Kamar milik remaja itu tetap rapi walaupun saat ini sedang ada anak kecil yang berlarian membuat keributan di dalam kamarnya. Remaja laki-laki itu tetap tertidur dengan nyaman dan merasa tidak terusik sedikitpun dengan suara gaduh yang ditimbulkan adik dari sahabatnya itu.
"Bang Ajam, ngun. Mamam."
Anak laki-laki kecil keturunan Sunda yang masih berusia 2 tahun itu terus berusaha membangunkan Azzam yang masih setia dengan mimpinya.
Melihat tidak ada pergerakan dari Azzam membuat Naufal -anak kecil itu- akhirnya menaiki punggung Azzam yang posisi tidurnya tengkurap.
"Bang ngun, angun!" Naufal terus meneriaki nama Azzam agar sahabat Aa-nya itu bangun. Karena kesal, pada akhirnya Naufal melompat-lompat di atas punggung Azzam, dan berakhir jatuh menimpa kepala Azzam.
"Akh.."
"Bang, huaaaaaa."
Azzam masih berusaha mengumpulkan kesadaranya setelah bangun tidur saat mendengar tangis Naufal. Dahi pemuda itu mengernyit melihat seorang anak kecil yang tengah terduduk di depan tempatnya berbaring sambil menangis.
"Naufal?" Azzam beringsut bangun dari tidurnya. Ia langsung menarik Naufal dan menenangkannya.
"Naufal kenapa?" Tak lama Naufal langsung terdiam. Mata sembabnya menelusuri wajah Azzam yang masih kusut khas orang bangun tidur.
"Bang akit. Pal njak Bang," jelasnya dengan sedikit sesenggukan.
Azzam tersenyum. Naufal rupanya merasa bersalah setelah bermain-main dengan melompat-lompat di atas punggungnya.
"Nggak sakit." Lagi-lagi Azzam tersenyum sambil menarik hidung bangir Naufal.
"Loh Naufal disini? Kan tadi udah Aa bilang Bang Azzam masih tidur." Galih yang adalah kakak Naufal sekaligus sahabat Azzam masuk dan mengambil adiknya dari pangkuan Azzam.
"Dia ganggu lo?" tanyanya pada Azzam.
"Nggak. Cuma main-main dikit. Tumben pagi-pagi kesini?" Tanya Azzam sambil menyingkap selimutnya.
"Iya. Tadi habis sholat Subuh Naufal langsung ngajak main kesini. Eh ternyata kata nyokap lo, lo malah barusan pulang dari Bogor dan langsung tidur."
"Iya. Nenek kangen, jadi kesana deh. Terus Papa hari ini mendadak ada acara, jadi langsung pulang pagi-pagi."
Galih manggut-manggut saja sambil memperhatikan Naufal yang mulai sibuk dengan miniatur di meja belajar Azzam.
"Dek, jangan diberantakin meja Bang Azzamnya."
"Udah nggak apa-apa, namanya juga anak kecil. Gue mandi dulu."
"Eh..btw udah sarapan?" Tanya Azzam sambil menenteng handuknya.
"Udah lah. Udah jam 10 ini. Lo sih ngebonya kebangetan."
Mendengar penjelasan Galih, bukannya segera beranjak ke kamar mandi, Azzam malah berjalan menuju jendela balkon yang tertutup rapat.
"Astagfirullah, kesiangan!" Azzam buru-buru masuk ke kamar mandi.
Hari ini hari Minggu. Galih tentu saja tau apa yang dimaksud Azzam dengan kesiangan. Setiap minggu jam 9 pagi ada acara pengajian remaja laki-laki di kompleks rumahnya. Dan ini sudah jam 10. Pengajian selesai jam 12, sengaja selesai siang agar bisa sholat Dzuhur berjamaah.
"Dia bahkan nggak tau gue udah rapih gini nungguin dia," Galih menghelas nafas pasrah lalu melirik adiknya yang masih asik bermain miniatur pesawat di atas meja.
YOU ARE READING
AZZAM
FanfictionAzzam hanya ingin menjadi orang baik. Orang baik untuk Mama Orang Baik untuk Papa Orang Baik Untuk Galih Orang baik untuk Sahla "Orang baik lah pokoknya.."