"Sial!" desis seorang pemuda yang memiliki sembilan buah ekor keemasan di balik punggungnya.
"Kim senyum kotak, ada masalah apa?!" Sesosok mungil bersayap hijau mint berlari keluar dari sebuah gedung megah yang terbuat dari marmer hitam.
"Jungkook-hyung! Ayo, acaranya sebentar lagi akan dimulai!" seru sosok mungil lainnya yang memiliki sayap pink sakura.
"Kembalilah masuk ke dalam Siwgr, SJiss, di luar sini berbahaya," balas seorang pemuda manis bergigi kelinci.
"Taehyung, Jungkook, apa yang terjadi?" tanya serorang Alvs tinggi besar yang mengikuti si mungil.
"Ravi, suruh semua yang ada di dalam bersiap menghadapi guncangan." Sang siluman rubah yang dipanggil dengan nama Taehyung itu menggertakkan giginya.
"Kita semua lengah, Ravi. Kita semua salah perhitungan. Mereka, sang Ratu dan anak buahnya akan segera menyerbu kemari." Jungkook, si pemuda bergigi kelinci memandang muram ke dalam cermin yang menunjukkan sembilan pilar cahaya penyangga Elyssia*1 dilumpuhkan satu persatu.
"Apa?!" pekik sang Alvs tak percaya.
"Yifan-hyung! Zitao-hyung! Aku percayakan High Priestess kita yang baru pada kalian! Bawa mereka ke pesisir! Bantu mereka mengaktifkan sihir teleportasi yang akan memindahkan mereka ke Hokkaido!" perintah Taehyung cepat kala melihat para ksatria yang lain sudah berada di luar kuil marmer.
"Tidak! Kami tidak mau!"
"Kami akan berperang bersama dengan kalian semua!"
"Serahkan pada kami. Ayo, Zitao!"
"Brats, kalian harus selamat! Karena hanya kalian harapan kami di masa depan."
"PERGI SEKARANG!" Raungan Taehyung disusul dengan dentuman keras tanda hancurnya perisai sihir yang melindungi Elyssia.
.
.
.
Dua pasang kaki mungil itu terus berlari melintasi tanah berbatu, tak peduli dengan tajamnya kerikil yang menggores kulit, tak peduli dengan darah yang terus menetes, mereka terus melaju. Dua bua kepala berbeda warna surai itu tak sekalipun menoleh ke belakang, hanya sesekali mereka berjengit kala mendengar suara ledakan keras atau raungan buas yang menggelegar. Dua pasang iris heterochormia serupa ruby dan emerald itu memicingkan mata yang berkilat penuh amarah juga kesedihan saat melihat warna kelabu menyebar di sekitar mereka. Lebih tepatnya, warna kelabu itu seperti berkejaran dengan langkah mereka.
.
Kemanapun mereka pergi, kemanapun mereka berlari. Tanah yang retak mengering, dedaunan yang gugur melayu dan makhluk hidup malang yang mendadak mati lalu hancur menjadi abu terus mengikuti keduanya. Di mana-mana, api merah kehitaman berkobar tinggi menjulang dengan rakus menghisap pasokan udara bagi makhluk hidup dan asap kelabu pekat keunguan membumbung tinggi memenuhi langit menelan setiap partikel cahaya yang dipancarkan matahari. Hawa panas menyebar tak terkendali, menjadikan angin yang berhembus dari arah gunung sarat dengan aroma kematian, menjadikan kedua sosok mungil itu seolah-olah perwujudan nyata dari dewa kematian.
.
.
"Siwgr-hyung!!! Awaaaaaas!!!" pekik SJiss sembari menerjang tubuh kakaknya, menghindarkan bocah bersayap sewarna mint itu dari tebasan pedang dari seorang penduduk yang menggila.
"SJiss! Kau terluka! Sayapmu!" Kilatan amarah tampak di mata Siwgr yang tak terima adiknya terluka, tanpa sadar kuku jemarinya memanjang dan menajam.
"Hyung! Hentikan! Aku tidak apa-apa, ini hanya luka kecil." SJiss menggenggam tangan sang kakak. "Aku mendapatkannya ketika kita terjatuh dari punggung Shen Long*2."
KAMU SEDANG MEMBACA
転生する 🔪 Meanie [⏹]
FanfictionSesuatu di dalam perutnya bergerak-gerak, menendang, memukul, seperti ada bayi sungguhan yang hidup di sana. Tensei suru MPREG DISCONTINUED #8 household ©2018, MiRaI_team