Part 1

2.1K 98 2
                                    

Pertemuan pertama;


Langkah demi langkah diambil tiap orang untuk beraktivitas, menuju tempat tujuan, melakukan segala urusan, melewati hari dengan seluruh kegiatan produktif, tidak terkecuali pria yang sengaja memanjangkan rambutnya yang dicat berwarna biru metalik. Ini hari pertamanya masuk Universitas, masa orientasi sudah ia lalui satu minggu lalu dan ini saatnya ia benar-benar menjadi seorang mahasiswa.

Namanya Yoon Jeonghan. Terdoktrin sebagai siswa bad boy sejak Sekolah Menengah hanya karena ia memanjangkan rambutnya dan sering membantah perkataan guru yang menyuruh untuk memotong rambut.

Pernah menjadi kapten basket juga merupakan nilai tambah untuk menyebutnya bad boy.

Bukan sekali-dua kali lagi terkena tegur guru, sepanjang hari, dan sepanjang tahun. Hampir setiap bulan guru-guru selalu membawa gunting ke dalam kelas Jeonghan hanya untuk memotong rambut kepanjangan laki-laki itu.

"Kenapa tidak kalian gundul saja aku?" Tanya Jeonghan pada suatu ketika.

"Entah kenapa aku ingin begitu tapi kepala sekolah melarang. Selamat, kau membuat kami selalu repot tiap bulannya, Yoon." Ya, Jeonghan akan selalu menang atas guru-guru. Bukan karna ia anak orang berada atau anak dari kepala sekolah, tapi Jeonghan merupakan seorang kapten sekaligus maskot kebanggaan tim basket sekolahnya kala itu. Tiap mereka lomba, hampir delapan puluh persennya mereka pulang dengan membawa piala.

Luar biasa sekali.

"Pagi." Sapa Jeonghan pada teman-teman yang akan menjadi teman satu kelasnya satu semester ke depan.

"Jeonghan?" Seorang gadis memanggilnya.

"Oh, Nayoung?" Jeonghan berjalan ke arah gadis yang ia panggil Nayoung.

"Ah, ternyata benar kau! Hahahaha kita satu jurusan dan satu kelas lagi?" Nayoung tertawa sedangkan Jeonghan hanya terkekeh.

Im Nayoung, teman sekelas Jeonghan dari tingkat pertama Sekolah Menengah Atas. Seorang gadis cantik, baik dan ceria tapi berwajah judes dan jutek. Itulah alasan Nayoung masih sendiri.

"Tapi, kenapa saat masa orientasi kita tidak bertemu, ya?" Nayoung bertanya heran. Jeonghan hanya menggedikan bahunya.

"Takdir Tuhan siapa yang tau? Bagaimana jika kau berjodoh denganku?" Jeonghan mencoba menggombal.

"Hei, aku tau aku masih jomblo tapi, demi apapun, ya, Yoon Jeonghan, aku tidak mau denganmu!" Nayoung merinding.

"Kenapa? Aku tampan, pandai dan hebat dalam basket." Jeonghan membanggakan dirinya.

"Iya, aku tau. Tapi, kuingatkan, ya, kau, Yoon Jeonghan, aku ini temanmu sejak tiga tahun lalu, jadi aku sudah tau semua kebusukan dibalik wajah sok tampanmu itu. Kau laki-laki tapi sangat licik." Cibir Nayoung habis-habisan dan itu membuat Jeonghan tertawa lepas sampai seluruh isi kelas yang hampir penuh menatap penuh tanda tanya pada Nayoung dan Jeonghan.

"Tolong, Im Nayoung yang cantik, jangan sebarkan gosip itu, ya?"

"Kenapa? Kau takut tidak ada target untuk kau gombali lagi?"

"Tepat sekali!" Jeonghan bertepuk tangan.

"Menggelikan."

.

Jeonghan sedang memakan makan siang di kantin bersama dengan Nayoung, Jisoo serta Mingyu. Mereka semua teman satu sekolah dulu dan tidak sengaja ternyata satu jurusan tapi beda kelas. Hanya Nayoung dan Jeonghan yang sekelas.

"Wow. Meja kantinnya besar juga, ya." Mingyu menelaah seluruh kantin. Menghapal tiap sudut kantin dan memasukannya ke dalan memori otaknya.

"Namanya juga universitas bukan sekolah, Kim." Nayoung berujar sinis.

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang