SMA ISLAM PELITA
Jambi, 14 juli 2014
Setelah MOS tiga hari berturut-turut, kini Mutiara mulai menjalankan hari-harinya sebagai pelajar disalah satu SMA Swasta.
Mutiara melangkahkan kakinya kedalam kelas X-2. Sambil menghela nafas mutiara
mulai berjalan kebagian belakang. karna hanya tersisa dua bangku disana."hai, saya alfia. boleh saya duduk disini" Tanya seorang gadis cantik berkulit putih sama seperti dirinya. "saya mutiara panggil aja tiara, silahkan" setelah berbincang cukup lama dan bertukar nomor hp mereka memutuskan ke kantin karna guru tak kunjung masuk.
*bisik-bisik*
Gila, cakep banget. Ehh lihat deh adik kelas yang kearah sini, cakep parah! Pasti sombong. Sudah putih, cantik, tinggi, langsing lagi. pasti pacarnya cakep tuh!'Hfft, gini lagi' batin Mutiara. "saya paling males kalau jadi pusat perhatian, Al" ungkap Mutiara pada Alfia. "emang kenapa mut" Tanya Alfia. "saya ga suka aja" balas Mutiara singkat.
"kamu cari tempat duduk aja, biar saya yang pesen makanan, kamu mau makan apa" Tanya Alfia "nasi minyak aja minumnya greentea, ini uang saya al" sementara Alfia memesan makanan mereka, Mutiara mencari bangku kosong.
*bisik-bisik*
"eh, itu Adis bukan sih" Tanya senior menor kepada temannya. "Adis yang anak kepala sekolah itu" "iya, Adis yang itu,cakep sih tapi tatapan nya, serem banget. Terus kayanya sombong deh" "tapi kok Adis ngumpulnya sama senior kelas dua belas sih" "yaelah kaya ga tau Adis aja lu pada"Mutiara yang merasa terusikpun kemudian mengalihkan pandaangan matanya
kearah Adis yang berada diantara senior kelas dua belas.pada saat sedang memerhatikan Adis, tak sengaja Adis juga menatap Mutiara.
Ditatap Adis seperti itu bukanya segan seperti yang lain Mutiara malah menilai penampilan Adis, dan melempar senyuman kepada Adis yang dibalas Adis dengan anggukan kepala."kamu lihatin apaan mut" Tanya Alfia binggung sambil membawa makanan mereka."bukan apa-apa al" balas Mutiara sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara
Teen FictionMutiara seperti sunset bagi Adis, indah namun semu. sedangkan Adis seperti mentari bagi Mutiara, selalu menyinari hari-hari Mutiara. Adis yang penasaran dengan sikap Mutiara yang dingin dan terkesan menutup diri terhadap laki-laki berniat memainkan...