Prolog

324 61 15
                                    

Yoona memejamkan mata erat. Napasnya tersendat. Perasaan tidak asing itu kembali menyeruak, tiap detiknya bertambah kuat. Kedua tangannya mengepal. Begitu kuatnya hingga kuku jari yang telah dipoles sedemikian halus melukai telapak tangan. Rasa sakit itu tak mampu ia rasakan. Tidak untuk saat ini.

Seluruh inderanya semakin menguat. Erangan lirih seorang wanita terdengar jelas diikuti geraman tertahan pria. Peluh membanjiri pelipis Yoona. Rambutnya berantakan, begitu pula pakaian yang sudah tidak serapi pagi tadi. Penampilannya sangat kacau.

"Lebih lebar sayang…," suara serak itu membuat Yoona membuka mata dan menunggu pria itu melanjutkan aktivitasnya.

Menolehkan kepalanya ke samping, wanita itu menahan napas. Hingga sebuah desahan keras ia dengar. Cukup sudah! Suaminya sudah bertindak terlampau jauh.

Dengan perasaan campur aduk Yoona melangkah pergi. Tidak peduli pada tatapan aneh yang diberikan orang - orang. Hatinya sudah hancur bahkan sebelum ia datang kemari. Dan sekarang, sang suami malah menambah luka. Ia seakan mati rasa.

Kehidupannya terus berjalan, namun takdir Yoona masih belum berubah. Dahulu maupun sekarang, mereka para pria tetaplah sama. Sifat itu sudah mendarah daging. Karenanya Yoona menyerah lalu pergi secara diam - diam. Hanya untuk sementara saja, ia ingin menenangkan diri. Melawan keinginan terkuatnya untuk kembali ke hotel itu lalu mendobrak masuk dan menghabisi selingkuhan suaminya.

DNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang