1. Trap

3 2 0
                                    

Terjebak di masa lalu
Tidak akan sesakit terjebak pesona Park Jihoon.
---------------------------------------------------------


Ahyeon sempat mengingat kembali kejadian di masa lalu. Tepatnya saat usaha gadis itu untuk mendapatkan perhatian Park Jihoon. Menerobos kerumunan gadis-gadis Godeunghakgyo bagaikan seseorang yang menerobos mesin waktu, berlari marathon di tengah-tengah lapangan karena sengaja membuang tugasnya, dan yang paling memalukan adalah Jihae yang sengaja memajang potonya di madding dengan wajah yang penuh coretan spidol permanent. Semuanya hanya untuk menarik perhatian Park Jihoon.

Kedua tangan Ahyeon mengepal kuat. Betapa bodohnya dia sempat menyukai seorang Park Jihoon. Wajah imutnya hanya topeng yang menutupi sisi buruknya. Nyatanya Park Jihoon bukanlah laki-laki yang Ahyeon pikirkan akan bersikap imut dalam keadaan apapun. Laki-laki itu sangat menyebalkan dan mudah terbawa emosi begitu seseorang berurusan dengannya.

Dulu Ahyeon berharap bisa satu kelas dengan Jihoon. Sekarang Ahyeon bahkan tidak mau satu daehakgyo dengan laki-laki itu walaupun berbeda fakultas sekalipun. Ahyeon berharap takdir tidak mempertemukannya dengan Park Jihoon. Tidak. Jangan Sampai.

Ahyeon memusatkan perhatiannya ke depan. Dimana sebuah proyektor kini menyala menampilkan beberapa gambar dan tulisan yang menjadi bahan pembelajaran. Seorang dosen menunjuk beberapa tulisan penting dengan menggerakan sinar laser dari ujung kiri ke ujung kanan, membuat pandangan Ahyeon malah mengikuti gerakan sinar laser daripada membaca tulisan yang membuatnya terlihat sangat membosankan.

Ahyeon mendengus begitu melirik Jihae yang sudah menguap lebar-lebar. Gadis itu mengelap sudut matanya yang berair lalu menundukan kepalanya di atas lipatan tangan.

Ahyeon menepuk pundak Jihae hanya sekedar memberi sinyal agar gadis itu mendongak sebelum ketahuan dan diberi hukuman. Sial! Dia sudah tertidur.

Mencubit bahu Jihae, Ahyeon kembali mendengus begitu tak ada pergerakan apapun dari temannya. Ruangan yang di buat gelap dengan satu proyektor yang menyala malah membuat semua pelajar mengantuk alih-alih fokus belajar.

Ahyeon tidak bisa berbohong bahwa matanya juga kini mengantuk dan sebisa mungkin ia tahan walaupun sesekali matanya memejam.

Sebuah tusukan pulpen berhasil membuat Ahyeon terjengit begitu pinggangnya terasa seperti tersengat listrik. Menggelikan! Ahyeon sempat memekik tertahan begitu rasa geli malah merambat kesekujur tubuhnya. Berhasil membuat gadis itu bergidik.

Menoleh ke belakanang, Ahyeon malah disuguhi dengan kedipan Park Jihoon yang sedang menopang dagunya dengan kedua tangan. Tentu dengan senyuman manis yang menampilkan deretan gigi putihnya.

Oh, wow! Ahyeon bahkan melupakan fakta bahwa sekarang Park Jihoon satu jurusan dengannya. Harapan untuk tidak bertemu laki-laki itu harus Ahyeon buang jauh-jauh bersamaan dengan perasaannya yang tersisa bagaikan lem yang merekat menutup pintu hatinya.

Ahyeon harus bisa membuka hatinya yang sudah terisi penuh dengan nama Park Jihoon –Si imut dengan sikap bak preman – dengan nama lain yang jauh lebih baik dari nama Jihoon atau apapun yang tidak menyangkut nama tersebut.

Karena rasa kecewanya terlalu besar, Ahyeon tidak mau jatuh lagi ke dalam pesona Park Jihoon dan Ahyeon tidak siap takdir akan mempermainkan kehidupannya suatu hari nanti. Apalagi cintanya yang kini sudah berubah menjadi rasa benci.

Ahyeon kembali memusatkan perhatiannya kedepan. Kali ini matanya terbuka lebar setelah melihat kedipan Jihoon. Sangat manjur bagi Ahyeon yang masih menyimpan sedikit perasaannya namun kembali berdecak sebal begitu mengingat hal yang membuatnya membenci laki-laki itu. Tidak, Ahyeon! Kau harus melupakan pesona Park Jihoon.

“Yaa!” Ahyeon menoleh begitu Jihoon menarik-narik ujung rambutnya yang di kuncir asal. Menegur laki-laki itu dengan suara berbisik membuat Jihoon terkekeh geli melihat reaksi Ahyeon.

Wae…?” Jihoon memajukan wajahnya sambil menatap Aheyon dengan pandangan mengejek. Sama-sama bersuara dengan berbisik hingga Ahyeon memutar bola matanya malas.

Geumanhae.” Ahyeon kembali berbisik kali ini menekan ucapannya dengan mata memicing tajam. Memasang muka menantang seolah Jihoon adalah musuh besar kehidupannya. Namun nyatanya Jihoon pernah membuat hatinya berbunga-bunga. Dulu. Tentu saja.

Jihoon malah membalas tatapan Ahyeon dengan berkedip menggoda, sementara Ahyeon yang melihatnya malah bergidik ngeri. Mengepalkan kedua lengannya yang berada di atas paha sambil mengumpat dalam hati.

Sirheo.” Ujarnya dengan nada suara imut yang dibuat-buat. Gaya khas Park Jihoon saat masih disekolahnya dulu.

Ahyeon mendesah malas begitu memingat dulu wink adalah sesuatu yang Ahyeon tunggu-tunggu dari seorang Park Jihoon. Jihoon adalah mantan ketua osis di sekolahnya, setelah melakukan pidato semua siswi selalu berteriak kencang agar Jihoon mengakhiri pidatonya dengan kedipan mata. Membuat seluruh murid riuh hingga beberapa Seonsaengnim tersenyum bangga dan menatap Jihoon gemas.

Bagaimana jika Jihoon hanya bersikap imut padanya dan bagaimana Jihoon mengedipkan matanya hanya kepada Ahyeon? Itu adalah harapan Ahyeon dulu. Ahyeon bahkan tidak bisa tidur hanya memikirkan sebuah harapan palsu yang dibuatnya sendiri. Lama sekali Ahyeon menjebak dirinya hingga tak sadar malah mengunci ruang di sekitarnya dengan semua hal yang berhubungan dengan Park Jihoon.

Sekarang semua perasaannya yang berkobar sudah padam dan meninggalkan abu yang dapat meninggalkan bekas hitam.

Na neoreul sirheo.” Ahyeon kemudian menatap wajah imut itu agak jengkel, terdengar sekali nada benci yang Ahyeon tunjukan malah membuat tenggorokannya tercekat. Menahan amarah yang mungkin keluar jika tidak Ahyeon tahan dengan menggemeletukkan gigi depannya sekuat tenaga. Merasa lelah dengan perjuangannya dulu hanya untuk melihat wajah imut Park Jihoon.

Kenapa harus sekarang, Ahyeon merasa lelah dengan cintanya?

Kenapa tidak dari dulu saja Ahyeon berhenti menyukai Park Jihoon?

Agar dirinya tidak terlalu merasa kecewa

Dan berakhir dengan kisah cinta yang disimpan seorang diri.

“Hentikan!”

Ahyeon lantas bangkit dan menggebrak meja sekuat tenaga. Menatap Jihoon dengan tajam setelah laki-laki itu menarik kunciran rambutnya hingga terurai sebatas punggung. Berhasil membuat seisi kelas menatapnya tercengang dengan mulut yang terkatup rapat.

Jihae lantas membuka matanya karena terkejut dengan suara Ahyeon yang menggelegar, dia mengerijapkan matanya, menyadari bahwa Ahyeon tahu-tahu sudah berdiri dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Membuat nyawanya hampir saja kabur jika gadis berambut sebahu itu tidak segera mengelus dada.

“Ahyeon-sshi! Materi mana yang harus aku hentikan?” Tegas seorang wanita dari depan. Menurunkan kacamatanya hingga menutupi hidung dan menatap Ahyeon dengan mata berkilat.

Oh, shit!

Ahyeon lupa dia adalah dosen killer yang siap melukai telinganya dengan omelan tajam.

Wanita itu menunggu Ahyeon menjawab pertanyaannya dengan menggerakan sinar laser di wajah Ahyeon dengan gerakan memutar. Mulai mengetuk ujung hells-nya yang runcing ke lantai dengan gerakan lambat. Semakin memperburuk suasana hingga Ahyeon tak sadar meneguk ludahnya kasar.

Sial!

Aku benar-benar benci Park Jihoon!’

[]


Adorable Wink [Park Jihoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang