a bride replacement | SATU

8.6K 536 20
                                    

"Bertanya soal keluarga, aku ada. Tapi tak satu pun yang menganggapku ada."

-Raina Shasilia Wijaya-

☘☘


Shasi menengadahkan wajah, menatap matahari yang mulai terbenam, di sisi pantai ditemani oleh sapuan angin yang menerpa kulit wajahnya, menjadi saksi datangnya senja. Dalam hati ia berkata akankah senja pergi membawa serta merta rasa sakit yang kini melandanya.

Ketika memandang matahari yang mulai hilang dari cakrawala dan tergantikan oleh kegelapan, saat itu hatinya selalu berharap. Akankah senja membenamkam segala rasa sakitnya. Akankah senja yang tenggelam ikut membawa kesedihannya. Namun sayangnya senja taksama sekali mampu mengubah hidupnya. Senja tetaplah senja yang selalu menghadirkan kegelapan dan menyisahkan kehampaan dalam hidup Shasi.

Ada begitu banyak harapan yang tertimbun dalam kepalanya saat ia menikmati matahari terbenam.
Harapan akan hidupnya yang penuh dengan kegelapan terganti dengan warna cerah, seperti halnya sunrise. Ia tak pernah berani menyukai sunrise, karena sunrise taksama dengan hidupnya.

Ia lebih suka senja, karena senja menggambarkan bagaimana kehidupannya yang sebenarnya.

Sebegitu hinanyakah ia sampai Tuhan memberi skenario menyedihkan ini ke dalam hidupnya.

Shasi memejamkan mata serapat mungkin ketika bayangan itu melintas memasuki pikirannya. Ada sesak bercampur sakit yang membuat tubuhnya remuk redam. Ia tak menyangka kalau apa yang dipikirkannya selama ini menjadi kenyataan.

"Kamu memang bukan anakku!"

Ia berusaha menahan tangisannya saat bulir bening itu justru kembali menggenang di pelupuk matanya, sulit sekali menahan air matanya agar tidak tumpah, semua rasa sakit itu seolah memintanya untuk dilepas.

Jangan menangis!

Jangan menangis, Shasi!

Kata itu terus ia lafazkan namun tetap saja tak mampu menghentikan membendung air matanya. Shasi menangis, merasa sakit mendengar kenyataan itu keluar dari mulut wanita yang selama ini disayanginya, wanita yang Shasi ketahui sebagai Mama kandungnya.

"Kamu hanya anak dari wanita simpanan suamiku. Meskipun kamu anak kandung suamiku sampai kapan pun darahku tidak mengalir dalam tubuhmu." Kalimat itu terdengar tajam hingga menusuk ke dalam jantungnya.

Selama ini Shasi selalu bertanya-tanya. Kenapa Mama memperlakukannya berbeda, tak sama seperti ibu-ibu lain memperlakukan putrinya. Yang melimpahi putrinya dengan kasih sayang, memasak makanan kesukaannya, membacakan dongeng sebelum ia tertidur atau menciumnya saat ia terlelap. Ia selalu mempertanyakan itu. Tapi takbsedikit pun mendapatkan jawaban.

Sampai saat di mana usianya sudah sedewasa ini, ia baru mengetahui sekarang.

"Kalau bukan karena suamiku kasihan padamu dia juga tidak akan membawamu ke rumah ini."

Shasi tidak tahu sebesar apa dosa ibu kandungnya di masa lalu hingga ia yang harus menanggung kebencian Mama. "Kamu hanya anak haram, enggak seharusnya kamu hadir dan mengacaukan kehidupan rumah tanggaku."

Jika bisa memilih ia juga tak ingin dilahirkan dalam keadaan salah seperti ini. Shasi lebih baik tak lahir kalau ia hanya akan ditakdirkan menjadi anak dari wanita simpanan. Shasi juga tak menginginkan takdir seperti ini, menjadi anak haram.

a bride replacement (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang