Intro: Never

13 2 0
                                    

Aku tidak pernah berpaling

Sejauh apapun kau berada di tempatmu

Selama apapun aku menunggu kehadiranmu

Pada akhirnya rasa ingin bertemu denganmu malah semakin besar

Padahal aku tahu semua ini hanyalah harapan bodoh

Aku seharusnya tidak mengharapkan balasan sebuah cinta

Pada seseorang yang tidak pernah mengenali diriku

Kau bahkan tidak  pernah tahu untuk apa aku melihatmu

Kau tidak pernah tahu

Karena aku lelah dengan usahaku yang tidak pernah berhasil

Karena aku tahu kau tidak akan pernah menjadi milikku

-----------------------------------------------------------

Cheon Ahyeon mengulum senyum begitu melihat layar ponselnya yang menampilkan wajah Park Jihoon dengan raut wajah datar.

Ini bahaya, Ahyeon harus menutupi bibirnya jika tidak ingin orang-orang menganggapnya sinting karena senyum-senyum sendiri di tempat ramai seperti ini.

Lagi pula Ahyeon teramat senang begitu mengingat usahanya hanya untuk memotret Jihoon harus menguras banyak tenaga. Walaupun photo itu diambil diam-diam namun yang namanya Park Jihoon tidak pernah sekalipun terlihat buruk di depan kamera.

Berbicara soal Park Jihoon. Ahyeon tidak bisa mengelak bahwa hal pertama yang membuatnya jatuh cinta adalah wajah imut laki-laki itu. Ahyeon selalu gemas saat melihat Jihoon melintas di hadapannya. Ingin sekali tangannya mencubit pipi Jihoon dan melihat laki-laki itu meringis lalu meminta Ahyeon menghentikan kejailannya dengan aegyo.

Ugh! Ahyeon bahkan harus mengepalkan kedua tangannya saat ide konyol itu melintas diotaknya.
Juga, hal yang patut Ahyeon syukuri dari seorang Park Jihoon adalah sikap laki-laki itu yang sama imutnya.

Ahyeon menyukai laki-laki imut yang membuat hatinya berbunga-berunga. Berbeda dengan teman seperjuangannya –Moon Jihae yang lebih menyukai laki-laki dengan wajah dingin namun bisa mencairkan hati. Begitu katanya dengan wajah penuh harap.

Ahyeon selalu ingin menjerit saat tidak sengaja melihat Jihoon disuruh teman-temannya untuk melakukan Wink. Begitu jihoon melakukannya Ahyeon selalu menatap Jihae dengan tangan gemetar.

“Tsk! Berlebihan!” dan Jihae yang akan merseponnya kurang lebih seperti itu. Pengecualian jika Ahyeon sudah mencubit lengan Jihae, dia akan menjambak rambut Ahyeon dengan sekuat tenaga. Tapi, demi melindungi citra seorang Moon Jihae, Ahyeon tidak akan memikirkan kelanjutannya dan berhenti sampai di sini.

Melirik jam yang ada di tangan kirinya, Ahyeon mendengus sebal begitu ingat bahwa Jihae sudah terlambat lima belas menit dari waktu yang direncanakan.

Gadis tersebut menyeruput vanilla late dinginnya yang kini sudah tandas hingga menghasilkan suara aneh dari sisa bongkahan es di dalam cup.

Ahyeon masih merasa haus karena berlari menuju café ini setelah membaca pesan dari Jihae. Belum lagi wallpaper ponselnya yang menampilkan wajah Park Jihoon malah memperburuk kondisi kerongkongan Ahyeon yang semakin terasa kering.

Namun jangan salah, karena laki-laki itu Ahyeon bisa semangat berlari di tengah musim semi ini tanpa sesal. Ahyeon merasa seperti berlari di tengah jalan berbunga yang bermekaran walaupun nyatanya malah berlari di trotoar dengan bunga sakura yang berjatuhan. Tapi taka apa. Karena Park Jihoon, Ahyeon selalu menyangkal kenyataan dan menghayal setinggi langit.

Entah sudah berapa kali Ahyeon memusatkan perhatiannya pada pintu café yang terbuka hingga menghasilkan suara dentingan dari gantungan yang di pasang di bingkai pintu.

Jihae yang Ahyeon tunggu tapi malah Jihoon yang datang dengan raut wajah dingin.

Laki-laki itu kini berjalan mendekat ke salah satu bangku yang terletak di dekat jendela di ujung kiri dan Ahyeon yang duduk di dekat etalase melihat Jihoon tanpa berkedip. Terlalu tiba-tiba.

Jihoon duduk bersama seorang gadis yang memakai seragam sekolah berbeda. Jelas sekali gadis itu tidak satu sekolah dengan Jihoon. Namun saat Jihoon tak sengaja melirik kearahnya malah membuat Ahyeon meneguk ludahnya kasar. Sial! Ahyeon lupa tidak menutupi seragamnya dengan jaket.

Menutup wajahnya dengan kertas menu, Ahyeon segera mengirim pesan kepada Jihae agar cepat datang namun gadis itu tidak membalas satu pun pesan Ahyeon yang bisa di tebak isinya sama seperti pesan sebelumnya.

Ahyeon melirik Jihoon dengn kertas menu yang kini hanya menutupi sebagian hidung sampai dagu. Menguping pembicaraan mereka di tengah suasana café yang sedang ramai-ramainya. Untunglah Ahyeon tidak tuli walaupun hanya mendengar suara mereka samar-samar. Tapi yang begitu jelas Ahyeon tangkap dari indra penglihatannya adalah Jihoon yang menggebrak meja dengan wajah penuh amarah membuat suasana café seketika menjadi hening.

Semua pengunjung café menatap Jihoon ngeri begitu gadis yang duduk di depannya menangis tersedu-sedu. Tanpa memperduikan keadaan sekitar Jihoon pergi begitu saja hingga membuat Ahyeon mengepalkan kedua lengannya.

Jihae datang dengan wajah bingung begitu melihat Ahyeon yang kini berdiri dengan tangan mengepal, setelah sebelumnya sempat berpapasan dengan Jihoon yang memasang wajah menyeramkan.

“Ahyeon, tadi Jihoon-.”

“Aku membencinya.” Potong Ahyeon cepat.

Mata Jihae membelak, “Mwo?”

“Aku benci Park Jihoon!”

[]


Adorable Wink [Park Jihoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang