2 - the problem

104 11 4
                                    

Eunha menghirup udara. Ia melihat gedung sekolah. Ia akan mengajar di sekolah dasar ini. Sekolah yang terkenal di kota nya. Eunha tersenyum ketika melihat beberapa anak kecil lewat. Ia ingin sekali memiliki seorang anak. Namun itu tidak bisa.

Seorang anak kecil berdiri di samping Eunha. Anak kecil itu tersenyum padanya. Eunha berjongkok dan mengusap rambut anak itu.

"Hallo, siapa namamu nak?" tanya Eunha dengan ramah.

"Kata ibuku, aku tidak boleh memberitahu namaku kepada orang yang tak di kenal." ucap anak itu. Membuat Eunha terkekeh mendengarnya.

"Aku tidak akan melakukan apapun padamu. Aku hanya ingin tau namamu saja." jelas Eunha.

"Namaku Kim Seo.." ucapan nya terhenti ketika melihat sesosok wanita yang paling ia sayangi. "ibu...!!!" anak kecil itu berlari memeluk ibunya. Eunha menoleh dan terkejut. Karna ibu anak kecil itu adalah Sojung.

"Sojung eonni?" guman Eunha.

"Ekhem.. Kim Eunha." deham seseorang yang suaranya tidak asing di telinga Eunha.

Eunha buru buru berdiri dan memeluk suaminya, Seokjin. Seokjin kaget dengan reaksi Eunha. Ada apa dengan istrinya?. Jin terlihat sedih, ia pikir mungkin Eunha menginginkan anak.

"Jin terimakasih telah mengizinkan aku bekerja di sini." bisik Eunha tepat di telinga Jin. Jin melepaskan pelukan Eunha.

"Aku tidak pernah mengizinkan mu untuk bekerja di sini!" tegas Jin yang membuat Eunha kaget. Ia pikir tadi Seokjin mengizinkan nya. Jin yang menyuruh nya datang kesini, katanya akan memberi dia kejutan. Namun, ia salah ternyata hanya sebuah bom yang menjatuhkan dirinya.

"Tadi di telepon kau bilang boleh. Kenapa sekarang tidak? Dasar plin plan!" ledek Eunha. Ia tidak suka di permainkan seperti ini. Jin benar benar membuat nya kecewa.

"Aku tidak bilang begitu. Justru kau itu ngotot ingin ke sini bahkan kau memanggil dirimu sendiri ibu!" ucap Jin yang membuat Eunha menyipitkan matanya.

"Ha? Kau tidak ingat? Kau yang memanggil ku ibu !" maki Eunha sambil menunjuk Jin dengan kesal.

"Sejak kapan aku memanggil mu ibu? Aku tidak pernah memanggil mu." ucap Seokjin yang tak kalah kesalnya.

Eunha sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. "Dasar pelupa ,plin plan, Posesif!" Kata kata Eunha sangat menusuk hati Jin. Sebegitu burukah dia ,di mata Eunha.

Jin tetap tidak mau kalah. "Dasar terlalu disiplin, si bersih,pelupa!" balas nya . Yang membuat mata Eunha semakin berapi api.

Sementara Sowon dan Seokjin.

"Apa kau membuat masalah?" ucap Sowon sambil berjongkok di hadapan Seokjin. Anak itu menggeleng kan kepalanya. "Jujur lah Seokjin, katakan apa kau membuat masalah?"

"Ibu kenapa sih? Jelas jelas aku tidak membuat masalah!" ucap Seokjin dengan heran.

"Kau tidak ingat? Di telepon kau marah marah pada ibu?" tanya Sowon . Ia tidak suka jika ada sesuatu yang di tutup tutupi.

"Aku tidak marah bu." elak Seokjin.

"Jujur lah Jeon Seokjin"-Sowon

"Jujur lah Kim Seokjin" -Eunha

Sowon dan Eunha refleks menoleh. Mereka saling berpandangan. Sowon dengan perlahan berdiri. Semuanya membisu. Sowon tersenyum kikuk.

"Mungkinkah, telepon kita tertukar?" tanya Sowon. Eunha dengan ragu mengagukkan kepalanya.

"Nama paman Seokjin Juga?" tanya Seokjin dan disertai anggukkan oleh Jin. Eunha dan Sowon menunduk 90 derajat, meminta maaf.

"Ibu, aku mendapat juara satu dalam lomba
Piano." ucap Seokjin dengan antusias. Sowon memangku Seokjin dan menciumi kedua pipi anaknya. Ia tidak menyangka anaknya akan mendapat kan gelar juara. Di keluarga nya tidak ada yang jago bermain piano.

"Wah anakmu pandai bermain piano?" tanya Jin. Ia juga sangat menyukai piano. Bahkan dulu saat ia sekolah, Jin selalu mendapatkan gelar juara. Yang membuat Eunha tergila gila padanya.

"Iya." jawab Sowon singkat.

"Paman bisa piano juga?" tanya balik Seokjin.

Jin mengangguk. Sebenarnya ia sangat tertarik dengan anak kecil itu. Ia merasa seperti ada ikatan di antara mereka. Namun, Jin menepis semua yang ada dalam pikiran nya. Mana mungkin? Dia adalah anaknya.

"Bolehkah aku belajar dari paman?" tanpa ragu Jin mengangguk setuju.

"Eh Seokjin, paman Jin mungkin sibuk. Jadi jangan membuatnya repot. Ibu akan sewa guru piano terbaik." ucap Sowon. Ia merasa tidak enak jika Jin harus mengajarkan anaknya.

"Tidak apa apa. Nanti minggu kita bisa mulai latihan." ucap Jin sambil tersenyum. Seokjin mengangguk setuju. Hatinya sangat senang karna akan belajar piano dari paman yang ia sukai.

Jin meminta nomer telepon Sowon yang bisa di hubungi. Karna ia belum tau alamat rumah nya.

Eunha yang menyaksikan itu tersenyum samar. Mungkinkah Seokjin ingin memiliki anak dengannya?. Ah Eunha sangat senang bila itu terjadi.

Seokjin pamit pada Sowon. Ada hal penting yang harus ia kerjakan.

"Jin-iie! Apa kau mengizinkan aku bekerja di sini?" tanya Eunha hati hati. Jin tersenyum dan mengangguk setuju. Eunha melompat ke pelukan Jin dan berbisik "Aku mencintaimu" kemudian Eunha mencium pipi suami.

Jin melambaikan tangannya pada Eunha dan masuk ke dalam mobilnya. Sementara Eunha masuk ke dalam sekolah. Ia tidak sabar untuk mengajar di sekolah ini.

Sowon menurunkan Seokjin dari pangkuannya dan ia bergegas menelpon Jungkook untuk memberitahu kabar baik ini.

"Hallo Jungkook"

"Ada apa Sowoniie?" tanya Jungkook. Lelaki itu kini sedang berhadapan dengan berkas berkas yang banyak.

"Bisakah kau datang ke sekolah? Anak kita mendapatkan juara satu dalam lomba piano!" ucap Sowon kegirangan. Tentu saja ia sebagai seorang ibu merasa bangga melihat anaknya menjadi juara.

"Maaf Sowoniie, aku tidak bisa datang. Sampaikan salam ku pada Seokjin." setelah mengatakan itu, telepon di tutup.

Sowon menghela nafas.

"Kau selalu saja sibuk. Jungkook ah" ucap Sowon dalam hati.

"Ibu, ayah akan datang kan?" tanya Jin. Sowon tidak tega jika ia harus memberi tahu kabar buruk ini pada anaknya. Seokjin sangat menantikan kedatangan ayahnya.

Melihat ibunya diam. Seokjin mengerti , bila ayahnya tidak akan datang ke sekolah.

"Tidak apa bu, bila ayah tidak datang. Tapi, sebenarnya aku ingin, sekali saja ayah datang ke sekolah dan berfoto di sini. Bertiga dengan ibu." ucap Seokjin sendu. Sowon berjongkok dan mengelus pucuk kepala anaknya.

"Mungkin lain waktu ayah akan datang. Percayalah pada ibu!" ucap Sowon sambil menunjukkan senyum palsu nya.

"Ayo bu , kita ke dalam. Kita berfoto berdua." Seokjin menarik lengan Sowon.

"Andai saja kau disini Jung"

***

I'm Just A Sad Song| Eunkook & SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang