meeting, bus stop, him, and rain
r e m o r s e
hari ini sudah terhitung seminggu aku menjadi siswa baru, namun tetap saja aku belum menemukan teman yang benar-benar mau berteman denganku apa mungkin gara-gara aku pendiam dan jarang berbaur dengan teman sekelasku? tapi waktu itu aku ikut berbaur,
"hai, kalian lagi bahas apa?" aku bergabung dan ikut duduk diantara teman-teman sekelasku.
semuanya menatapku seperti tatapan tidak suka.
"ga bahas apa apa." ucap salah satu dari mereka, kemudian beranjak darı tempat duduknya dan disusul oleh yang lainnya.
apa mereka memang tidak senang memiliki teman baru? atau bagaimana? ah, aku tidak tau pasti.
sekarang jam pulang sekolah dan seperti yang kuduga pagi tadi, pagar rumah sepanjang komplek dipenuhi capung.
banyak orang beranggapan, kalau banyak capung ngerubung berarti bakalan hujan. aku kira itu cuma sebuah mitos belaka. namun, nampaknya para hewan divisi insecta itu memang benar-benar bisa memprediksi turunnya rintikkan hujan.
aku benar-benar tidak suka jika sudah terjebak dibawah langit yang sedang menjatuhkan tetesan airnya, seperti seseorang yang sedang menangis ditambah aku harus menunggu jemputan bundaku yang bisa dibilang cukup lama, karena sudah terhitung sejam sejak aku menelponnya untuk menjemputku.
kaki ku masih berpijak kuat pada lantai basah halte ini. rintikkan hujan masih berpegang teguh untuk tetap menangis, dan bahkan lebih parah dari sebelumnya. orang-orang sudah mulai beranjak dari posisinya, menaiki bus yang berhenti.
tiba-tiba moodku sedikit hancur, mengingat genangan air hujan berwarna persis dengan susu coklatku. sepatuku bisa berubah warna, dan aku tidak suka itu.
detik itu, lamunanku buyar saat sebuah mobil berwarna silver melintas didepanku yang membuat genangan air yang dilaluinya membasahiku. kalau diingat-ingat yang tadi itu mobil bundakıu
"bundaaaaaaaa!!!" teriak ku memenuhi halte. air mataku jatuh karena benar benar kesal sekarang, bagaimana bisa bunda tidak melihatku yang sudah sejam lebih berdiri menunggunya.
dan saat itu juga seseorang menarikku kebelakang dan mendudukkanku di kursi tunggu halte yang kosong. tangisan ku semakin menjadi karena ketakutan berharap seseorang yang menarik ku ini bukan seorang pedofil atau semacamnya.
dia meletakkan sesuatu di pahaku. mataku yang sedang terpejam sambil menangis, membuatku tidak bisa melihat orang itu ataupun sesuatu yang berada di pahaku ini.
"hei, berhenti menangis" suara itu memenuhi rongga telingaku, dan yang benar saja itu suara khas cowok. tangisanku semakin menjadi jangan nangis gua bilang."
aku tetap tidak berhenti mengeluarkan air mataku dan tetap tidak merubah posisi mataku yang masih terpejam.
"pakai jaket itu, biar baju lu sedikit ketutup kotornya." ucapnya membuatku membuka mata lalu menatap punggungnya yang sudah berjalan menjauh dariku dan langsung saja aku mengarahkan pandanganku ke jaket yang ada di pahaku, lalu memakainya sesegera mungkin.
dapat kulihat, hampir semua orang di halte menatapku sambil terkekeh pelan, ada juga yang langsung menanyakan apa aku baik-baik saja, dan ada juga yang acuh tak acuh. aku hanya tersenyum tipis dan melayangkan terima kasih sudah mempedulikanku.
oh iya, cowok itu. aku harus berterima kasih padanya. kalau saja tadi dia tidak mendudukkanku dan memberiku sebuah jaket, mungkin sekarang aku masih berdiri pada posisiku yang tadi sambil menangis dengan baju yang seperti tersiram susu coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remorse (/ Jeno featuring Jaemin )
Fanfictionperhaps, i was wrong from the start i should have turned away from your smile i should have worn a pokerface every time i was with you i should have pushed your kindness away Jeno, Jaemin, me, rain and, remorse June 15, 2018