Bagian-2

45 1 0
                                    

Suara Adzan subuh membangunkan Kamayel dari tidurnya. Sama seperti hari-hari sebelumnya ia akan menjalankan aktivitas sehari-harinya. Subuh berjamaah di masjid adalah kewajiban yang tak bisa ia lewatkan bersama ayah dan kakaknya.

Setelah shalat biasanya ayahnya akan murojaah hafalan kamayel dan kakaknya. Belum seberapa hafalan Kamayel, masih menghafalkan juz 28 setelah sebelumnya ia sudah menuntaskan juz 29 dan 30. Hati Kamayel mulai tergugah untuk menghafalkan kitab yang mulia ini sejak ia masuk SMA. Sebenarnya ayahnya sudah lama mengajak kamayel untuk giat menghafalkan qur'an, tetapi Kamayel belum mampu menjalankan kemauan ayahnya.

"Ka, bentar lagi kamu lulus SMA dan mau menlanjutkan kuliah. Kamu sudah memikirkan mau lanjut kemana?" Tanya ayah setelah merujaah hafalan Kamayel selesai.

"ehm.. belum sih ya, mayel masih bingung mau pilih jurusan apa."

"Ayah sebetulnya menyerahkan semuanya pada kamu. Ayah ngggak mau nuntut kamu buat masuk jurusan apa. Kamu sudah cukup dewasa ka, ayah yakin kamu sudah cukup pandai dalam memilih mana yang terbaik buat kamu."

"iya yah, siap. Tapi kamayel boleh tanya sama ayah?" ayahpun menggangguk pelan pada Kamayel. "nanti kalo seandainya mayel kuliah di luar pulau Sumatera ayah izinin mayel untuk pergi?"

"Ayah akan sepenuhnya support kamu nak, yang terpenting nanti kamu bisa menjaga diri disana walaupun kami tidak bisa memantau dari dekat. Jangan khianati amanah yang sudah kami berikan"

Pagi itu berakhir dengan pelukan hangat antara seorang ayah dan anak bungsunya. Kamayel merasakan pelukan erat ayahnya yang sudah lama tak pernah ia rasakan.

Ia merasakan tubuh ayahnya itu sudah semakin tua. Rasanya hampir berpuluh tahun ayahnya bekerja keras membanting tulang untuk ketiga anaknya ini. Entah bagaimana ia harus bisa membalas semua pengorbanan dari ayahnya, yang pasti kamayel sudah berjanji bahwa ia akan selalu membahagiakan orang tuanya.

------------------------------------------------------------------------------

"Dek, kamu nanti naik ojek aja yah. Kakak nggak bisa antar kamu, soalnya buru-buru disuruh datang ke kantor sama bos kakak." Kata kak Solih, kakak kedua Kamayel.

Namanya Achmed Noorsolihudin, biasanya dipanggil solih. Umurnya sekarang 22 tahun, ia baru saja lulus kuliah tahun lalu dan tak lama menunggu ia sudah mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan.

Bekerja di sebuah perusaan media adalah impian dari kak Solih. Selain cocok dengan jurusan yang ia pelajari selama kuliah yaitu sastra, ia memang sudah suka menulis sejak masih SMP. Tak jarang tulisan-tulisan yang ia buat dimuat diberbagai media, baik media cetak atau elektronik. Ia juga sering keluar negeri mengikuti berbagai event tulisan atau seminar tertentu. Biayanya? Hampir semuanya gratis, ia hanya me-"apply" tulisannya, entah itu jurnal, esai, atau artikel tertentu ke pihak penyelenggara event, kemudian tulisannya di terima dan ia pun pergi untuk menghadiri acara tersebut.

Mudah banget ya? Iya, bagi seorang kak Solih yang sudah mahir dan mencintai pekerjaannya.

"Yah, kok baru bilang sekarang sih kak. Kenapa nggak semalam bilangnya." Jawab Kamayel kesal.

"Kalo dikabarinnya dari semalam pasti kakak kasih tahu kamu semalam. Ini barusan loh kakak dikabarin. Katanya penting, kakak juga nggak bisa mengelak dek."

"Yaudah,ya." Jawab Kamayel jutek pada kakaknya.

"yaelah, merajuk nih anak, muka ditekuk gitu. Nggak ganteng lagi ntar dek." Rayu kak Solih.

"biasa aja kali! Udah pergi sana katanya buru-buru."

"hahaha, ngusir nih anak. Yaudah kakak pergi dulu. Ayah, bunda kakak pergi dulu. Assalamualaukum." Diiringi salam dan cium punggung tangan dengan kedua orang tuanya tak lupa juga Kamayel yang mukanya masih ditekuk sebal karena kakaknya yang tidak bisa mengantarnya kesekolah pagi ini.

Tepat pukul 13.20 siang, bel sekolah berbunyi. Tandanya mereka sudah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar hari ini. Kamayel bersantai saja untuk pulang, tidak ada yang harus dikejarnya hari ini. Tiba-tiba tepukan di punggung Kamayel mengagetkan Kamayel yang sedang membereskan bukunya ke Tas.

"Yel, ada acara apa lu siang ini?" tanya Rian.

Rian adalah salah satu sahabat Kamayel yang memiliki tampang mirip dengan Brandon Salim. Tapi, kayaknya kegantengan deh kalo Brandon, kalo misal Brandon tingkat kegantengannya 12, Rian 9 aja deh. Perawakannya tinggi tapi sedikit buncit, putih tapi mukanya doang, alis tebal kayak sincan, hidung mancung tapi sedikit lebar, bibir tebal merah merona tanpa tapi.

"nggak ada ian, kenapa?" tanya Kamayel.

"main kerumah gua yuk?" ajak Rian ke Kamayel

"boleh. Tapi gua pulang buat ganti baju dulu ya." Jawab Kamayel.

"ehm. Lama ntar, langsung aja yuk!"

"gerah kalo nggak ganti baju, apalagi belum izin sama bunda."

"gini aja deh, gimana kalo gua antar lu pulang kerumah, terus gua tungguin ganti baju, sekalian izin sama bunda."

"boleh, tapi Said nggak diajak?"

"udah gua bilang tadi, ntar dia dateng katanya, kan rumahnya juga deket sama rumah gua."

Jarak sekolah Kamayel dan rumahnya lumayan dekat, Cuma butuh waktu 10 menit untuk sampai dirumah Kamayel.

"Assalamualaikum bund"

"Assalamualaikum tante,

"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh, eh ada rian." Jawab bunda

"Tante, habis ini kamayel saya ajakin main kerumah ya tan, boleh?"

"iya boleh, jangan malem-malem ya pulangnya ka, ganti baju dulu sana! Rian udah makan belum? Ayok makan dulu kalau belum" tawaran bunda pada Rian.

"Nggak usah tante, nanti biar makan dirumah aja. Soalnya mama udah masak banyak tadi katanya, Kamayel juga saya ajak makan dirumah aja ya tante."

"oalah, yaudah. Salam nanti buat mamanya ya!"

"Iya tante."

Sesampainya dirumah rian, ternyata Said sudah sampai lebih dahulu dirumahnya Rian.

"Assalamualaikum.." Salam Said kepada Rian dan Mayel yang belum sampai masuk ke pintu rumah.

"Waalaikumussalam Warahmatullahi wabarakatuh. Eh, kok jadi lu yang salam ke kita id?"

"Kan gua tamunya." Jawab Said.

"Bener juga ya, tapi kan kita yang mau masuk rumah." Jawab Rian.

"Yah, hitung-hitung biar gua duluan dapat pahala salam"

"eh, id lu kesini pake apaan?" Tanya Kamayel.

"yah, jalan kaki, rumah gua deket"

"oh, gua cuma mau kasih tau aja sih."

"Apaan?" Tanya Said antusias kepada Mayel.

"Lu pake sandal beda sebelah, satunya sandal casual satunya sandal jepit"

"hahahaha" tawa Rian melihat sandal yang berada diluar pintu beda sebelah.

"Ha? Benerah? (Yah, malu banget gua), biasa aja sih, itu trend jaman sekarang, beda sebelah." Bela Said.

"hahaha, ngeles aja lu id, lama-lama muka telinga lu tu beda sebelah." Canda Rian yang mengiringi mereka menuju kamar Rian untuk beristirahat sejenak dan kemudian makan siang yang sudah disiapkan oleh mamanya Rian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Taruna Manjah!Where stories live. Discover now