Pagi ini tidak ada perasaan berbeda yang dirasakan Jenaya Riandi saat menjalani tugasnya, dia mash berkutat dengan baskom-baskom aluminium yang baru saja ia buang airnya dan mengelap baskom itu dengan kain putih yang berada di dekatnya.
Jeje beranjak menuju sebuah troli yang sudah di design pas bagi baskom-baskom itu, dan mengisinya dengan air hangat yang sudah disiapkan oleh temannya. Setelah kedua baskom yang tadi di siapkannya telah terisi penuh, Jeje segera menyambar beberapa pakaian rumah sakit berwarna hijau muda serta handuk kecil putih yang ia taruh di bagian bawah trolinya.
Jejepun berjalan menuju ruangan bertuliskan Cemara 1290 dan mengetuk pelan pintu tersebut.
"Siang bu Indri......" ucapnya sambil mengintip dari kaca pintu geser itu.
"Eh suster, masuk masuk, wah udah waktunya mandi ya?" ucap remaja yang duduk di bangku yang tersedia di sebelah tempat tidur rumah sakit itu.
"Iya doong, udah jam empat nih, air hangatnya udah saya siapin ya bu, langsung berseka aja ya, nanti keburu dingin airnya." Ucap Jeje ramah
"Siap suster." Jawab sang pasien dengan tambahan senyum di wajahnya.
Jeje beralih ke pasien yang ada di sebelahnya, Jeje membuka sedikit tirainya dan memasukkan kepala kedalamnya.
"Kak Citraa, mandi yuk??"
"Cit, ditanya suster tuh." ucap seorang ibu yang berdiri disamping seorang remaja yang tengah memainkan ponselnya.
Remaja itu hanya mengangguk dan kembali memainkan ponselnya, Jeje mendekatkan air hangat di dalam troli sehingga berada di tengah-tengah kedua pasien itu.
"Bu, air hangatnya dan handuk sudah saya siapkan di troli yaa."
"Terima kasih suster." ucap sang ibu sembari mengangkat baskom dan memindahkannya ke dalam tirai putrinya.
"Nanti bekas baskom sama baju kotornya ditaruh di troli aja ya, nanti saya ambil lagi, oke?"
Kemudian Jeje keluar dari ruangan itu, dan kembali ke pos jaganya untuk beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaannya menyediakan air hangat untuk berseka pasien di bangsal Cemara.
"Je, hari minggu jadi kan gantiin shift gue?" ucap seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Jeje
"Jadi, jadiiii. Gue gak kemana-mana juga kok. Shift dua kan?" jawab Jeje
"Iyaaaaa shift dua yaa Jeje sayaang. Nanti gue traktir deh."
"Oke, ketoprak seporsi ya Lel." ucap Jeje sambl menujukkan jempolnya.
"Siaaaaap. Gue balik lagi ya ke UGD. Thank you saaay." ucap Leli sembari turun melalui tangga darurat yang berada di sebrang pos jaga Jeje.
Jeje hanya tersenyum melihat sahabatnya pergi dan berpaling kepada seorang ibu yang datang ke meja jaganya untuk mengganti infus suaminya yang telah habis.
Sore itu, Jeje menghabiskan sisa pekerjaanya dan segera membereskan barangnya yang terletak di ruangan belakang meja jaganya dan segera turun menuju ruangan perawat yang berada di lantai satu dan absen kepulangannya sore itu.
Setelah menyapa beberapa orang akhirnya Jeje sudah sampai di lobi rumah sakit. Jeje menegadah dan menatap langit.
"Akhirnya ujan juga." Jeje berjalan ke tepian atap rumah sakit dan memanggil anak yang sedang membawa payung yang berada di parkiran rumah sakit.
"Dek, ke halte sebrang ya."
"Siap tantee." ujar si anak dan menyerahkan payungnya kepada Jeje dan membiarkan dirinya menerima guyuran hujan yang cukup deras.
YOU ARE READING
JENAYA
Teen FictionJenaya, gadis usia pertengahan yang sedang dilema apakah ia harus mempertahankan prianya yang selama ini telah bersamanya atau ia harus kembali bersama cintanya yang kembali? dan apakah Jenaya mendapatkan sebuah akhir yang bahagia? dan apakah Jena...