Cintailah Bunga yang kita cintai. Biarlah Ia menyebar keharuman diseluruh Negeri.
Ingat! Setelah kita mencapai, apa yang kita inginkan dari Bunga itu, sejatinya adalah sebuah impian, dan ribuan tahun diperjuangkan untuk masa depan.
Yang dulunya, menyiram dengan belaian kasih sayang, penuh harapan besar, datang meski Ia sejatinya tak membutuhkan, semuanya kita lakukan hanya semata-mata ingin membibit Bunga yang akan berkembang, bermekaran bak dikayangan.
Ingat! Janganlah kita menjadi buah kacang dan kulitnya melupakan kekeluargaannya. Pembibitannya, usahanya, namun Ia meninggalkan yang telah Ia belai dengan kasih sayangnya. Membuang. Membiarkan berserakan dimana-mana.
Sekali lagi, kita ingat! Sesuatu yang mengesankan, memperjuangkan, belaian kasih sayang, membesarkan untuk mekar indah dan bau wangi melayang bahkan nama melanglang buana. Banyak Mahluk Tuhan yang mengingikannya. Memilikinya. Serta membentuk cita-cita menyesap madu-madu yang ada pada dirinya.
"Hanya Mawar indah dan pipi kemerah-merahan", sebutir kata meluluhkan hatinya. Mendapat kepercayaan Bunga yang sedang duduk di singgasananya.
Namun, setelah Ia layu. Tak lagi semekar dulu, apa yang kita lakukan?
Jangan sampai katakan kita "akan membuangnya, dan biarkan Ia menjadi bakai seutuhnya". Jika itu benar, jauh jauh dan jauh kita adalah bagian dari bangsa yang menjajah bangsa dihiati oleh seorang pahlawan bangsa sendiri.
Karena, Bunga juga bermahkota.
Meski, Ia hanya Bunga yang lemah, butuh siram untuk menjalani hidupnya. Sepatutnya menghargai, mencintai, dan menyangi. Untuk Ia hidup, esok hari.
Bunga yang layu. Sebenarnya ingin sekali kita pahami dan mengerti, kalau Ia membutuhkan kita selalu ada disisinya.
Pamekasan, 11 Juli 2018
(di Desa Plakpak, Pega
KAMU SEDANG MEMBACA
PESAN PENDEK UMMI
Poetry"Nak... Jadilah, Bintang yang terang dikegelapan malam. ...."