A**1

77 19 3
                                    

"Ai lov yu"

Manik biru terang yang tersimpan dalam kelopak mata teduh itu  hanya menatap lurus perairan jernih di depannya, sambil sesekali terpejam merasakan sejuk semilir angin yang menghampiri tanpa permisi. Sudah hampir setengah jam pemilik kaki beralas pantofel berbahan kulit itu berdiri di atas kayu dermaga yang terbilang hanya berjarak beberapa meter dari pekarangan rumah singgah yang baru saja ia tempati, tapi sama sekali tak ada rasa lelah sedikit pun yang tampak mengganggu keterdiamannya. Hamparan danau yang terkena bias jingga dari senja serta asri pemandangan yang memanjakan batin, juga fakta bahwa letak villanya yang cukup terpencil di sekitar belantara hutan menjadi tempat yang menurutnya begitu tepat untuk sekedar menenangkan diri di sela pekerjaan yang makin menumpuk dan menuntut diselesaikan.

Ini kali kedua bagi pemuda tinggi tegap bersetelan formal itu menapakkan sepasang kakinya di negeri Gemah Ripah Loh Jinawi ini. Membicarakan perjodohan, pada kali pertama. Dan menjalankan bisnis besar, untuk kali ini.

Bukan bisnis perihal pembangunan cabang kewirausahaan, atau pun mengenai pertemuan antar kolega perusahaan. Bisnis yang dilakoninya hampir serupa pada umumya. Cukup menguras tenaga, pikiran dan waktu. Bercabang di berbagai negara belahan dunia. Memiliki banyak pekerja dengan dirinya sendiri yang menjadi pimpinan utama. Tapi berdiri sekaligus berjalan pada jalur yang berbeda.

Bisnis haram.

Yang menguras banyak darah, keringat dan air mata dari setiap individu yang dengan lancang mengusik teritorial kekuasaan mereka.

Perdagangan senjata ilegal. Peredaran narkoba. Prostitusi. Kasino dan kelab malam. Dan yang cukup menguntungkan, berkuasa di balik kepemerintahan beberapa negara.

Termasuk si Gemah Ripah Loh Jinawi ini.

Silahkan sebut organisasi rahasia di bidang kriminal yang baru 2 tahun dipimpinnya ini dengan sebutan 'mafia', tapi ia tak ingin disebut sebagai 'godfather' karena baginya ia tak seagung itu. Silahkan berpendapat jika mereka pantas diberantas sebab sangat merugikan pihak lain dengan bukti banyaknya tindak kekerasan yang tersuguhkan, tapi sesungguhnya perlakuan kasar itu atas dasar tak ingin diusik sekaligus untuk melindungi sosok tercinta mereka. Silahkan tuduh mereka semena-mena karena seenak jidatnya bergerak atas hukum sendiri, tapi alasan yang memelopori hanyalah tak ingin hak asasinya ditindas oleh kesewenangan sekaligus ketidakkonsistenan hukum pemerintah, yang juga tak jauh dari kata korupsi si tikus-tikus kantor.

"Permisi, Tuan." Kehadiran salah seorang tangan kanan yang ikut andil akan kekuasannya pada pemerintahan di sini mengalihkan perhatiannya. Sedikit tak suka karena terusik, mata teduhnya hanya memicing ke belakang tanpa menolehkan kepala sedikit pun. "Hmm," gumamnya lirih.

"Kami berhasil mendapatkan beberapa informasi baru. Namanya Joanna Maria. Setelah insiden pemboman Panti Asuhan GRAPHE 12 tahun lalu, dia diadopsi oleh pasangan muslim Rafif Sebastian dan Ainayya Syifa Aalinarrohman yang saat itu sudah memiliki 1 anak bernama Adnan Zain Sebastian. Setelah resmi diadopsi, dia mengikuti agama kedua orang tua barunya dan mengganti namanya menjadi Rhymiana Alfi Sebastian. Pada usia 14 tahun, Tuan Rafif dan Adnan Zain dikabarkan tewas karena insiden jatuhnya pesawat CASA C212 PK-PCM saat kembali ke Indonesia setelah 4 tahun menetap di Paris untuk melanjutkan pendidikan. Pada usia 15 ta-"

"Wait!" sela pemuda itu cepat. "What was her brother's name?" keningnya sedikit berkerut untuk memastikan salah tidaknya pendengarannya barusan.

"Adnan Zain Sebastian, Tuan." Jawaban datar tangan kanannya membuatnya menyunggingkan senyum samar. Dunia memang sempit, pikirnya. "Next."

"Pada usia 15 tahun dia melanjutkan pendidikannya ke Korea dan bertempat tinggal di rumah salah satu kerabat dekatnya. Tapi informasi terakhir yang kami dapat gadis itu dan Nyonya Ainayya dinyatakan hilang setelah kembali ke kediaman lama mereka saat libur musim panas tahun ini." Pria akhir 30 bersetelan formal itu mengakhiri penjelasannya sebelum kemudian menatap datar sang tuan yang masih memunggunginya, berharap pemuda 22 tahun di sana puas dengan hasil kerjanya.

DINGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang