Part 1

932 11 1
                                    

"Ghin, bareng yuk kantin?" Ajak seorang pemuda kepada sahabatku, Ghina. Ghina hanya melirik sekilas lalu melengos. Bukannya menjawab ajakan pemuda itu, Ghina malah mengajakku pergi.

"Bby, kantin yuk, laper gue. " Ajaknya lalu menarik tanganku. Aku hanya pasrah mengikuti ajakan Ghina. Sekilas kulihat wajah murung pemuda itu. Kasihan. Dia pemuda yang tampan. Sayang, Ghina tidak pernah mau mendekatinya.

Oh iya, sebelumnya, ijinkan aku memperkenalkan diriku. Namaku Prilly, Prilly Latuconsina. Tapi Ghina, lebih suka memanggilku Bby. Chubby ya, bukan Babby :p . Aku sangat menyukai musik dan photografi. Aku anak yang sangat cerewet dan periang. Bukan maksud menyombongkan diri, tapi karena sifatku itulah banyak yang suka berteman denganku. salah satunya ya teman sebangkuku sekaligus  sahabatku, Ghina. Ghina adalah sahabatku semenjak kami sama sama mengikuti kursus vocal ketika SMP. Ternyata ketika SMA, kami bersekolah di sekolah yang sama, bahkan satu kelas. Ghina adalah gadis yang sangat cantik. Kulitnya putih, rambutnya yg panjang , lurus terawat dan hidungnya yang mancung menjadi daya tariknya. Ditambah dengan dua lubang di pipinya alias lesung pipi yang membuat dia semakin digilai kaum adam. Dia pintar, baik dalam akademik ataupun yang lainnya. Dia juga merupakan Ketua klub Dance dan Musik di sekolah kami. Ghina adalah anak pemilik yayasan SMA kami. Artinya, dia adalah anak orang kaya. mungkin itu yang membuat dia -sedikit- sombong dan memilih dalam bergaul. Ayahku sendiri adalah pemilik salah satu perusahaan terbesar di Jakarta. Tidak ada yang tahu itu selain Ghina dan kedua sahabatku yang lain.

Pemuda tadi adalah Ali. Dia teman sekelas kami. Dia anak yang baik, dan pintar. Sudah lama Ali menyukai Ghina. Yang aku tahu , mereka satu sekolah sejak SMP. Tapi Ghina tidak pernah menanggapinya. Ali bukannya tidak tampan, malah dia sangat tampan. Kulitnya yang putih, hidungnya mancung, tatanan rambutnya rapi, juga badannya yang proporsional. Dia juga bukan pemuda berandalan. Dia tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak suka clubbing, tidak suka balap liar, pokoknya semua kegiatan yang bertentangan dengan agama, dia tidak akan melakukannya. Ibadahnya juga rajin. Ditambah lagi Ali adalah ketua klub Basket dan ketua OSIS SMA kami. Yah, pacar idaman semua wanita. kecuali Ghina ya. Kalian pasti heran kenapa aku sangat mengetahui sifat Ali. Kalian tahu? Iya benar, aku menyukainya sejak pertama masuk di sekolah ini. Sssst...tidak ada yang tahu perasaanku ini, bahkan Ghina sekalipun. Sedih rasanya ketika tahu dia menyukai sahabatku sendiri. Apalagi aku tahu , Ghina tidak akan pernah menanggapinya, karena dia bukan anak orang kaya. Dia anak yatim piatu yang harus berjuang sendiri menghidupi hidupnya. Mungkin banyak yang berfikir, mengurus hidupnya saja susah, sok sokan pengen jatuh cinta. iya? tapi cinta datang tidak pernah bisa diduga. kita tidak bisa mengatur kedatangan cinta, yang kita bisa hanya mengontrol rasa bahagia dan sakit karena cinta itu.

"Ghin, kamu gitu banget sih sama Ali? " tanyaku ketika aku dan Ghina sudah duduk di salah satu meja yang ada di kantin. Ghina menatapku dengan tatapan tajam.

"Ya maksud aku, kalopun kamu ngga suka sama dia, bisa ngomong baik baik kan? kamu kayak nganggep dia itu ngga ada. kan kasihan." lanjutku lagi.

Ghina berdecak kesal kemudian memutar bola matanya.

"Kumat deh ceramahnya. Lo tahu kan Bby, gue anti sama orang orang low genk. Mereka emang pantes keleus di gituin. anggep ngga ada aja , ngga penting. buat apa ngomong sama mereka, ih males deh. " jawabnya lalu memanggil ibu kantin untuk memesan makanan.

aku hanya menghela nafasku pelan mendengar jawaban Ghina. entahlah, mungkin sudah mindsetnya Ghina sudah seperti itu.

Dari jauh terlihat dua orang gadis cantik datang mendekati kami lalu duduk disebelahku dan disebelah Ghina.

Mereka sahabatku juga. Mila dan Dahlia. Mila dan Lia -Dahlia- berbeda kelas dengan kami. Mila dikelas Bahasa dan Lia di kelas IA2. Aku dan Ghina sendiri dikelas unggulan, IA1. Mila adalah ketua klub jurnalis sekolah, sementara Lia adalah ketua Klub Pencinta Alam. Secara fisik, Mila dan Lia adalah gadis yang cantik. Mila dengan rambut panjang bergelombang dan wajah imutnya. Sedangkan Lia dengan rambut pendek dan wajah blasterannya. Banyak yang bilang, kami adalah sekumpulan barbie barbie bernyawa. walaupun buatku, aku tidak seperti yang mereka bilang. mungkin sahabat sahabatku, iya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

bestfriend, love, or friendzone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang