2. Lie

2 2 2
                                    

Mengapa aku harus mendengar kata-kata manismu
jika pada akhirnya kata-kata itu hanya kebohongan yang kau sembunyikan
hanya untuk membuat hatiku berdebar
dan berubah menjadi rasa kecewa begitu aku mengetahuinya.
--------------------------------------------------------

Malam ini, Jihoon tidak sengaja menemukan photo usang yang terselip di antara tumpukan kaosnya yang berceceran. Sebuah petunjuk besar bahwa kondisi kamar laki-laki ini yang jauh dari kata rapi. Namun tidak lebih buruk daripada luka hatinya yang kembali terbuka lebar.

Jihoon menatap photo itu lekat-lekat. Kembali mengingat sekelebat kejadian yang membuatnya merasa seperti orang bodoh. Hatinya sakit. Jihoon merasa kecewa karena memilih takdir yang salah. Apalagi rasa cintanya yang masih singgah membuat Jihoon merasa bahwa kini hatinya malah bertarung dengan otaknya.

Aku akan selalu mencintaimu, Jihoon-ah. Dalam keadaan apapun.’ Itu adalah kata-kata yang selalu Jihoon ingat sampai saat ini. Sampai hatinya sakit dan nyaris mati.

Kata-kata yang selalu membuat hari-harinya cerah, secerah mentari pagi. Namun kini sudah berubah menjadi mendung sampai terjadi badai yang merobohkan pertahanan Jihoon.

Saengil Chukhahae Jihoon-ah.
Ayo bertemu di café .

Pesan terakhir yang Jihoon dapatkan dari gadis itu. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh tahun. Hari yang seharusnya membuat Jihoon bahagia malah menjadi petaka besar. Hari yang jihoon tunggu-tunggu untuk menandatangani kontrak dengan agensi besar malah batal. Dan bodohnya Jihoon lebih memilih cintanya daripada mimpinya yang sudah ia dambakan bertahun-tahun. Jihoon menjadi orang bodoh hari itu.

Semua kata-kata manis yang gadis itu katakan, semua kata-kata indah yang Jihoon dengar. Semuanya terasa palsu begitu Jihoon mendengar bahwa hubungannya harus berakhir. Tentu Jihoon marah hari itu. Jihoon kecewa tidak pergi untuk menandatangani kontrak, Jihoon kecewa malah mendengar kata putus yang harus keluar dari mulut gadis itu. Jihoon sangat kecewa saat gadis itu tidak mengatakan selamat ulang tahun untuknya.

‘Aku harap kau menemukan yeoja yang lebih baik dariku.’

“Omong kosong!”

Jihoon meremas photo itu sekuat tenaga, lengkap dengan alis menaut dan nafas tertahan. Kembali mengingat kejadian itu malah membuatnya berubah menjadi rapuh. Itu akan mengingatkan bahwa Jihoon kini sudah berubah menjadi laki-laki kejam. Laki-laki yang tidak percaya dengan kata-kata manis seorang perempuan.

Lihatlah. Jihoon bahkan tidak membuang photo itu ke tempat sampah atau membakarnya agar terlihat kejam. Photo itu malah Jihoon simpan di laci meja belajarnya, tersimpan rapih dengan poto dirinya yang sengaja tidak di pajang.

Jihoon masih memasang wajah biasa saja setelah apa yang dilakukan gadis itu padanya, namun jauh di dalam sana hati Jihoon sudah hancur hingga sulit untuk memasangnya kembali ataupun memperbaiki hatinya yang sudah tersayat rasa kecewa.

Bahkan di saat Jihoon menelpon gadis itu untuk meminta penjelasan. Dia tidak pernah mengangkat teleponnya dan sebagai gantinya hanya suara operator yang Jihoon dengar di ujung sana dengan sangat membosankan.

“Kenapa harus operator yang meminta maaf padaku? Kenapa bukan kau saja yang sudah berhasil menghancurkan hatiku?”

[]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adorable Wink [Park Jihoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang