🌸 2/2

1.9K 365 72
                                    

"Aku bisa naik taksi." Jawab Myungsoo setelah keduanya keluar dari dalam mobil.

Mobil milik Suzy itu sudah terparkir nyaman di basement apartemen Suzy di kawasan Samseong, Seoul.

Suzy menggigit bibir bawah bagian dalamnya, lagi-lagi ia merasa tidak enak kepada Myungsoo karena malah merepotkan laki-laki itu. "Tapi--"

"Masuklah, ini sudah larut malam sekali," Sela Myungsoo dengan melirik arloji hitam di pergelangan tangannya. Mata tajam itu menatap Suzy yang masih bergeming di tempatnya, lalu menambahkan, "Aku tidak pa-pa, Suzy. Masih banyak busway atau taksi di luar sana. Tenanglah."

"Seharusnya aku tidak membebanimu, Oppa..." Suzy menghela napas, kedua bahunya merosot, tatapannya sedih.

"Aku senang bisa mengantarmu, Suzy." Myungsoo menyunggingkan senyumnya. Mencoba menghalau segala bentuk ketidakenakan yang dipikirkan Suzy. "Kalau begitu aku pamit dulu, ya." Myungsoo menundukkan kepalanya pelan, menyunggingkan kembali senyuman di bibirnya lalu berbalik arah.

Kakinya baru melangkah tiga langkah ketika Suzy memanggilnya pelan. Membuat Myungsoo menoleh kebelakang. "Ya?"

Suzy melangkah mendekat, menghampiri Myungsoo sambil menyodorkan ponselnya, "Catat nomor telponku, dan hubungi aku ketika kau telah sampai di Apartemenmu. Ya?"

Myungsoo melirik ponsel Suzy yang layarnya kini menampilkan nomor kontak milik si perempuan itu. Dalam hatinya berfikir bahwa itu masih nomor yang sama dengan nomor Suzy yang ada di dalam ponselnya. Kedua mata tajam Myungsoo menatap tepat di manik mata Suzy, sedikit meringis sambil menggaruk tengkuknya sendiri, "Sebenarnya aku sudah memiliki nomormu."

Ucapan Myungsoo sontak membuat kedua mata seperti bulan sabit itu membelalak, tidak menyangka sekali karena ternyata lelaki itu memiliki nomor ponselnya. Suzy menarik kembali tangannya setelah sebelumnya keterkejutan mengambil kesadarannya. Ia berbicara, "Hubungi aku jangan sampai lupa, uh?"

Myungsoo mengangguk.

***

Suzy mengambil botol air minum yang tergeletak diatas lantai dengan menunduk. Menegak isinya hingga setengah, lalu menaruh kembali botol tersebut ketempat semula. Dengan gerakan cepat, tangannya menyambar handuk kecil dari dalam backpack Louis Vuitton-nya untuk mengelap peluh yang mengucur di sekitaran wajahnya.

Hari ini adalah Asia Fanmeeting terakhirnya yang bertajuk 'With Suzy' di gelar di Seoul. Tiket ludes sejak jauh-jauh hari, dan Suzy tidak mau persembahannya sebagai penutup acara tour Asia--apalagi ini di Negara nya sendiri--menjadi jelek dan tidak berkesan. Fans setia nya, Suzy tidak ingin mengecewakan mereka. Mengecewakan orang-orang yang menyayangi nya setulus hati. Mengecewakan, mereka yang sudah mau meluangkan uang dan waktu nya untuk menonton dan bertemu dengannya. Karenanya, Suzy ingin menampilkan yang terbaik untuk mereka semua. Tanpa terkecuali.

"Uri Nation's first love!" manager Park tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu dengan kedua tangan terentang seperti ingin memeluk. Wajahnya semringah, nampak sekali ada kabar baik yang telah sampai di telinga pria itu hingga membuatnya bertingkah seperti sekarang.

Pria bersetelah jas dan celana dasar pendek yang memiki warna senada dengan warna jas nya itu langsung berjalan masuk. Senyuman merekah-rekah di wajahnya, "Kau pasti lelah sekali..." manager Park mengerutkan kening.

"Tidak. Aku senang menari dan bernyanyi." Suzy menyampirkan handuknya. "Sajangnim, apa yang membuatmu bahagia sekali hari ini?"

"Kentara sekali kah?" Manager Park tersenyum simpul, "Aku hanya senang karena ini hari terakhir Asian tour kita." Lanjutnya.

Nation's First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang