~Kamu seperti matahari, dibutuhkan tapi juga mampu membuatku mati perlahan-lahan.~
Salsa tersenyum semringah, wajahnya berseri-seri saking bahagianya.
Bahkan rona merah yang sudah lama tidak ada di pipinya kembali bersemu.
Dengan bahagia, gadis itu memeluk erat sepasang kalung yang dipesannya secara khusus dari pengrajin kalung langganan mama tirinya.
Uang yang dikeluarkan untuk membuat sepasang kalung dengan liontin imnisial namanya dan nama orang yang ia suka itu tidaklah murah.
Tidak masalah, selama ia bahagia berapapun uang yang dikeluarkan tidaklah penting.
Ia melirik kalung yang berliontin namanya lalu menaruhnya di kotak perhiasan, sedangakan kalung yang berliontin APP ia kenakan dengan bangga.
Airen yang kebetulan sedang berada di rumahnya hanya berdecih, heran dengan kelakuan tak waras Salsa yang semakin menjadi-jadi.
Dulu, gadis itu bahkan nekat membuat sarung bantal dengan wajah sang pujaan hati juga wallpaper laptop yang berakhir menyeramkan karena kakaknya mengamuk.
Laptop gadis itu remuk, kamarnya berantakan dengan Salsa menangis meringkuk ketika Airen menemukannya.
Hm, itu sudah lumayan lama sekitar 3 tahun yang lalu.
"Lo gak ada niatan nyerah gitu ngejar Putra, toh senaksir apapun lo sama dia. Putra gak pernah ngelirik lo, lo itu ibarat tumpukan sampah di pojok yang berguna" Airen berbicara sarkas.
Kebiasaan berbicara sesuka hati jika bertemu dengan orang yang sudah mengenalnya luar dalam.
Salsa mendelik sebal, mood bahagianya mendadak meredup gara-gara Airen dan mulut menggemaskannya.
Salsa melemparkan bantal yang tepar berada di sampingnya hingga tepat mengenai Airen, tidak keras kok.
Ia berbaring, menatap langit-langit kamarnya yang dibuat persis seperti tata surya.
Dimana sekarang, ia bisa melihat bumi dan ke-7 planet lainnya juga bintang-bintang.
Salsa tidak sabar menanti hari Senin, rasanya sekarang ia sudah rindu ingin melihat wajah tampan pujaan hatinya.
Yaa, mungkin jika Airen dan Alvara mendengarnya gadis itu akan muntah atau tertawa terbahak-bahak karena pemikirannya.
Karena bagi mereka berdua, wajah pujaan hati Salsa tak lebih dari seorang laki-laki modal putih dan kaya saja. Kasarnya, tidak ganteng.
Tapi tak apa, Salsa tidak terlalu memikirikannya juga karena jika tampang menjadi pilihan, sudah sejak lama ia memiliki pacar.
Salsa tidak seperti Airen yang menetapkan standar tertentu untuk calon pacarnya atau juga seperti Alvara yang terjebak Friendzone forever, ia hanya terlalu terpaku hingga tidak bisa berpaling.
Bulan ini, tepat 5 tahun lamanya ia menyadari perasaannya pada kakak kelasnya itu.
Miris.
Disaat ia sudah menganggap cowok itu masa depan, cowok itu malah menganggapnya adik perempuan.
Ponselnya berdering, dengan malas ia mengangkatnya hingga kini posisi ponselnya tepat berada di atas wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A SISTER
Mystery / ThrillerMasa lalu. Sesuatu yang bisa menjadi kenangan dan di jadikan pelajaran. Namun bagi Salsa, masa lalu lebih cocok di sama artikan dengan ajang mencari kesakitan. Melukai perasaan dan harga dirinya. Pergi seperti tak pernah ada lalu muncul kembali laks...