3

494 92 48
                                    

Gue gak percaya dengan yang gue dengar, gue tarik tangan kak Jaebum ke salah satu kamar yang gue gak tahu punya siapa. Gue langsung kunci pintunya dan berdiri natap kak Jaebum dengan mata berkaca-kaca.

"Dia beneran pacar kakak?"

Anggukan kepala kecil dengan wajah datarnya membuat gue muak dan marah.

"Kenapa kak?? Bukannya kakak bilang cowok sama cowok gak pantas—" gue bingung gimana cara ungkapinnya. Gue ingat jelas apa yang kakak bilang ke gue soal cowok dengan cowok itu gak boleh. Ketika gue nyium dia, dia nolak gue, dia bilang sama gue, gue gak boleh suka sama cowok atau ngelakuin skinship apapun.

"Dulu kakak masih terlalu muda Jie. Dan kamu sama kakak emang ga pantas, kakak gak mau kamu salah mengartikan rasa sayang kamu ke kakak—"

"Jadi kakak tahu perasaan aku gimana dan kakak diam aja?"

Kak Jaebum angguk lagi. Dia uda kayak ayam aja yang bisanya cuma angguk. "Kakak pikir dengan kakak pergi, kamu bakal lupain perasaan kamu. Kakak sayang sama kamu Dek, tapi hanya sebatas kakak adik. Dan kakak juga uda punya orang yang di cintai."

Air mata gue uda ngalir deras sejak tadi. Bukan seperti ini yang gue bayangin. Gue pikir setidaknya gue bisa bareng-bareng kak Jaebum. Bisa ambil hati dia dan nyatain perasaan gue. Tapi kenyataan ini terlalu mengejutkan dan sakit.

"Jadi kakak memang sengaja ngejauhin Jie?"

"Dek—" gue tepis tangan kak Jaebum yang berusaha megang gue.

"Aku pergi kak. Maaf udah ganggu dn bikin kakak kaget." Gue buka pintu dan jalan keluar.

Gue lihat Mark duduk santai di kursi sambil nonton tv tanpa perduli dengan apa yang terjadi antara gue sama kak Jaebum. Gue ambil koper gue tapi waktu gue jalan ke pintu, kak Jaebum nahan gue.

"Kamu mau kemana dek?"

"Bukan urusan kakak!"

"Bukan urusan aku gimana? Kamu adek aku, dan kamu sekarang di London bukan Jakarta dek! Gak udah aneh-aneh dengan acara kabur." Kak Jaebum narik kedua bahu gue dan nyengkram kuat.

Gue benci kalau dia uda pakai kekuasaan dia sebagai kakak. Karena gue gak akan pernah bisa nolak dia.

"Kamu punya dua pilihan dek. Satu, tetap tinggal disini dan lanjutin kuliah kamu. Dua, pulang ke Jakarta."

Apa dia gak tahu gue lagi sakit hati? Gue butuh sendiri.

"Dear." Kak Jaebum manggil Mark dengan sebutan sayang dan hati gue makin teriris.

"Mark dear."

Mark menoleh dan ngeliat kami berdua dengan dahi berkerut. "Dear, aku tidur di kamarmu ya. Adik aku akan tidur dikamarku. Soalnya tempat tidur kamu lebih luas."

"Okay." Dia cuma jawab singkat gitu seakan ga ada masalah jika kakak gue tidur sama dia.

Bitch!! Umpat gue dalam hati.

Kak Jaebum narik tangan dan koper gue ke kamarnya dia. Ternyata kamar yang tadi gue masukin asal itu emang kamar dia. Tadi gue gak perhatiin didinding tergantung foto keluarga kecil kami di hari kelulusannya.

"Koper kamu letak dulu aja, nanti aku yang susun ke lemari. Mulai sekarang kamu tidur disini."

Gue diem aja, wajag gue masih cemberut, gue gak rela kakak gue tidur sama si cungkring itu. Padahal kasur kakak juga queen size kok.

"Kenapa kakak gak tidur disini sama aku aja, kasur kakak luas."

"Demi kenyamanan kamu. Kamu lebih suka sendiri kan? Udah jangan banyak pikiran, mandi dan istirahatlah."

Gue tarik ujung baju kak Jaebum yang udah mau ninggalin gue. "Kalau gitu aku yang tidur sama dia aja." Sumpah gue emang gak rela banget kakak gue tidur sama cowok kurus yang di akuin sebagai pacar itu. Gue gak sanggup bayangin apa yang mereka lakukan berdua di dalam kamar.

Kak Jaebum senyum simpul, dia jongkok di depan gue terus nyentil kening gue pelan. Tapi gue meringis dan langsung ngusap kening gue yang dia sentil. "Aku gak mungkin biarin kamu tidur sama orang lain. Dan jangan mikir yang macam-macam, aku cuma tidur disana. Ngerti? Kalau butuh apa-apa kamu panggil kakak aja."

Gue mencebikkan bibir, kalau gue keras kepala, kak Jaebum dua kali lipatnya. Dia gak pernah kalah jika berargumen dengan orang.

Gue tersentak ketika kak Jaebum ngusap pipi gue dengan jempol jarinya. Pipi gue sampai panas dan merona. Kak Jaebum natap gue intens tapi tanpa ekspresi. Gue coba menyelami tatapan matanya untuk membaca pikiran dia tetapi rasanya terlalu sulit. Kak Jaebum sulit di tebak.

Dia menghela nafas pelan, berhenti ngusap pipi gue lalu berjalan ke lemari untuk ambil baju dan handuk baru. Ia melemparkan satu handuk ke gue dan dia pergi keluar dari kamar gitu aja.

Setelah pintu tertutup, gue langsung rebahin badan gue ke kasur. Gue bernafas berat, dada gue sesak dan paru-paru gue rasanya sulit bekerja dengan baik. Hari ini penuh kejutan yang gue gak pernah bayangin.

Apa gue harus senang atau gue harus sedih karena kakak memiliki kekasih dan kekasihnya itu cowok sama kayak gue. Apa gue bakal nyerah gitu aja dengan perasaan gue. Gue banyak baca novel dan manga dengan kisah cinta seperti ini dan mereka berakhir bahagia.

Bahkan film drama taiwan juga pernah ada jalan cerita seperti ini dan merek berakhir bersama. Gue juga berharap bisa seperti itu. Tetapi di setiap drama itu pemeran laki-lakinya mencintai balik. Sedangkan kakak dengan tegas mengatakan hanya menganggap gue adik. Malam itu gue habisin buat nangis, gue gak kuat mendem lama-lama. Gue harap setelah gue puas nangis, perasaan gue akan menjadi lebih baik.

****
Jaebum duduk di samping Mark sambil menghela nafas kasar. Ia memijit pelipisnya yang berdenyut.

"Jadi dia orangnya?"

"I'm sorry Mark, gue jadi libatin lo."

"Santai aja bro. Tapi make sure, Jackson gak tahu ya. Gue gak tanggung jawab loh kalau dia ngamuk sama lo." Kekeh Mark.

Jaebum kembali menghela nafas. "Gue harus ngomong sama Jackson kalau gitu. Karena Jinyoung bakal satu kampus dengan kita."

"WHAT?!"

"I don't know Mark. Gue juga kaget, semua terjadi begitu mendadak. Gue bahkan baru tahu dia nyusul gue kesini dari mama tadi siang. Lo gak akan ngerti keadaan dan perasaan gue."

"Gue ngerti, lo kacau. Hahaha... ya udah besok gue bantu ngomong sama Jackson deh."

"Thanks bro."

Mark menepuk-nepuk bahu Jaebum. "Pergi tidur deh lo, muka lo kusut banget."

"Gue gak enak sebenarnya sama lo Mark. Gue ambil keputusan tanpa minta izin lo dulu."

"Santai Jeb, kita temenan bukan sehari dua hari. Walau gue kaget tadi lo nyium pipi gue."

Jaebum tertawa kaku. "Gue numpang mandi di kamar lo."

"Kamar kita berdua my dear." Ujar Mark dengan senyum jahil dan nada yang di buat-buat.

Tbc

Sweet TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang