Day 1, Let's Go

866 96 3
                                    

YOORIN POV

15 Oktober ....
08.15 KTS

Sekitar 20 menit tadi Jimin sudah sampai dirumanku diantar oleh Jungkook (sepupu Jimin). Hari ini kami akan ke rumah haraboji di desa bersama dengan ketiga saudaraku. Kita berangkat dengan menggunakan mobil Seokjin oppa.

“oppa, ini kunci mobilnya. Kau lupa di dalam.” Kataku pada Seokjin oppa yang sudah menunggu di luar rumah.
“ohh, berikan pada Jimin. Kau bisa bawa mobil bukan?” ia menatap ke arah Jimin. Yang benar saja, Jimin akan mengendarai mobil itu selama berjam-jam lamanya?
“ne hyung. Aku bisa.” Aku menatapnya sedih. Perjalanan ke desa  membutuhkan waktu kurang lebih 6-7 jam, makanya jika kami ke sana biasanya dengan supir atau bergantian membawa mobilnya.

Jimin hanya mengangguk, sambil menatapku bibirnya seperti mengucapkan kata ‘gwenchana’ padaku.

“kajja..” teriak Taehyung yang tak sabar ingin naik ke mobil. Aigoo, adikku itu lucu sekali.
“sudah tidak ada yang kalian lupakan?” tanya Namjoon oppa memastikan.
“ne oppa.”

Namjoon oppa lalu naik ke mobil dari arah kiri, Seokjin oppa duduk di depan bersama Jimin sekarang sisa aku dan Taehyung yang belum naik. Tapi dia malam menatapku dengan diamnya.

“wae? Naiklah.” Perintahku padanya. Aku ingin duduk di belakang Jimin saja.
“noona duluan. Aku yang akan duduk dipinggir.” Aigoo, ini seperti saat kami kecil dan berebut tempat duduk di mobil.
“baiklah.” Aku pasrah, karena pasti mereka ingin aku tidak dekat-dekat dengan Jimin. Aku tahu itu -__-

Jimin mulai menyalakan mobilnya dan perlahan menginjak pedal gasnya membawa kami keluar dari rumah. Perjalanan kami akan panjang, perjuangan Jimin pun lebih dari itu.

Selama perjalanan kami sibuk dengan kesibukan masing-masing, Seokjin oppa sedang mengerjakan sesuatu di tabnya, Namjoon oppa sedang bermain game online sedangkan Taehyung asik menyantap bekal Kimbab buatan eomma sesekali menyuapiku juga.

“mashitta noona?” Taehyung bertanya dengan mulut penuh dengan Kimbab.
“emm Jeongmal.” Aku? Aku tidak ada bedanya dengan Taehyung, mulutku penuh Kimbab karena adikku yang imut ini selalu menyuapiku membuat mulutku tak pernah kosong.
“kekeke..” kudengar suara kekehan pelan dari Jimin. Kutatap dia di kaca dan ia tersenyum sangat dalam hingga membuat matanya nyaris tak terlihat. Auhh,, kiyowo sekali.
Aku masih melihatnya dari sana sambil terus disuapi oleh Taehyung. Kulihat ia menggembungkan pipinya seperti orang yang mengunyah. Apa-apaan dia? Apa dia sedang meledekku? Aigoo... kupasang wajah kesalku padanya. Tak lama setelah itu, aku tersentak malu saat Jimin memonyongkan mulutnya seperti orang yang ingin mencium sesuatu? Aku?

“uhuukkk...” aku tersedak merasakan makananku tersangkut tiba-tiba karena Jimin.
“noona, minum ini.” Taehyung menyodorkan sebotol susu padaku.
“wae?” Seokjin oppa menoleh ke arahku.
“gwenchana?” Namjoon oppa pun demikian, dia sedikit mengusap tengkukku.
“ne gwenchana. Aku hanya tersedak sedikit oppa.” Kataku.
“oppa mau?” aku menawari Seokjin oppa yang memang sama sekali belum mencoba Kimbab ini, Namjoon oppa? Dia sudah makan sebelum aku dan Taehyung. Dia makan banyak.
“aniya. Aku sedang diet. Berat badanku ternyata naik sekali.” Keluhnya.
“oppa hentikan dietmu itu, aku saja tidak tertarik dengan diet dan kau malah diet.” Protesku. Aku memang tidak pernah diet karena apapun yang kumakan dan sebanyak apapun itu tidak bisa membuatku gemuk, mungkin aku mendapat gen eomma yang walau sudah tua tapi badannya tak pernah menjadi gemuk.
“apa benar berat badan hyung naik? Kurasa yang naik itu bukan berat badanmu hyung, tapi bahumu yang makin melebar. Hihihih...” Taehyung terkikih mengejek.
“yakk!! Anak ini, kau mengejek hyungmu eoh? Kau tahu aku ini lelaki beruntung yang punya bahu lebar dan nyaman disandari. Kau anak nakal.” Seokjin oppa mengomel, dia seperti eomma jika sedang mengomel.
“aigoo kau membuatnya kesal.” Kurasakan tangan Namjoon oppa menarik pelan rambut Taehyung melewati badanku.
“itu kan pendapatku saja hyung.” Taehyung bersuara.
“ah,, tapi jika itu nyaman lalu kenapa kau belum memiliki kekasih hyung?” damn! Kau membuat ulah lagi Kim Taehyung.
“auhh..” segera kucubit pelan paha adik manisku ini sebelum Seokjin oppa melompatinya dari depan sana.
“ishhh,, bahu itu tidak mesti untuk kekasih saja kan oppa? Aku sangat suka bersandar pada bahu itu, bahu nyaman itu untukku, tidak sembarangan perempuan yang bisa merasakannya.” Jelasku mencoba membuatnya tenang.
“ne hyung.” Namjoon oppa membenarkan perkataanku. Sepertinya dia juga takut jika Seokjin oppa mengamuk di dalam mobil. Lebih dari itu aku malu pada Jimin yang menyaksikan kami dengan tatapan heran.
“yaahhh kau benar sekali adikku sayang, bahu ini seperti bahu milik appa yang membuatmu selalu nyaman.” Benar sekali, Seokjin oppa mempunyai bahu lebar seperti appaku, makanya aku sangat suka bergelantungan disekitar bahunya itu.
“bahuku juga nyaman kan noona?” Taehyung kembali mengoceh setelah beberapa saat dia terdiam menyadari dirinya hampir saja diterkam oleh Seokjin oppa.
“tentu saja.” Kusandarkan kepalaku di bahu Taehyung yang juga nyaman ini. Semua saudaraku punya bahu yang nyaman dan berisi membuatku lebih senang bermanjaan dengan mereka.
“aigoo,, apa kalian sedang memamerkan bahu milik kalian? Yoorin-ah, oppa mu ini juga punya bahu yang bagus.” Kadang aku merasa bingung sendiri jika saudara-saudara laki-lakiku sedang seperti ini.
“ne oppa kau juga.” Kualihkan kepalaku pada bahu Namjoon oppa dengan sedikit memeluknya.
“aku juga suka bahu noona.” Taehyung ikut menghamburkan dirinya padaku, menyandarkan kepalanya di bahuku dan ikut memelukku dan Namjoon oppa.
“aigooo adikku yang manja..” kataku mengusap asal puncuk kepala Taehyung.
“noonaaaa...” ia semakin mengeratkan pelukannya padaku.
Bisa kulihat Jimin kembali tersenyum melihat tingkah kami.


Guardian ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang