Malam datang menggantikan siang begitupun dengan suasana penuh kegelisahan yang berganti menjadi ketenangan. Meski begitu keadaan tetap tidak berubah, gersang itulah yang dirasakan. Jakarta memang tidak pernah bisa merasakan ketenangan meski sesaat, sisa polusi yang bercampur emosi sepertinya terselip dimalam ini.
Diana belum pulang dari rumah sakit sejak pagi tadi. Ia melakukan beberapa operasi hari ini jadi Daniel sepertinya menginap dirumah Raisa seperti biasanya.
Layar televisi menyala, disofa ada Daniel yang sedang duduk menatap layar didepannya ditemani Dino yang sudah terkapar dipangkuannya. Padahal malam ini mereka berniat menonton liga eropa tapi belum apa-apa Dino sudah menutup matanya meninggalkan Daniel seorang diri yang masih membuka mata. Daniel tak benar-benar fokus menonton ketika suara langkah kaki Raisa menuruni tangga. Ia menoleh matanya mengekor mengikuti langkah Raisa yang berjalan menuju dapur. Malam itu Raisa mengenakan pakaian tidur panjang bermotif doraemon kesukaannya dengan sendal sapi. Ia memakai kerudung seperti biasanya. Meskipun daniel sudah seperti keluarga tapi Raisa tidak pernah sekalipun menampakan auratnya pada laki-laki yang bukan mahramnya itu.
"Belum tidur Rai?" Akhirnya Daniel membuka suaranya. Raisa menoleh kearah sumber suara.
"Belum. Kenapa memang?" Tanyanya sembari membuka lemari es mengambil susu vanila kesukaannya. Itulah kebiasaan Raisa meminum susu sebelum tidur.
"Temenin aku nonton ya"
"Hmm, kebiasaan" balas Raisa yang tak lagi mempedulikan Daniel. Sibuk meminum susunya. Daniel diam pasrah lalu kembali menatap layar didepannya.
"Susu.." ucap Raisa yang tiba-tiba sudah berada disamping Daniel mengulurkan segelas susu kearah laki-laki itu. Daniel tersenyum ia menerima gelas susu yang dipegang Raisa dan meminumnya.
"Terima kasih" ucapnya sembari meletakan gelas tadi dimeja. Tatapan Raisa beralih pada Dino yang berada dipangkuan Daniel.
"Si gendut udah tidur. Dasar kebo" Daniel hanya tersenyum tanpa menanggapi mendengar gerutuan Raisa.
"Kamu bakal nemenin aku nonton kan??" Tatapan Daniel begitu tajam. Penuh pesona membuat Raisa menahan nafasnya untuk beberapa saat. "Rai" suara Daniel membuyarkan lamunan Raisa. Ia tampak gelagapan. Merasa malu sampai tersipu.
"Iya. Untung aja besok hari libur" gerutu Raisa kesal.
"Kamu baik deh"
"Loh kamu ko ngikutin gaya bicara aku sih"
"Haha, itukan jurus andalan kamu kalo mau permintaannya diturutin" sepertinya Daniel senang melihat ekspresi di wajah Raisa yang semakin cemberut karena ejekannya.
"Iish, kamu ngeselin banget siih"
"Haha. Kamu ada kaca gak Rai?"
"Kenapa emang?"
"Muka kamu jelek kalo cemberut gitu. Coba deh ngaca" Daniel tak berhenti menggoda Raisa yang semakin kesal. Gadis itu bahkan sempat menonjok lengan kanannya. Ia sedikit meringis kesakitan namun tetap tertawa. "Iya deh ampun. Aku laper nih Rai. Makan yu" ajak Daniel yang sudah berdiri dari tempatnya. Ia meletakan kepala Dino dibantal sebelum pergi menuju dapur.
"Aku ikut" seru Raisa kemudian menyusul langkah Daniel. Daniel membuka lemari es. Hanya ada bahan untuk membuat spageti jadi ia memutuskan untuk membuatnya. Inilah satu kelebihan diantara kelebihan yang dimiliki Daniel ia pintar memasak. Benar-benar suami idaman.
Tapi bukankah seharusnya Raisa yang pintar memasak. Tapi ia tak peduli yang terpenting Raisa sangat menyukai Daniel. Selama hidup bertahun-tahun dengan lelaki itu Raisa tidak pernah sekalipun menemukan kekurangan Daniel yang ia dapati hanya kelebihannya yang membuat ia semakin merasa kurang jika dibandingkan Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You Again
Romancemencintai merupakan suatu kebahagiaan pasif yg tanpa disadari bisa saja melukai bahkan ketika tubuh bersimbah darah karena luka kau takan menyadari saat melihatnya karena hanya keindahan yang nampak dimatamu sehingga kau masih bisa tersenyum walau...