BAB 3

1.2K 74 1
                                    

Ujian akhir semester untuk semester 2 kelas 2 SMA baru saja berakhir. Waktunya suasana sekolah dengan siswa siswi berkeliaran kesana kemari yang tidak jelas yang menunggu hasil perhitungan nilai dan pengumuman liburan, benar benar tidak jelas. Setelah ujian akhir semester suasana seperti itu hanya akan ditemui dalam seminggu atau mungkin malah kurang dari seminggu.

SMA Dian memang SMA yang berada di Kecamatan, dan bukan berarti selalu tertinggal jauh dari SMA yang berada di Kabupaten. Malah SMA Dian adalah SMA yang paling banyak menerima penghargaan kesenian dan olahraga. Memang sih untuk masalah pelajaran sedikit terbelakang, tapi kesenian di SMA ini selalu nomor satu di Kabupaten. Tidak heran juga, siswa dan siswinya juga banyak yang urakan bak anak anak seni Universitas, tapi mereka semua solid, dan hal inilah yang tidak bisa ditemui di SMA Kabupaten yang mana siswa siswinya cerdas hampir tidak ada yang bodoh, dan kebanyakan dari mereka ngga tau apa itu arti teman dan persahabatan, dan mereka absolutely introvert.

Sebelum memasuki SMA ini, Dian sebenarnya anak baik baik, tapi setelah berkumpul dengan mereka mereka yang fikirannya ngga terlalu full, dia pun terkena efek sedikit. Hal yang paling Dian sukai dari teman teman dia SMA yaitu dia jadi bisa mendapatkan teman yang bermacam macam, pengalaman baru, dan satu hal 'wong pinter kalah karo wong bejo' yang artinya orang pintar akan kalah sama orang yang beruntung. Dari situlah Dian menambah keimanannya dan menambah tekadnya untuk belajar demi masa depannya, karena kita semua ga akan tahu kedepannya.

Memang teman teman Dian di SMA yang sekarang ini bermacam macam dan merekalah siswa siswi yang sangat istimewa yang selalu dibanggakan oleh ibu guru dan bapak guru. Banyak dari mereka yang tidak bisa ditebak kemana jalan yang akan mereka tempuh setelah ini. Satu yang pasti, mereka semua punya mimpi, yang tidak tahu kapan dan dimana mimpi itu akan terwujud. Dan usaha yang saat ini bisa dijalani yaitu dengan selalu mensupport selalu memberi peluang, ya seperti SMA Dian saat ini. Mereka semua diperbolehkan mengikuti ekstrakurikuler yang berbau seni dan juga olahraga yang selalu diperhatikan, yang tidak sama seperti SMA di Kabupaten karena mereka selalu belajar mata pelajaran. Maka dari itu SMA Dian banyak menerima piala berbau kesenian dan olah raga dari Kecamatan, Kabupaten, maupun Luar Kota.

Dian juga ikut andil dalam ekstrakurikuler tersebut, meskipun tidak pernah bermain di Luar Kota, as an traditional dancer, tapi setidaknya hal tersebut yang bisa melengkapi hari harinya yang jika terasa bosan dan menjadi hiburan saat penat datang.

Rapor telah selesai terbagi, Alhamdulillah hasilnya tidak beda dari semester kemarin. Dan hari libur pun diumumkan. 'Finally'. Bain Dian lega

Sehari setelah di umumkannya liburan, ayah Dian menawarkan salah satu Universitas Swasta di Solo, yang membuka untuk kelas S1 Perawat dan S1 Farmasi yang di jalanjutkan juga sekolah profesi farmasi setelah pendidikan S1 usai.

"Anak teman ayah ada yang disitu, bagus kok kampusnya, emang iya sih jauh. Kan buat jaga jaga aja kalau ngga keterima di tentara dan Universitas Negeri"

"oke yah, ntar aku cek di web, sekalian daftar". Tanpa ragu Dian meng-iyakan tawaran sang ayah. Lumayan, kalau nanti ini keterima ga usah repot repot cari Universitas Swasta yang avilable bila tidak diterima di tentara dan Universitas Negeri. Gaada salahnya juga mencoba.

Sore itu, Dian menaiki sepedanya menuju warnet dekat rumah, lalu mulai searching apa aja persyaratannya, mata pelajaran apa saja, kapan dan dimana. Ternyata tesnya hanya akademik (matematika, IPA) dan pelaksanaannya 2 minggu dari sekarang. 'Okey, holiday faedah' batin Dian

"ayah, berkas berkasnya uda aku kirim, tesnya tanggal 19-20 kantornya buka jam 8 pagi sampai 3 sore dan 12 siang istirahat, terserah mau pilih tanggal berapa dan tesnya langsung"

"coba cek kalender itu hari apa"

"tanggal 19 jumat dan 20 sabtu" Jawab Dian sambil menunjukkan angka di kalender.

"yauda kita berangkat tanggal 20 setelah subuh, belajar biar lulus"

Dian hanya pergi meninggalkan ayahnya begitu saja menandakan meng-iyakan perintah sang ayah yang H-5 untuk memulai tes.

Trip mereka pun dimulai. Tepat setelah subuh Dian dan ayahnya berangkat. Belum pernah mereka berdua ke kota Solo yang ternyata cukup jauh dari Kota Trenggalek, hanya feeling yang menuntun mereka. Beberapa kali mereka bertanya pada orang orang disekitarnya, di persimpangan lampu merah pun.

Akhirnya Dian dan sang ayahnya sampai di Universitas Swasta tersebut dalam waktu kurang lebih 6 jam. 'bisa gak bisa, pokoknya harus bisa. yakin ga yakin, pokoknya harus yakin. kamu bisa Dian' semangat yang mengebu gebu dari batin Dian. Dian dan ayahnya menuju kantor pusat yang berada tepat setelah gerbang Universitas tersebut. Mereka bertemu orang orang, atau mungkin dosen Universitas tersebut dan mereka langsung memberi penjelasan tentang pelaksanaan tes, dan tesnya akan dilakukan 2 kali, bila gagal bisa megulang dengan sekali bayar.

Tes pun dimulai. Terdiri dari matematika, fisika, dan bahasa inggris, dan soalnya ditata acak, mungkin sesuai bobot soal. Soal pertama sampai sepuluh, lumayan. Memasuki soal nomor 20 'WOW'. Batin Dian. Soal soal tersebut susah, karena memang benar benar Dian tidak pernah belajar soal yang begitu di SMA, tapi dia ingat bahwa soal soal berserta trik trik mengerjakansoal tipe tersebut pernah Dian pelajarin saat mengikuti kelas bareng anak SMA Kabupaten. Dian mengerjakan soal bahasa inggris dengan sungguh sungguh dan menyerah di mata pelajaran matematika dan fisika. Alhasil dia komat kamit membaca doa sembari memilih satu jawaban menurut hati dan feelingnya.

Hasilnya pun tidak memuaskan dilihatnya jam menunjukkan pukul setengat 11. Dian tahu bahwa sebentar lagi waktunya istirahat bagi orang orang kantor di Universitas tersebut.

"tes keduanya sekarang aja yah"

"beneran? kalo ga lolos lagi gimana?". kata ayah Dian sambil tersenyum mengejek.

Soalnya pun sama, mungkin angkanya aja yang beda, bobotnya pun juga sama. Yang benar saja Dian tidak lolos di kedua tes ini. Akhirnya Dian dan ayahnya berencana mau pamitan sebelum waktu istirahat para karyawan dimulai.

"gimana dek tesnya" kata salah satu pegawai kantor

Dian hanya tersenyum sopan.

"tidak apa apa pak, setelah ini akan ada penerimaan lewat jalur rapor, adek nanti diikutin jalur ini saja pak, yang gratis dan berkasnya nanti bisa dikirim melalui pos".

"ada ya bu?" Jawab ayah Dian kaget sekaligus lega. Dian pun ikut lega, dia optimis untuk keterima kali ini.

"iya pak, ini brosurnya".

Setelah menerima brosur mereka berpamitan. Dan menyusuri jalanan Solo beberapa menit sebelum pulang ke kota. Kota Solo ternyata ramai, karena keramaian itulah perut yang sedari tadi minta diisi kini tiba tiba penuh dengan rasa kagum dengan apa yang dilihat. Begitulah fisrt impresion Dian dan ayahnya tentang kota Solo yang mungkin akan menjadi rumah kedua bagi Dian.









Jadi Taruna? Asikin AjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang