Pelajaran paling membosankan dimulai, kimia. Ibu guru juga sudah mulai memperdengarkan lagu pengantar tidurnya yang menyebabkan kepala teman-temanku berpindah posisi menjadi di atas meja, ada lagi yang lebih memilih menyalakan ponsel ketimbang tidur dan mendengarkan penjelasan dari guru.
Bagaimana dengan Mahesa?
Aku sudah tiga kali menguap disusul mataku yang terbuka setengahnya. Memutuskan untuk keluar kelas, aku menemui ibu guru yang sedang memaparkan materi di dekat papan tulis.
"Bu, Mahesa mau izin ke kamar mandi sebentar."
"Iya," kata beliau lantas melanjutkan penjelasannya kepada satu baris terdepan bangku kelasku--karena hanya mereka yang memperhatikan.
Kalau ditanya mau kemana Mahesa, jawabannya adalah kantin. Bukan Mahesa namanya kalau pada jam pelajaran tidak izin ke kantin untuk membeli beberapa makanan ringan untuk dimakan di kelas nanti.
Pada saat melewati lorong sekolah, aku berpapasan dengan seorang perempuan. Adik kelas mungkin? Rambutnya pendek sebahu, lumayan cantik, matanya secokelat hazel, seragamnya benar-benar rapih. Tipikal siswi idaman nan terpelajar, tidak sepertiku yang terkesan ugal-ugalan nan malas belajar.
Eh, tidak sopan dia. Tidak mengalihkan pandangannya dari depan kepadaku untuk berniat menyapa sama sekali. Aku jadi penasaran. Sayangnya, pada seragamnya tidak ada nametagnya, aku jadi repot harus cari tahu.
Dan pada saat kita sudah pada posisi saling membelakangi, dia bilang, "Kak, besok lagi dasinya dipakai."
Sial, kenapa aku merasa dia cantik sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Semesta
Teen Fiction"Mahesa, bawa ke sini ponselku." "Bawa ke sini dulu jaketku, Soraya yang tidak cantik." "Ayo, tukeran bareng aja." "Aku maunya tukar tambah." "Tukar tambah gimana?" "Ponselmu aku kasih ke kamu, terus jaketku sama kamunya buat aku." "Ngaco," katanya...