bintang.
"Mau ke mana de, udah rapih?" Tanya Fajar pada mentari dari arah belakang.
"Astagfirullah, kaka bikin aku kaget aja tau ngga? Untung aku ngga jantungan coba, gimana kalo aku jantungan ?" Katanya nyerocos panjang lebar yang hanya di balas senyuman oleh Fajar.
" Kak Fajar ngapain dari sana? Tiba - tiba muncul dari belakang." lalu hanya di balas senyuman lagi oleh Fajar.
"Kok senyum sih, bukannya minta maaf." Cebiknya pada Fajar.
"Kalo kak Bintang tau, kakak pasti kena marah lo sama kak Bintang." Katanya lagi, belum menjawab pertanyaan Fajar.
"Iya, aku minta maaf udah ngagetin kamu." Katanya tulus.
"Permintaan maaf diterima." jawabnya sambil nyengir kuda "Eh iya, aku mau lari keliling komplek kak. Kenapa? Kakak juga mau lari?" Katanya menjawab pertanyaan Fajar tadi, seraya bertanya.
"Oh, ayo kita bareng aja gimana? Tapi Bintang belom turun ya?" Tanyanya pada Mentari, pura-pura tidak tau.
"Lagi ganti baju dia kak." Jawab mentari singkat.
"Tadi aku ajak dia katanya ngga mau. Males katanya, mending tidur."
"Kebiasaan dia kak, dari dulu ngga berubah emang. Makin tua makin pemalesan." katanya.
"Siapa yang pemalesan?" Mentari terlonjak mendengar suara bariton dari arah belakangnya.
"Eh, kak Bintang." Katanya cengengesan.
"Tadi siapa yang katanya pemalesan dari dulu?" Tanyanya sekali lagi.
"Emmmm, anu... Anu" katanya tergagap.
"Siapa?" Kata Bintang.
"Itu Ayah sama Ibu, kalo diajak lari ngga pernah mau walau hari libur." Katanya berbohong.
"Jangan bawa-bawa orang tua lo kalo mau bohong de, nanti kualat kamu" kata Bintang pada Mentari.
"Heheheheh.... " Hanya cengiran yang di tunjukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Army
RomanceFajar Putra Pratama, siapa yang ngga kenal dia. Salah seorang anggota dari kemiliteran yang dipandang disiplin juga tegas, dengan sejuta prestasinya menjadi alumni AKABRI ter-muda yang hebat. Dan menjadi siswa terbaik selama pendidikan dan peraih pe...