part 2

13 2 0
                                    

Cristal pov

Kegelapan yang kulihat sangat pekat,
Seolah cahaya takkan pernah masuk kedalam ruangan yang berisi hanya diriku seorang.

Aku hanya tertidur dengan posisi layaknya janin dan menangisi tentang nasib ku, kematian diatas dendam yang tak beralaskan , kematianku yang terlalu muda dan kematianku yang harus meninggalkan banyak teka-teki yang masih banyak di dunia ini.

Tapi bisakah ini di sebut mati?

Kosong

Hampa

Dan tanpa seorang pun yang peduli terhadap diriku.

"kau tidak boleh berfikiran seperti itu"

Aku pun mendongakan wajahku dan melihat seorang gadis kecil yang sepertinya seumuran dengan ku dengan kedua tangan di belakang yang saling mengait satu sama lain.

Ia terlihat tersenyum pada ku walaupun aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"karna dirimu tidak sendiri"

Perkataanya yang menimbulkan banyaknya pertanyaan yang muncul di otakku.

Aku menatapnya lekat, tapi sampai titik tertajam yang di punyai mataku pun tak dapat melihat wajah sosok gadis yang berdiri di depanku ini.

Ia memberiku sebuah liontin berbentuk bulan.

Tak lama sesuatu terjadi, aku merasakan sakit yang sangat luar biasa di kepalaku.

Aku membuka mataku perlahan lalu menatapnya kembali.

Baru saja aku membuka mulut sebelum sebuah cahaya yang sangat terang menelan dirinya.

"hei"

Teriakku ingin menanyakan apa yang dia maksud . Aku memaksakan mataku tetap terbuka untuk melihat Wajahnya tapi sayangnya cahaya yang menyilaukan inilah yang menang.

Aku menutup mataku rapat-rapat hingga merasa tubuh ku melayang dan aku merasakan sakit di tubuhku entah karna apa.

Aku mendengar suara ribut di sekitar ku dan terdengar seseorang yang menangis entah karna apa.

"keadaan putri sudah lebih baik dari sebelumnya. Kemungkinan besar putri akan terbangun sekitar dua sampai tiga hari." terdengar suara berat dengan sedikit serak khas suara pria..

"aku percaya padamu will,  terimakasih telah merawat putriku "kata seseorang kembali tapi aku tahu siapa kali ini yang sedang berbincang

" a... ay... ayah"panggilku dengan sangat susah payah juga masih dengan mataku yang terpejam

Setelah mengatakan itu aku tak dapat mendengar apapun lagi di sekitarku.

Tak lama aku mendengar suara pria itu lagi yang kupikir ia adalah seorang tabib.

"yang mulia putri, bila anda mendengarkan saya bisakah anda menggerakan tangan anda?"

Dengan susah payah aku menggerakan tanganku

"ja... Jarinya mulai bergerak" terdengar suara bunda yang menyahut tapi suaranya sedikit serak,
Sepertinya ia habis menangis.

"yang mulia putri, bisakah anda menggerakan kelopak mata anda secara perlahan?. "

Aku pun mendengarkan kata tabib.

Dengan perlahan aku berusaha membuka mataku, tapi ini sangat susah seolah ada lem perekat yang merekat pads kelopak mataku.

Tapi aku terus berusaha hingga sedikit mulai sedikit terlihat cahaya di sela-sela kelopak mataku yang tebuka.

Hal yang paling pertama kulihat adalah bundaku yang menaruh kepalanya di tangan kiriku juga telapak tangannya yang memegang telapak tanganku dengan matanya yang memerah.

Itu menjelaskan kenapa tangan kiriku lebih berat dari tangan kanan ku. Sedari tadi aku berfikir yang tidak-tidak karna tangan kiriku berat.

Bahkan fikiranku yang paling buruk adalah tanganku di amputasi karna berat tangan dan kepala bunda yang sedikit memberatkanku.

Aku tidak berlebihan.

Mungkin itu semua faktor baru terbangun dari pingsan ku ini.

Tunggu

Bukankah aku tertusuk pedang?

Apakah semua yang kualami itu kenyataan.

Berarti sudah berapa lama aku di kasur ini.

"yang mulia bunda ratu. "panggilku dengan formal di karnakan masih ada beberapa orang luar istana di kamarku

"ada apa sayang?. "

"berapa lama aku tertidur?"

"kamu tertidur selama 2 bulan"kata bunda membuat ku menatapnya lekat

"kamu sudah melewati ulang tahun mu sayang."kata bunda seolah mengerti diriku

"baiklah apa yang kamu inginkan? "tanya bunda

Aku berfikir apa yang ku inginkan di ukang tahunku kali ini.

Terdengar ringkikan kuda di luar jendela kamarku.

Aku melihat kakaku sedang berlatih menggunakan pedangnya di atas kuda

"bunda bisakah  aku berkuda sama seperti kakak.  Itu adalah permintaan ku untuk bunda"kata ku

"tentu saja kamu bisa mendapatkannya,  aku akan memilihkan warior yang paling tangguh untuk mengajarkanmu menaiki kuda"kata bunda lalu memeluku dengab sangat hati-hati

Lalu aku melihat ke ayah begitupun dengan ayah yang menatapku.

Aku ingin mengucapkan sesuatu tapi aku melihat ke selilingku.

Seolah mengetahui apa yang kupikirkan ayah langunsung menyuruh mereka semua keluar dari kamarku.

Setelah orang terakhir keluar dn menutup pintu dengan rapat aku pun mulai membuka suaraku...

"ayah, bisakah kamu mengabulkan permintaanku" kataku yang tak dapat menahan rasa sakitku

Ayahku menatap jendela laku melihat diriku dengan tajam...




"ayah..   Bisakah....... "











~•~•~TBC~•~•~

Good night everryone

Maaf yah kelamaan updatenya dikarnakan tugas menumpuk

Sudah kuingatkan bukan bahwa chapter 1 sampai 3 memiliki cerita yang pendek.

Tetapi seterusnya kemungkinan panjang bukan kemungkinan tapi memang panjang.  Jadi kumohon bersabar dan berdoa agar aku updatenya cepat

Sekian dan terima kasih

Salam fiksi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because I'm a princessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang