Gadis itu...

14 0 0
                                    

Hari ini hujan.
Kulihat sekeliling dan tidak ada seorang pun disini. Sepertinya orang-orang begitu membenci hujan, ya. Tapi aku menyukainya. Di sisi lain, ada seseorang yang berjalan menuju ke arahku. Oh, seorang gadis? Dia begitu cantik bahkan saat dia menunduk dan  rambutnya sedikit basah terkena hujan. Kedua matanya bertemu dengan kedua mataku dan kemudian dia tersenyum. Senyumnya begitu cantik. Dia berlari kecil ke arahku.

"Uhm- permisi. Bolehkah aku berbagi payung denganmu?" Tanyanya.

Aku terkejut. Seharusnya aku yang menanyakan itu, bodohnya.

"Tentu saja"

Hening. Hanya terdengar suara rintik hujan yang semakin deras. Ku tatap dia yang berdiri di sampingku. Dia sedang menutup matanya dan tersenyum manis. Pipinya yang agak berisi semakin terlihat jelas. Lucunya.

"Kau tau? Aku sangat menyukai hujan." Ucapnya tiba-tiba dan melirik ke arahku.

"Mengapa? Orang lain justru membencinya"

"Hujan itu memberikan kita ketenangan. Suara rintik hujan yang beraturan itu, entah kenapa membuatku rileks"

"Hanya itu?"

"Tidak. Kau tau apa yang lebih hebat?"

"Apa?"

"Hujan tidak akan membiarkan orang lain tau saat kamu menangis. Bahkan saat kamu teriak pun, hujan menutupi itu. Hujan teman terbaik, bukan?" Dia terkekeh kecil.

"Saya suka pemikiranmu, Nona"

"Benarkah? Orang-orang sering memanggilku aneh karena hal itu"

"Tidak. Kamu tidak aneh"

Kami mengobrol banyak setelah itu. Wanita ini sangat cerewet, dia tidak berhenti menceritakan sesuatu yang menurutnya lucu dan menarik. Bahkan sekedar kucingnya yang memiliki 3 anak kembar dan sekarang sedang hamil lagi. Dia bilang, sebentar lagi mungkin dia akan mempunyai selusin cucu dan akan menjadi nenek di umur yang sangat muda. Astaga, haha.
Melihat dan mendengarkan dia berbicara membuatku sedikit tenang? Dia seperti memiliki daya tarik tersendiri.

Rintik hujan mulai reda, sepertinya sebentar lagi akan berhenti. Ah, entah kenapa aku tidak ingin hujan kali ini berakhir.

"Hujannya mulai reda" ujarnya sambil menjulurkan tangan.

"Hm, sepertinya begitu." Jawabku singkat.

"Mungkin aku harus pergi sekarang, cucuku menunggu di rumah!" Katanya bersemangat.

Aku tertawa dan mengangguk cepat.

"Jangan lupa belikan cucumu makanan, mereka pasti lapar"

"Tentu saja. Terima kasih atas tumpangannya, Tuan!" Ujarnya dan kemudian berlari kecil menuju jalan pulang.

Oh? Aku melupakan sesuatu.

"Nona! Siapa namamu?" Teriakku lantang.

Dia berhenti dan berbalik ke arahku.

"Yuna!" Balasnya tidak kalah lantang.

"Saya Hoshi! Sampai jumpa lagi, Yuna!"

Dia tersenyum dan melambaikan tangan ke arahku.

Yuna. Yuna. Yuna.

Aku pasti akan selalu mengingatmu. Sangat berharap bisa bertemu denganmu lagi, gadis cantik yang memiliki pemikiran yang unik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis itu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang