2.

14 2 4
                                    

"hey apa lo nggak capek disini?" ucap seorang cowo seraya memainkan gelas dan botol.

Sementara Devita hanya diam dan menaruh pesanan pelanggannya Yang sejak tadi sudah menunggu.

"sudah dua hari satu malam lo disini, lo mau nggantiin jadi wanita.."dengan sengaja cowo itu hanya menggantungkan katanya dan Devita pun tau apa yang dia maksud.

Devita hanya tersenyum seraya memandangnya dengan tatapan flet.

"lo sudah dua hari disini hingga seragam sekolah mu membusuk"

"apa urusan lo?"

"gue cuma kasian orang-orang yang ada disini"

Devita hanya diam dan mengambil satu botol yang masih tersegel rapi dari meja bar kerjanya. Dengan segerapun dia memasukkannya ke dalam tas sekolahnya dan pergi meninggalkan cowo itu, karna sudah muak melihat wujud cowo itu.

"kebiasaan" ucap cowok itu.

Walaupun devita mendengar perkataan cowok sialan itu tapi dia lebih memilih diam, dia sudah capek dengan permasalahan yang ada di dalam hidupnya.

Devita dengan cuek berjalan dengan santai membelah lautan manusia yang melakukan hal-hal yang biasa dia lihat sehari-harinya.

Yap tentu saja hal yang tidak senonoh untuk orang dibawa umur dua puluh satu tahun, termasuk dirinya sekarang. Dia cuek saja menggunakan pakaian yang dia apakai selama dua hari.

Dia mulai keluar dari gedung itu tentu saja lewat di jalan yang bisa dia lewati, memang jalan itu cukup menyeramkan baginya. Tak jarang dia melihat beberapa gerombolan orang yang entah saling membunuh atau penculikan disana. Beberapa langkah yang dia melihat seorang gadis yang sedang duduk seraya memeluk lututnya di sebuah kedai, entah berapa lama dia memandang aktivitas orang-orang di jalan.

Entah apa yang membuat Devita tertarik dengan kegiatan gadis di sebarang sana. Devita mulai menyenderkan tubuhnya disebuah kedai.

Tak lama setelah Devita melihat seorang lelaki yang seumuran dengan gadis itu membuka pintu kedai itu. Sepertinya mereka saling kenal, entah apa yang terjadi oleh gadis itu. Gadis itu memiliki beberapa memar di wajahnya. Mereka mulai saling bercakap entah apa yang mereka obrolkan. Tapi saat gadis itu mengucap sepatah kata saat lelaki itu mulai masuk dan membereskan kedainya dia saat itu juga menghentikannya karena ucapan gadis itu.

Kemudian lelaki itu menundukkan kepalanya dan memperlihatkan seringaian kecil di bibirnya. Mulai mencoba mengucapkan balasan untuk gadis yang masih dalam kondisi yang sama. Tak perlu waktu lama setelah percakapan itu gadis itu berlari memasuki kedai.

Devita mulai tersenyum kecut melihat mereka.
"semoga hidup lo lebih beruntung dari gue" ucapnya.

Mulai merogoh kantung sakunya, mengambil sekotak rokok dan mulai menjejalkan batang rokok itu ke mulutnya. Mulai mengidupkannya.

Dengan santainya dia berjalan dan terus menjejelkan rokok pada mulutnya jika sudah habis, dia sudah terbisa melakukan itu setiap dia jenuh. Sebenarnya dia sudah lupa sejak kapan dia pertama kali mengenal barang yang seperti itu dan dia juga lupa apa alasan sebenarnya bisa berada di kehidupan yang seperti sekarang. Dulu dia adalah seorang gadis polos dan ceria yang menikmati kehidupan yang mewah, tentu saja dengan perhatian orang tua yang membuatnya nyaman di rumah. Hidupnya dulu terlalu sempurna untuk dibayangkan, dulu dia tak usah pusing-pusing memikirkan dimana tempat yang nyaman untuk dia berdiam menikmati dunia yang damai dan mulai melamunkan hal-hal yang ingin dia pikirkan atau hanya untuk menyendiri untuk menikmati semua yang dia suka. Dulu dia bahagia tanpa barang barang haram itu.

THE ASSAIL (EL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang