fraigle | enam

5 0 0
                                    

Irene masih setengah berlari untuk segera sampai di ruang khusus bersalin. Tadi mbok Sri bilang jika Febby menginginkan anaknya lahir dengan proses normal.

Dalam hati Irene mengingat-ingat tentang arah menuju ke ruang bersalin. Dari lorong yang di lewatinya saat ini, Irene hanya perlu berbelok ke kiri ketika sudah di ujung lorong dan sampai.

Tapi sebuah cekalan di tangannya membuat Irene terhenti. Irene menoleh, dan mendapati sepupu sialnya lah yang menjadi pelaku pencekalan.

"Apa sih, Ge! Lepasin nggak!" Bentak Irene

"Lo ngapain malah ke rumah sakit sih, Ren? Kita udah ditunggu Eyang dirumahnya" maksud Gega baik, dirinya hanya mengingatkan tujuan awalnya menjemput Irene, tapi ucapannya langsung berubah menjadi pekikan karena tulang keringnya yang ditendang sekuat tenaga oleh Irene.

"Ini lebih penting!" Sentak Irene dan berlalu meninggalkan Gega yang masih memaki-maki dirinya.

Say sorry to Gega ~ batin Irene

∆∆∆

Gibral sudah berada di depan ruang bersalin. Berjalan bolak-balik karena mengalami kecemasan. Tadi dia datang terlambat, jadi mbok Sri yang menemani Febby selama proses persalinan.

Gibral hanya bisa berdoa agar anak semata wayang dan calon cucu nya lahir selamat dan sehat.

Suara langkah kaki yang terdengar membuat Gibral menoleh. Terlihat Irene yang sedikit berlari untuk bisa mencapai tempatnya berdiri. Dengan napas terengah-engah, Irene menanyakan bagaimana kondisi Febby kepada Gibral.

"Tadi sewaktu om sampai sini, ibu bidan bilangnya sudah pembukaan tujuh. Mungkin sebentar lagi bayi nya akan lahir"

Benar. Karena setelah Gibral selesai berbicara, suara tangis kencang bayi terdengar dari dalam ruang bersalin.

"Syukurlah~" ucap Irene dan Gibral serempak. Mereka tidak memperdulikan seseorang yang berdiri di belakang Irene, memandang semuanya dengan bingung.

∆∆∆

Keringatnya bercucuran. Tenaganya seolah terkuras habis. Tapi bayi nya masih belum mau keluar.

"Sekali mengejan ya, mbak. Yang kuat, sedikit lagi bayinya lahir. Rambutnya sudah terlihat" Ucapan dokter itu seolah menjadi kekuatan baru bagi Febby.

"Iya mbak, ayok mengejan lagi yang kuat waktu merasakan kontraksi" imbuh mboh Sri sembari mengelus rambut dan kening Febby yang di penuhi peluh. Bahkan sebelah tangannya rela diremas kuat oleh Febby ketika merasakan kontraksi.

Benar. Setelah merasakan kontraksi hebat. Sekuat tenaga pula Febby mengejan, di iringi dengan kata-kata semangat yang terlontar dari tim medis dan juga mbok Sri.

Hingga suara tangis bayi terdengar, beriringan dengan air mata nya yang meluruh jatuh. Merasa bersyukur atas kelahiran anaknya. Tidak hanya Febby, mbok Sri pun ikut terisak saking terharunya.

"Selamat ya mbak, sekarang mbak Febby sudah menjadi Mama" ucap mbok Sri semakin membuat air mata Febby jatuh. Ucapan terimakasih pun dirasa kurang, untuk wanita paruh baya yang sudah menjaga nya sedari dirinya kecil, hingga saat ini.

"Mbak, saya lakukan breast care dulu ya. Biar langsung bisa IMD (inisiasi menyusui dini)"

"Iyaa, Bu" sahut Febby lemah

"Selamat ya, anaknya laki-laki, sehat, selamat, tanpa kurang apapun. Berat badannya 2500 gram dengan panjang 50cm" ucap dokter yang menangani kelahiran anaknya tadi.

Di taruhnya bayi laki-laki itu di atas dada Febby, agar sang bayi bisa melakukan IMD. Tangis Febby semakin pecah, di ciumnya tangan kecil sang buah hati dengan sayang.

"Welcome to world, baby" ucapnya lirih beserta air mata bahagia yang tidak mau berhenti.

Mama akan selalu menyayangimu, apapun yang terjadi ~ tekad Febby kuat

❤❤❤

To be continued..

FraigleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang