"Mengapa Aku harus tetap tersenyum saat keadaan memaksa untuk menangis"
***
Gerimis mulai turun membasahi barisan melati didepan rumah. Sekelompok merpati berteduh dibawah pohon lengkeng yang mulai meninggi. Inilah yang aku suka, saat alam mulai bercerita dengan sendu kepadaku. Mungkin inilah yang membuatku bertahan selama ini. Membuatku tersenyum saat hujan datang dan meninggalkan pelangi saat ia pergi.Namaku Alleya Fransisca Abdullah. Aku adalah anak bungsu dari keluarga Abdullah, Anak perempuan satu-satunya. Banyak yang mengira aku adalah orang yang paling beruntung didunia ini, menjadi anak perempuan satu-satunya dikeluarga Abdullah yang terhormat dan disegani. Pasti menjadi impian setiap orang. Namun, kenyataanya aku tak seberuntung yang orang lain kira. Aku adalah putri yang tak mereka harapkan karena, akau hanyalah sebuah kesalahan yang seharusnya tak pernah ada didunia ini.
Mungkin kalian akan berpikir yang tidak-tidak. Bukan, aku bukan anak haram. Aku adalah anak sah dari buah perkawinan orang tuaku. Aku berasal dari keluarga yang sangat hangat dan harmonis. Itu dulu, bahkan bayangan harmonis itu semakin pudar dalam kenanganku, karena semuanya berubah menjadi kacau saat aku menjadi penyebab kematian kak Aldo, kakak lelakiku. Mulai saat itu, mama kian menjaga jarak denganku. Bahkan kini semakin menjauh. Sementara papa tidak pernah berkomentar apapun. Namun sepertinya ia tak jauh beda seperti mama, sama-sama menganggapku tak pernah ada disekeliling mereka.
Aku tau, aku memang tak pernah merasa kekurangan. Aku memiliki segalanya, kemewahan dan fasilitas nomor satu. Namun semuanya terasa hampa, hambar bagiku. Karena semenjak kecelakaan itu aku kehilangan pelukan hangat keluargaku. Terkadang aku berfikir, andai saja aku yang mati saat kecelakaan itu terjadi, apakah mama dan papa akan berlaku sama kepada kak aldo seperti mereka memperlakukanku kini?
Rintik gerimis diluar sudah berubah menjadi hujan yang lebat, seakan menekankan bahwa kesepian ini tak akan pernah berakhir.
***
" Assalamuaikum" terdengar seseorang mengucapkan salam.
" Waalaikum salam" ucap mama.
"Masuk Shel, kok udah lama nggak pernah main kemari, makin cantik aja kamu" kata mama.
" Ah biasa aja tante, Shella baru pulang dari Makasar tan ikut olimpiade renang, Alleya nya ada tante?" Tanya Shella.
"...."
Aku selalu tidak suka mendengar perbincangan mereka, aku bahkan tak pernah mengharapkan kedatangan Shella kerumah ini. Seakan Shella lebih cocok menjadi anak mama ketimbang aku. Shella Wulandari yang diklaim oleh banyak orang sebagai sahabat dekatku, adalah anak yang sangat baik. Namun entah mengapa aku selalu tidak pernah suka kepadanya, bagiku kebaikanya terlihat palsu dan tidak nyata. Pasti kalian mengira aku adalah sahabat yang tidak baik. Memang, memang aku tidak pernah baik, walau aku harus selalu terlihat baik-baik saja.
"Al, kok meringkuk aja sih?" tanya Shella membuyarkan lamunanku.
"Tidak apa-apa kok Shel" jawabku seadanya.
"Alleya Abdullah sayang, aku sangat mengenal kamu, jadi nggak usah beebohong" Paksa Shella, inilah yang paling kubenci saat mendengar dan melihat tatapan iba Shella kepadaku.
"Aku lagi pengen sendiri Shel, sebaiknya kamu pulang" kataku gusar sambil menarik selimut.
"Mmm baiklah" lirih Shella mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
kupu-Kupu Tanpa Sayap
Literatura FemininaHidup ini tak seindah dongeng cinderella ataupun sesempurna kisah dalam dunia perwattpad an. Bagi Alleya, jika boleh memilih dia tak ingin terlahir dari keluarga Abdullah. Biarkan ia terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Namun ada hal diduni...