Prolog

378 94 12
                                    

Seongwu kecil selalu beranggapan bahwa di dunia ini hanya ada kebahagian, cinta dan kasih sayang hingga ia tua nanti. Tak lama Setelahnya, Tuhan berbaik hati untuk mengetuk pondasi anggapan yang ia pegang teguh selama 10 tahun lamanya hingga runtuh, kala melihat Bunda yang hampir setiap hari harus menahan luka karena pukulan Ayah yang tak main-main.

Saat Kakak tertua Seongwu bertanya suatu hal, lantas Bunda menjawab dengan lemas. "Bunda nggak bisa cerai sama Ayah, Bunda takut kalian nggak bisa sekolah tinggi kalau Bunda pisah sama Ayah."

Lalu sang Kakak bertanya lagi, "Tapi Bunda masih cinta sama Ayah?"

Seongwu kecil yang tak mengerti apa-apa itu menahan guratan kebinggungannya kala Bunda menggeleng sambil berucap begitu tegar, "Nggak tahu, Kak. Bunda capek!"

Hingga nalarnya telah bekerja, ia akhirnya mengerti.

Dunia terlalu kejam untuk Seongwu yang naif.

Tidak ada kebahagian, cinta dan kasih sayang dalam hidupnya. Semua terlihat semu.

Terlihat palsu.

Saat ia telah belajar banyak hal dan mengerti. Seseorang datang dengan tangan terbuka untuk mengajaknya kembali membangun pondasi anggapan semu Seongwu sewaktu kecil.

Kebahagian, cinta, dan kasih sayang.

Daniel Fajrin yang satu tahun lebih tua darinya ternyata datang mengajarkan lebih banyak tentang perasaan. Senang, sedih, bahagia, memahami, kepercayaan, cemburu, kesal dan juga....










































Perasaan dibenci.

Tes ombak ahhh

Next?

Passing By | OngnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang