Sepuluh tahun telah berlalu, gadis berusia dua puluh tahun ini tersenyum bahagia. Merayakan hari ulang tahunnya. Dugaan dokter salah, ia bisa hidup lebih lama. Walau harus tetap dirawat berjalan.
"Selamat ulang tahun, sayang" mama Eunha mengecup dahi putrinya. "Selamat ulang tahun, Eunha" sang papa juga mengecup puncak kepala Eunha. Eunha tersenyum lebar. "Terima kasih, mama, papa"
"Mama papa punya hadiah untuk kamu, ayo dibuka" kata mama Eunha. Eunha melirik kotak berukuran sedang berwarna biru muda.
Isinya berupa surat yang ditulis oleh mama papanya langsung, sebuah boneka kelinci, dan sebuah kalung emas berliontin tiara cantik.
Perasaan gadis itu bercampur aduk. Tapi rasa senang lebih mendominasinya. "Terima kasih, mama papa. Eunha sukaa hadiahnya" lalu memeluk kedua orang tuanya.
"Bagus kalau Eunha suka. Mama papa senang" ujar Papa. Eunha mengangguk.
"Apa-- apa aku terlambat?" Suara berat yang berasal dari pintu depan mengalihkan perhatian keluarga itu. "Jungwoo, silahkan duduk. Tidak, bahkan acaranya baru dimulai" Mama menyambut calon suami putrinya.
"Wah, sepertinya akan canggung kalau kita disini, ma. Ayo biarkan mereka berdua" papa berbisik pada mama. Mama mengangguk setuju.
Sepeninggal orang tua Eunha, Jungwoo berucap kikuk, "Selamat ulang tahun, Eunha" sambil menyerahkan kotak besar berwarna merah muda pada gadis didepannya. "Makasih" Eunha tersenyum sekilas. "Dibuka, ya" Jungwoo membalas senyumnya.
Didalamnya ada buket bunga cantik, gelang emas yang terlihat mewah, dan boneka kesukaan Eunha, Judy.
Eunha tak bisa menahan senyum. Dan langsung memeluk erat Jungwoo. Lupakan soal ia datang terlambat, perhatian Jungwoo lebih berharga. "Kamu, nggak marah sama aku 'kan?" Jungwoo menatap calon istrinya. Eunha menggeleng yakin. "Ya, nggak mungkin aku bisa marah sama kamu.. cuma, aku mau tanya satu hal sama kamu, tolong jawab yang jujur" Eunha memainkan jari-jarinya.
Jungwoo tersenyum berusaha mendengarkan apa yang akan ditanyakan gadis itu. "Kamu- nggak malu punya calon istri penyakitan kayak aku 'kan Woo?" Hati Eunha berdebar menunggu jawaban Jungwoo.
Tanpa keraguan, Jungwoo menggeleng. "Tentu nggak, aku cinta kamu apa adanya. Kalau aku meninggalkan kamu cuma karena penyakit kamu, artinya aku 'cowok bodoh, Na"
Eunha tersenyum tulus. "Terima kasih"
_________________________
"Copet!" Jerit seorang ibu yang tasnya di sambar copet. Seketika orang orang disekitarnya mengerumuni sambil beberapa kali bertanya 'kenapa?' "Tas saya diambil copet, mas. Tolong kejar tas saya!" Ibu tersebut hampir menangis. Semua orang yang mengerumuninya mulai mengejar copet yang dibilang si Ibu.
"Copet! Mau lari kemana kamu! Dasar kurang ajar!" Seru pria yang mengejar copet tersebut. Si copet dengan hoodie hitamnya tersudut di sebuah gang. "Buka tudungnya!" Salah seorang warga berseru.
Pria tadi meraih tudung anak muda itu. Terlihatlah wajah tampannya. Dengan beberapa kali bogeman, wajahnya sudah babak belur.
--------
Eunha baru saja pulang dari panti asuhan, bertemu dengan beberapa anak kecil baru.
Tiba-tiba ia tak sengaja melihat kerusuhan di sebuah gang. Merasa penasaran, ia menghentikan mobilnya.
Keadaan yang dilihatnya, seseorang sedang dipukuli dengan bengis.
"Hentikan!" Jerit Eunha.
"Tapi, nona. Dia ini copet" kata pria tadi. Eunha mengehela napas. Anak muda itu dengan cepat mengenakan tudungnya lagi.
"Mas, coba buka hoodienya" Eunha memberanikan diri berbicara. Lelaki itu menggeleng. "Saya bisa saja menolong kamu, tapi karena saya belum lihat, saya tidak mau" Eunha berujar dengan nada agar mengancam.
Lelaki muda itu dengan pasrah membuka tudung hoodienya. "Nah kan sa-- Jae- Jaehyun?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK [ Eunha × Jaehyun ]
FanfictionNapas Eunha tersengal-sengal. Perutnya terasa kram. Kakinya juga mati rasa. Ia rasa hidupnya tinggal beberapa detik lagi. Matanya mulai terpejam. Sampai ia merasakan ada tangan yang membopongnya. Membawanya lari dalam pelukannya. Terasa hangat. Lela...