1 - Cigarettes

9 1 0
                                    

Im Jina POV

Drrt...
(Wake me up) Wake me up inside
(I can't wake up) Wake me up inside
(Save me) Call my name and save me from the dark
Drrt...
(Wake me up) Bid my blood to run
(I can't wake up) Before I come undone
(Save me) Save me from the nothing I've become
Drrt...

Ponselku kembali berbunyi setelah semalaman sengajaku matikan. Aku menatap layar ponsel yang bekelap-kelip menampilkan nama seseorang yang menghubungiku.

In-Sung Park Ahjussi is calling...

Aku menghembuskan nafas kasar setelah melihat nama pada ponselku, setidaknya bukan ibu yang menelfonku.

"Yeoboseyo" sapaku dahulu.

"Akhirnya ponselmu aktif" ucap paman diseberang sana.

"Ada apa, Paman?" tanyaku langsung to the point.

"Bagaimana kuliahmu?"

"Baik-baik saja, Paman. Lagi pula baru seminggu aku menjadi mahasiswi"

"Ya.. Paman hanya khawatir jika pria disana tak tahan melihat kecantikanmu, bisa-bisa kau di panggil kemahasiswaan karena merusak konsentrasi belajar mahasiswa lainnya." kekeh paman diseberang sana.

"Kalau itu terjadi, Paman yang akan ku minta untuk menghadap kemahasiswaan untuk meminta maaf. Aku yakin mereka akan memaafkanku jika tau aku adalah keponakanmu" ucapku sepele.

"Dasar anak nakal." respon paman membuatku tertawa "Apa kau tak ingin mengunjungi Pamanmu ini? Hyojin terus-terusan meminta aku membawa kau ke rumah, ia sangat ingin kau mengelus perutnya yang sedang hamil itu" paman menambahkan kalimatnya dengan berbisik "dan ia sangat ingin anak perempuan kami secantik dirimu."

"Apa bibi benar-benar teropsesi denganku?"

"Kau harusnya tau! Setiap ia mengidam, ia hanya menginginkan majalah dengan dirimu dicovernya haha" mendengar paman membuatku ikut tertawa pula.

"Baiklah. Meski aku tak janji, jika jadwalku kosong aku akan mengunjungi paman dan bibi"

"Kau memang anak yang manis, Nana" mendengar ucapan paman membuat aku tersenyum

"Apa kau telah menghubungi ibumu?"

Hal yang tak ingin ku dengar dari paman akhirnya keluar, yaitu pertanyaannya tentang hubunganku dan ibu.

Seakan tahu bahwa aku tak akan menjawab, paman kembali berucap

"Ibumu kemaren menghubungi Paman, menanyai apa kau ada menelpon paman akhir-akhir ini atau tidak. Lalu paman menceritakan ceritamu di masa orientasi kampus kemaren, karena pastinya kau tidak menceritakan hal itu pada ibumu. Tapi yang membuat paman bingung, ternyata ibumu sama sekali tak tahu jika kau telah masuk universitas."

Ya. Aku memang tak memberitahukan ibu bahwa aku melanjutkan pendidikan ke universitas. Yang ibu tahu aku hanya telah lulus sekolah dan fokus dikarirku.

Aku mendengar helaan nafas berat diujung sana sampai terdengar suara paman kembali

"Nana, kau masih disitu?" tanya paman, memastikan aku masih tersambung atau tidak.

"Ne?"

"Telponlah ibumu. Meski kau telah mandiri, kau tetap harus mengunjunginya sesekali."

Inilah yang tak kusuka, seseorang yang memberitahu ini dan itu termasuk apa yang harus aku lakukan, meski itu Paman Insung sekalipun.

"Baiklah, Nana. Paman akan tutup telponnya. Jangan lupa telpon Ibumu, oke?"

"Ne.." setelah mendengar jawabanku, sambungan telponpun terputus.

Strawberries & CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang