"Airys, sini nak!" Zahra, wanita berumur tiga puluhan tahun tapi masih terlihat muda dan cantik memanggil putri satu-satunya dari ruang tengah.
"Iya ma. Ada apa?" seorang gadis berambut sebahu berjalan mendekat dari arah dapur menuruti panggilan ibunya dan duduk disampingnya.
"Kamu yakin nggak apa-apa pindah sekolah?" tanya Zahra pada putrinya.
"Yakin nggak yakin sih ma. Tapi kan surat pindahnya sudah diurus sama om Aldo kemarin. Jadi ya, Airys harus yakin. Memangnya kenapa mah?" jawab Airys menatap lembut ibunya.
"Maafin mama ya nak. Karna mama kamu juga harus ikut susah. Mama sebenarnya nggak mau membebani kamu."
Airys merasakan apa yang sedang dirasakan ibunya. Dia mencoba menahan agar air matanya tidak jatuh dan membuat ibunya sedih.
"Nggak ma. Airys nggak merasa terbebani kok. Malah Airys seneng bisa nemenin mama pindah kesini dan melupakan lelaki brengsek itu." ucap Airys tulus lalu memeluk ibunya.
"Terimakasih ya Airys, kamu memang anak yang baik. Mama sayang banget sama kamu. Hanya kamu yang mama miliki sekarang." bendungan air mata keduanya tidak bisa tertahankan lagi. Buliran bening jatuh bebas di pipi kedua wanita itu.
Airys mengangguk di pelukan ibunya. Ia merasa sedih jika harus mengingat kejadian beberapa waktu lalu yang menimpa keluarganya.
Zahra melepas pelukan mereka dan mengusap air matanya. "Yasudah. Sekarang kita makan ya, kamu tadi sudah masak kan?"
Airys kembali mengangguk. Keduanya bangkit menuju dapur dan bersiap untuk makan malam bersama.
***
Paginya, Airys telah bersiap menuju sekolah baru.
"Makasih ya om, udah mau nganterin Airys ke sekolah. Sebenernya Airys bisa naik angkot sendiri ke sekolah, biar nggak ngrepotin om" ucap Airys sopan yang sudah duduk disamping kursi pengemudi.
"Nggak apa-apa Airys. Kan om yang mau. Om nggak mau, anak dari sahabat om ini telat ke sekolah barunya gara-gara nunggu angkot kelamaan" pria itu tersenyum manis kepada Airys, ia sudah menganggap Airys seperti anaknya sendiri.
"Sekali lagi makasih ya om" Airys membalas senyuman pria yang ia panggil sebagai om itu.
"Iya" balas pria itu sambil melihat sekilas Airys yang masih tersenyum kepadanya.
Setelah itu terjadi keheningan sesaat sampai akhirnya mereka tiba di tujuan.
"Airys turun dulu ya om Aldo. Makasih udah mau nganterin Airys" Airys mengembangkan senyumnya sebelum ia turun dari mobil.
"Iya Airys. Belajar yang rajin ya. Maaf om nggak bisa nganterin sampe dalem" pria bernama Aldo itu melambaikan tangannya dari dalam mobil kearah gadis yang sudah berdiri disebrang mobilnya.
"Iya om. Nggak apa-apa." Airys sedikit berteriak dan melambaikan tangannya kearah mobil BMW milik om Aldo-nya tadi. Setelahnya mobil itu melesat pergi meninggalkan area sekolah.
Airys membalikkan badannya menatap sejenak kearah sekolah barunya. SMA Cakrawala. SMA terfavorit di Jakarta dengan bangunan yang megah, bisa dibilang elit dan sekolahan para anak-anak orang kaya. Airys mengedarkan pandangannya kesekitar sekolah itu. Ia meneguk ludahnya tidak percaya dengan sekolah pilihan om nya ini. Airys menghembuskan nafas sedikit kasar lalu ia berjalan masuk kedalam sekolah.
Airys melewati lorong demi lorong sekolah yang sudah sepi. Mungkin karena bel masuk sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Airys mengedarkan pandangannya mencari ruang kepala sekolah.
BRUKK
"Aww.."
"Eh maaf maaf. Gu-gue nggak sengaja. Gue tadi nggak ngliat lo" karena terlalu fokus mencari papan nama ruangan kepala sekolah, Airys menabrak seorang gadis yang membawa beberapan buku tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mine✔ [Manurios]
Teen FictionFriendzone? Adek-kakakzone? Kakak tirizone? Atau kakak kelaszone? Nggak penting. Intinya gue udah jatuh cinta sama lo.