Chapter 1

5 0 0
                                        

"Vera, nanti pas pidato kata sambutan dari kakak kelas, kamu yang mewakili ya." ujar Friska.

"Seriously? Nggak ada yang lain gitu? Deni? Savira? Yang pinter pidato kenapa gak disuruh aja."

"Ya kamu tahu sendiri kan, Deni kan lagi pertukaran pelajar. Dan Savira lagi sakit demam."

"Our Vice President, Renata atau sang Ketua Osis, Fino?"

"Fino sudah pesen, kalau kata sambutan kakak kelasnya harus dari anggota The Bright Star. Kamu tahu sendiri kan The Bright Star itu semua anggota nya siswa teladan yang berprestasi."

"Kan Fino sama Renata juga anggota The Bright Star."

"Kata sambutan dari ketua Osis kan sudah ada. Masa dari Osis lagi?"

"Si Maria atau nggak Si Luthfia? Kan mereka anggota The Bright Star? Maria juga suaranya bagus kalau pidato. Kan biar yang dengerinnya adem."

"Ya kan Ketuanya kamu. Kalaupun gak ada posisi ketua, kan kamu yang menempati peringkat pertama di The Bright Star selama 2 tahun berturut-turut?"

The Bright Star, organisasi diatas Osis yang mengurus kemitraan kerjasama antar sekolah lain. Anggota The Bright Star mendapatkan keistimewaan dari sekolah, seragam mereka lebih berkelas, punya ruang rapat sendiri, dan masih banyak lagi. Semua keistimewaan itu juga sepadan dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan.

"Ah elah, cari yang lain aja ya Fris. Lagi mager soalnya."

"Padahal banyak guru-guru berharap kamu yang maju mewakili The Bright Star dari angkatan kita."

Nah ini nih, mulai nih. Senjata ultimate si Friska. Paling males kalau Friska sudah mengeluarkan senjatanya. Karna Friska tahu, kalau aku tak bisa menolak permintaan para guru dan kepala sekolah. Firasatku tak enak ketika aku melihat Bu Wardah berjalan kearah kami.

"Selamat pagi Friska dan Vera. Untuk kata sambutan dari kakak kelas, Vera yang mewakili ya? " tanya bu Wardah, Kepala Sekolah kami.

"Iya bu, kan sekalian mewakili The Bright Star dari angkatan kami. Kan Vera jadi Siswa terbaik selama 2 tahun berturut-turut." jelas Friska.

"Baiklah, kalau begitu. Saya permisi dulu, kami semua mengandalkanmu, Vera." Pupuslah sudah niatku ingin menjadi siswa tak terlalu penting.

"Baik, bu. Saya akan berusaha semaksimal mungkin." Bu Wardah pergi meninggalkan kami.

"Sepertinya kamu tak punya pilihan lain, Vera."

"Aah...baiklah, baiklah. Tapi kau harus traktir aku bakso seporsi sama minumannya juga."

"Kalau itu mah gampang. Asalkan kamu mau ngasih kata sambutan dari kakak kelas."

"Traktir aku juga Thai Tea ya? Boleh lah, sekali nyoba yang beda." Aku memasang muka memelas agar dibolehin Friska.

"Eits! Satu aja! Keuangan negaraku lagi krisis moneter." Friska langsung memeluk dompet merah kesayangannya.

"Canda Fris, aku tahu kok kalau kamu lagi bokek sebokeknya."

"Eh, elu anak baru ya disini?"

"Yoi, gua pindahan dari SMAN 152. Gua disuruh ke aula dulu, katanya ada kata sambutan gitu. Tapi sepertinya gua nyasar nih."

"Oh, barengan aja kesananya. Nama gua Jaka." ujar Jaka.

"Gua Indra." Tanpa banyak cingcong kami langsung menuju ke aula.

Kami sampai di aula dan menunggu acaranya dimulai. Saat aku melihat sekeliling, mataku tertuju ke satu perempuan yang mondar-mandir sambil membaca selembar kertas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Your Bride?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang