Debur ombak terdengar bersahutan. Angin beraroma garam menerpa wajah, sembari membawa udara malam yang cukup dingin. Di tepi pantai tersebut, berdiri dua orang yang sedang berusaha menepis luka di dada masing-masing. Tenggelam dalam perasaan yang tidak bisa dijelaskan melalui kata-kata.
Mereka terdiam, membiarkan hening yang berbicara. Berkali-kali mereka menghela napas panjang. Berkali-kali pula, rasa sakit tidak terdefinisikan menyergap dalam dada.
"Setiap kali gue bangun, gue selalu meminta satu hal pada Tuhan. Jika selamanya tidak bisa menjadi milik kita, gue berharap kisah yang pernah terjadi antara kita tidaklah sementara," pemuda itu berucap parau.
Pemuda itu memandang lurus ke hamparan langit malam yang cerah bertabur bintang. Ada selaput transparan yang menyelimuti secercah luka di mata gelapnya. Malam ini, ia harus mengaku kalah. Malam ini, ia harus rela jika semesta tidak pernah bersahabat dengannya. Malam ini pula, ia harus rela jika selamanya waktu tidak akan pernah menjadi miliknya.
Pemuda itu memutar tubuh, menghadap seorang gadis yang sejak tadi hanya membisu di sampingnya. Tangannya terulur, menggenggam erat jari-jemari gadis yang selama ini membuatnya kuat bertahan. Mungkin, ini terakhir kali, ia bisa melihat wajah gadis yang dicintainya itu.
"Terima kasih, telah membuat gue merasakan indahnya jatuh cinta. Terima kasih, telah membuat gue tertawa selama kita bersama," pemuda itu terdiam sejenak. Sebutir air mata menetes dari mata gelapnya. "Setelah gue pergi, gue harap lo akan selalu baik-baik saja. Karena bagaimanapun, kisah kita adalah sebuah kesalahan."
Air mata yang sejak tadi menggenang di mata cokelat gadis itu, akhirnya luruh. Isakan yang membuat dadanya semakin sesak, tidak dapat lagi ditahannya. Ia kalah, ia menyerah. Luka itu terlalu perih untuk ditanggungnya.
Malam ini, tidak ada lagi yang bisa mereka perjuangkan. Nyatanya, bahagia tidak akan pernah menjadi milik mereka, sekalipun mereka memaksa, dan melawan takdir hingga berdarah-darah. Sekejam apapun, mereka tidak akan pernah bisa mengelak bahwa selamanya masa tidak akan pernah bersahabat dengan mereka.
"Malam ini dia pergi, dan tidak akan pernah kembali lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkaran Ilusi ✓
General Fiction(Revisi) Clarissa pikir, jatuh cinta pada pemuda baik-baik seperti Firza tidak akan menimbulkan masalah. Namun, ternyata ia salah. Kehadiran Firza dalam hidupnya justru membuatnya terlibat dalam sebuah hubungan yang aneh dengan seorang pemuda bernam...