Sore itu, sebuah bola basket memantul di lapangan halaman belakang. Sesekali dimasukkan ke dalam ring. Tetesan keringat mencuat dari pori laki-laki bertubuh jangkung itu.
"Jevan, tolong belikan garam di warung depan" pinta seorang wanita paruh baya padanya. Mendengar perintah dari bundanya, remaja itu lantas berhenti beraktivitas lalu memilih keluar membeli garam di warung depan.
"Mbak, garamnya satu" pinta Jevan ke pemilik warung.
"Garam apa mas, halus atau kasar. Terus beli satu wadah, satu lusin atau satu kardus ?" Tanya si pemilik warung yang membuat Jevan bingung. Remaja itu lantas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Garam halus aja mbak, satu wadah" jawab Jevan.
"Yang mereknya apa mas ? Revona, dua laut, cengger ayam, mangkuk putih,..."
"Yang biasa bunda beli" potong Jevan.
"Ooo..., bundanya mas Jevan biasanya sih beli yang Revona" ucap si pemilik warung sambil menyerahkan garamnya. Setelah menyerahkan selembar uang lima ribuan, Jevan berjalan ke rumahnya yang berjarak tiga rumah dari warung.
Bugh...sebuah bola kasti menimpuknya di punggung.
"Aduh, maaf bang. Abim nggak sengaja" kata bocah laki-laki usia tujuh tahunan yang menimpuknya sambil memungut bola kasti. Jevan membalasnya dengan senyuman singkat sambil mengangguk.
"Tunggu bang, Abim ada pulpen bagus untuk Abang aja"ucap Abim sambil menyerahkan pulpen bergambar Ironman padanya. Setelah menerimanya, Jevan masuk ke dalam rumah.
"Bunda, Jevan belinya garam Revona" kata Jevan pada bundanya di dapur.
"Taruh aja di meja, makasih ya Abang Ja" ucap bundanya sambil tersenyum. Jevan lantas berbalik ke kamarnya kemudian meletakkan pulpen Ironman itu di laci nakas. Belum sampai pantatnya mendarat di ranjang, sebuah bola kasti memecahkan vas bunga yang terletak di balkon kamarnya.
Tidak lama setelah itu, terdengar bunyi bel rumahnya berbunyi. Jevan pun memutuskan pergi ke bawah untuk membukakan pintu.
Ceklek
Bocah sama yang menimpuk punggungnya dengan bola kasti tadi. Ia menunduk dan memilin baju dengan jemari kecilnya.
"Bang, maafin Abim. Itu, itu tadi nggak sengaja," ucapnya lirih kemudian menangis. Jevan menunduk menyejajarkan tubuhnya dengan Abim. Ia mengusap kepala Abim sambil tersenyum,
"Nggak apa-apa, lain kali hati-hati ya kalau main. Abim main sama siapa?" Tanya Jevan. Bocah didepannya lantas mengusap wajahnya menghilangkan jejak tangisan.
"Sama Kak Tere, tapi dia nyebelin. Masa ninggalin Abim sendirian" adu bocah itu pada Jevan. Merasa iba, Jevan menawarkan diri untuk mengantarkan Abim pulang karena matahari mulai turun.
Ia membawanya dengan sepeda. Di perempatan jalan, ia berbelok ke kanan. Tepat di ujung sebelah kiri, Abim memintanya untuk berhenti.
"Bang, ini rumah Kak Tere. Abim turun sini aja" ucap bocah itu sambil turun dari boncengan belakang. Ia melambaikan tangan lalu masuk ke pekarangan rumah berwarna hijau itu. Setelah memastikan Abim benar-benar masuk, Jevan kembali malajukan sepedanya berkeliling komplek.
Senja cantik di buai angin, Jevan menepikan sepeda lalu duduk di gazebo. Dilihatnya seorang perempuan berlarian gelisah menyusuri jalanan. Lalu ia berhenti di dekatnya, dengan gugup dan Nafas terengah-engah.
"Kak... Jef.. an, ada liat anak...laki-laki mainin bola kasti... Di sekitar sini nggak?" Tanyanya. Tadinya Jefan ingin membalas dengan gelengan, sampai ia teringat dengan bocah laki-laki yang baru saja ia antar.
"Tadi ada, sekarang udah nggak ada," jawabnya.
"Dimana kak?! Kakak tahu... namanya Abim?" Kata perempuan itu lagi lebih panik.
"Iya, tadi gua anter ke rumah Kak Tere," jawab Jevan lalu mulai kembali menaiki sepeda. Perempuan itu lantas bernapas lega, sepupunya sudah kembali ke rumah dengan selamat.
"Lo darimana mau kemana?" Tanya Jevan kemudian.
"Dari taman, mau pulang. Udah sore soalnya, duluan ya kak" ucapnya sambil berlari meninggalkan gazebo. Baru Jevan ingin melajukan sepedanya, terdengar rintihan dari arah perempuan tadi. Ia pun memutuskan untuk berbalik. Dan benar saja, perempuan itu tersungkur di aspal. Lututnya terluka. Jevan pun berbalik lalu memapahnya untuk naik ke boncengan sepeda.
"Rumah Lo dimana?"
"Anter aja ke rumah Kak Tere" jawab Thesya sambil meringis, iya perempuan itu adalah Thesya.
.
.
.
.
Tbc
Hello yeourobun, maapkan agu yang lama banget nggak nongol eyak. Sekalinya publish, oge maap. Stay tuned ya gaes...🐥🐥