St. Mark Square saat ini sedang dipenuhi oleh wisatawan setempat maupun wisatawan luar. Beberapa wisatawan terlihat asik berfoto-foto maupun berbicara dengan kerabatnya.
Ditengah keramaian itu terliat seorang pria tampan bersetelan biru tengah duduk di salah satu kursi yang terdapat disana. Wajahnya terlihat kacau. Entah sudah berapa lama dirinya duduk disana tanpa menyadari orang yang berlalu lalang kadang melirik dirinya. Tak sedikit perempuan muda yang secara terang-terangan mengirimkan sinyal-sinyal ketertarikan padanya. Namun pria itu hanya mengabaikannya. Dia lebih memilih untuk mengingat sesuatu.
Tiba-tiba seorang perempuan yang membawa sebuah kebab dan sebuah koper terlihat tergesa-gesa mencari tempat duduk untuk memakan kebabnya. Saat dilihatnya kursi disebelah pria itu kosong perempuan itu langsung mendudukkan bokongnya dikursi itu. Perempuan itu meletakkan kopernya disamping bangku kemudian bersiap untuk makan kebab yang tadi dibelinya. Saat dirinya ingin memasukkan kebab tersebut kedalam mulutnya tiba-tiba terdengar suara dari perut lelaki itu. Ternyata prian itu lapar.
Perempuan itu pun berhenti makan dan menatap pria itu. "Apakah kau lapar, sir?" tanyanya.
"Ah tidak. Tidak saya tidak lapar." Dia mengelak.
"Baiklah." Perempuan itu melanjutkan kegaiatannya melahap kebabnya. Namun kegiatannya kembali terganggu dengan suara yang sama.
Perempuan itupun memutuskan untuk membagi kebabnya menjadi dua dan menyerahkannya pada pria itu. "Silahkan,sir. Jangan sungkan-sungkan." Dirinya tersenyum manis. Dan pria yang ditawari itupun tidak mempunyai pilihan lain selain menerimanya karena dirinya sangat lapar.
Perempuan itu tersenyum karena senang sudah bisa membantu seseorang.
"Apakah kau baru tiba disini?" Tanya pria itu berusaha untuk berbasa-basi dengan penyelamat perutnya.
"Yes sir. Saya baru saja tiba dan ingin menuju hotel saya."
"Ahhh. Dari logatmu ku tebak kau berasal dari London?"
"Benar sekali sir. Apakah tuan juga dari London?"
"Ya."
"Wah kita berasal dari tempat yang sama kkkk. Apakah tuan menunggu teman tuan disini?"
"Sebenarnya saya ditinggal rombongan saya." Dirinya terpaksa berbohong. Tidak mungkin dirinya mengungkapkan jati dirinya terhadap orang asing.
"Whatt? Bagaimana bisa?"
"Saya tertinggal saat sedang ditoilet."
"Bagaimana jika tuan coba hubungi teman-teman tuan?"
"Tidak ada yang bisa kuingat."
"Bagaimana ini? Apakah tuan mempunyai uang?"
"Sepertinya dompet saya diambil orang?"
"What???!! Bagaimana bisa anda setenang ini tuan. Anda harus menghubungi polisi."
"Hm uangnya tidak banyak kok."
"Tapi tetap saja. Baiklah aku akan bantu tuan mencari teman-teman tuan."
"Benarkah?"
"Yap. Aku tidak akan meninggalkan anda sendirian disini sebagai saudara setanah air aku tidak akan tega meninggalkan anda kesusahan disini tuan. Serahkan semuanya padaku."
"Baiklah. Kuharap kau bisa kupercaya."
"Tenang saja tuan." Ucapnya sambil tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESTRANEO
RomanceRuby Baker terlalu lelah dengan kehidupannya yang keras. Dirinya pun memutuskan untuk melarikan diri sebentar dari kesibukannya. Tujuannya adalah Venice, Italy. Namun, setibanya ia disana dirinya bertemu seorang lelaki yang terpisah dari rombongann...