2 Nadia dan Sahla

396 40 3
                                    

Hati-hati dengan typo

"

Gina tersenyum melihat Azzam yang tengah duduk dan tampak serius mengerjakan sesuatu di laptopnya. Padahal tadi siang anak itu sempat sakit bahkan hampir pingsan saat sampai rumah. Tapi malam ini Azzam seperti sudah biasa saja.

"Bang Azzam."

Azzam menoleh dan tersenyum melihat Gina tengah berdiri bersandar di pintu kamarnya.

"Ngerjain apa sih Bang? Serius amat," tanya Gina sambil mendekati Azzam yang tak beranjak dari duduknya.

"Ada tugas, Ma."

Gina iseng mengintip tugas yang dikerjakan anak laki-lakinya. Ekpresi wajahnya berubah setelah tau apa yang sedang dikerjakan Azzam.

"Abang kebiasaan deh kerja kelompok dikerjain sendiri."

Gina tampak tidak suka dengan sifat anaknya yang satu ini. Berbeda dengan Azzam, apapun yang bisa dia kerjakan, Azzam akan selalu mengerjakan hal tersebut semaksimal mungkin. Azzam menyukai itu.

"Nggak sekelompok lagi sama Galih?" tanya Gina dengan nada kesal.

"Nggak, Ma. Aku sekelompok sama Kian sama Linda juga." Azzam tau Mamanya marah, tapi ia mencoba tenang.

"Terus? Kenapa nggak dikerjain bareng aja?"

Azzam memutar kursi belajarnya setelah selesai menyimpan tugasnya dalam folder khusus.

"Ma, Kian harus kerja paruh waktu, pulangnya malem juga. Kan kasian.."

"Terus kalau Linda?"

Azzam menghembuskan nafasnya. Kepalanya kembali pusing menghadapi mamanya yang mendadak kepo seperti ini.

"Linda ada keperluan lain. Tapi mereka kok besok yang edit hasilnya."

Gina mendudukkan tubuhnya di pinggiran tempat tidur Azzam. Ia masih tak terima jika Azzam masih memiliki sifat yang seperti ini. Rugi. Pikirnya.

"Kamu lagi sakit loh, Bang. Jangan mikirin orang lain aja."

Azzam tersenyum. Ia sangat memahami kekhawatiran mamanya, bagaimanapun apa yang terjadi padanya pasti juga berdampak pada orang tuanya.

"Ma.."

"Apa?"

Azzam terkekeh pelan, tidak habis pikir dengan sifat kekanak-kanakan mamanya.

"Bantu Azzam berdiri coba."

Gina mengernyit. Selanjutnya wanita paruh baya itu langsung beringsut mendekati putra semata wayangnya. Tangannya yang terawat langsung menyentuh kening Azzam. Panas.

"Tuh kan. Sekali-kali nurut dong sama mama. Gini nih kalau nggak nurut, langsung kualat."

Gerutu Gina sambil membantu Azzam berjalan menuju tempat tidurnya.

"Mama kok ngomongnya gitu sih?"

Dengan hati-hati Gina membantu Azzam berebah. Walaupun dilapisi sweater panjang, panas tubuh Azzam mampu menembus hingga telapak tangannya.

"Ini panas banget loh, Bang." tutur Gina setelah berhasil membaringkan Azzam dan menyelimutinya.

"Abang kenapa lagi?" tanya Ridwan yang baru masuk ke kamar anaknya.

Buru-buru Ridwan menghampiri Azzam yang sudah lemas.

"Pa, masa Mama bilang kalau Azzam sakit karena kualat."

Gina melotot melihat anaknya yang justru merengek dan mengadu kepada suaminya.

Sementara Ridwan hanya menyahuti dengan kekehan. Ia percaya istrinya tidak seperti itu. Walaupun bermulut agak sedikit pedas, Ridwan tau jika istrinya berkata seperti itu mungkin karena dia sedang khawatir pada Azzam.

AZZAMWhere stories live. Discover now