Prolog

1.2K 126 4
                                    

Eren meletakkan cangkir kopinya,
Uap hangat memudar ke permukaan.

"Kau minum kopi sekarang?"

Eren menoleh ke asal suara, hening.
Levi mencicipi teh hitamnya perlahan.
"Sejak kapan?"

Tertawa gugup, Eren menggaruk kepala.
"Cukup lama, aku sudah lupa."

Mata tajam jatuh kepada pria bermata hijau didepannya. Tatapan itu seakan hendak menelan dan menerkam. Perutnya terasa sakit, Eren pucat pasi sibuk mencari alasan untuk beranjak pergi.

Levi menghela nafas,
"Sudah 3 tahun."

"Hah?"

"Kau pergi dariku. 3 tahun."

"Oh."

Eren melengos, "sudah selama itukah?"

"Ya."

Pembicaraan terhenti.

Levi sama sekali tidak pernah berubah, minim ekspresi, minim ucapan. Inilah salahsatu alasan Eren meninggalkan Levi.

Selain perbedaan jarak umur, Eren merasa gagal sebagai kekasih karena tidak bisa memahami hati Levi sendiri.
Sebagaimananya Eren berusaha, Levi tidak mengizinkan Eren untuk mengerti.

Bibirnya mengatup, hendak ingin mengatakan sesuatu, tapi tertahan. Eren menenggak kopinya, muka masam sedetik--
Pahit.
Dia lupa memasukkan gula.

"Kau bohong soal kopi."

Eren terdiam. "Tidak juga. Aku hanya lupa menaruh gula."

"Kau juga bohong mengenai....lupakan."

"Jika ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja. Levi, kita bukan orang asing."

Pria dihadapannya menghela nafas,
"...Kenapa?"

Walau Levi tidak mengucapkannya, tapi Eren mengerti.

Kenapa pergi dariku,
Kenapa menghindariku,
Kenapa kau menghilang,
Kenapa?

Sebelum Eren dapat menjawab pertanyaan Levi,
Terdengar suara perempuan memanggil dari arah dapur.

Eren kembali disadarkan oleh kenyataan.
Ia tidak boleh gundah, karena dia sudah meyakini pilihannya. Apapun itu, semua tidak boleh disesali.

Hal yang sudah lewat, memori yang sudah ditutup tidak seharusnya dibuka kembali.

Eren beranjak dari kursi makan.
Merapikan cangkir kopi yang masih utuh.
"Aku masih tidak percaya kalau isteriku bersahabat semenjak kecil dengan isterimu, Levi."

Rambut hitamnya menutupi siluet wajah, Eren tidak bisa melihat ekspresi Levi. Namun suara berat yang Eren ingat masih memecah keheningan dalam lautan ingatan.

Levi menghabiskan teh hitamnya dalam sekali tegukan.
"Aku juga."

Takdir itu memang terkadang brengsek.

Blue Jeans [ Rivaere ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang