1

6 0 0
                                    

"Wa'alaikumsalam" suara Yooga di seberang sana. "lagi ngapain za?  Aku ganggu ga? "
"lagi nyuci". Dengan ketus eza menjawab,  dia sebenarnya bingung harus bersikap gimana. Secara mereka sudah ga ada hubungan lagi.

"Wah,keganggu ya? Maaf,... Aku lagi kangen sama kamu. Sudah seminggu kita ga ngobrol".

"Hah??  Kangen.  Yoog kita kan udah putus. Lagian kenapa kangennya baru sekarang.  Kemaren-kemaren kemana? Waktu kita pacaran dulu mau sebulan ga ngobrol kamu santai aja". Emosi eza mulai kepancing.

"Maaf, aku akan memperbaiki semua kesalahanku za dan aku akan lebih perhatian sama kamu.  Aku janji!!". Nada memelas dilontarkan Yooga

"Terlambat.  Kamu tau kan kalau aku sudah ambil keputusan. Berarti itu keputusan mutlak". Emosi eza sudah di ubun-ubun, dengan cepat eza mematikan telepon dari Yooga. Eza tidak mau lagi mendengar rengekan Yooga, dia takut kalau goyah.
Goyah?? Iya,  karena Yooga adalah cinta pertama eza. Begitu juga eza,  dia adalah cinta pertama Yooga. Cinta monyet yang saling bersambut. Jadi tau dong gimna rasanya cinta pertama.

Mereka memendam rasa sejak memakai seragam putih biru, selama hampir empat tahun. Akhirnya keberanian Yooga  untuk mengungkapkan perasaan muncul karena terbakar oleh api cemburu.

Flashback on

Seragam putih biru kini berganti dengan putih abu-abu. Masa SMA kata orang adalah masa yang paling menyenangkan dan tidak terlupakan.  Dengan bekal semangat Erigza memulai masa SMA nya dengan riang gembira,  gimana ga seneng kalau hampir tiap hari dapat tebengan dari Hermawan. Teman masa kecil eza, yang rumah mereka cuma berjarak lima langkah. Dan mereka kini satu sekolah,  padahal dari TK sampe SMP sekolah mereka berbeda. Mungkin jodoh ya...

Seperti biasa eza menunggu angkot lewat untuk mengantarkannya ke sekolah. Dan tiba-tiba sebuah motor bebek merah yang merk nya merupakan salah satu planet di antariksa berhenti di depan eza.

"Aku bawakan helm ni,  ayo naik!!" Hermawan yang ga turun dari motor nya menyuruh eza lekas naik. 

"Oke bos, tumben bawakan helm.  Biasanya kita backstreet dari polisi" tawa eza yang kencang tertutup suara bis yang lewat. 

"Emang kamu mau, tiap hari dikejar polisi?"

"Ya ga lah, tapi jadi ngrepoti kan aku nya, heeheehee". Manja eza sambil ngedipin mata.

"Halah gayamu,  padahal seneng dibawakan helm.  Lagian kenapa mata kamu,  siwer?? ".

"Uhhh,  siwer?? Mata cantik gini. Lagian kenapa sech ga dari rumah aja  aku nebengnya. Kan lumayan aku ga jalan kaki buat kesini. Dan kamu nya ga repot bawa helm dua gini". Dipasangnya helm hingga menutupi rambut yang terurai.

"Ga, nanti beredar gosip di kompleks.  Turun donk pasaran aku".

"Hmmm...  Iya iya,  cowok paling ganteng se komplek. Takut banget kalau fans nya pada kabur haahaa...". Hermawan memang ganteng maskulin,  walaupun kulitnya lebih gelap dari kulit eza.  Tapi badan tegap hidung mancung dan bulu mata yang lentik. Eza aja sering iri sama bulu matanya. Nah,  cewek aja iri..

Eza tak sadar kalau ada yang memperhatikan mereka dari radius 100 meter dengan hati yang meletup letup. Motor pun melaju dengan kecepatan sedang,  sepanjang jalan mereka mengobrol sampai ga sadar kalau sudah di tempat parkir sekolah. 

"Makasih ya,, oiya nanti pas pulang aku naik angkot aja.  Udah janjian sama Yuyun". Diserahkannya helm ke  Awan, nama panggilan dari hermawan.

"kosong dong di belakang, ga ada penghuninya". Ucap awan memasang muka bete

"ahhh...  Tinggal sebut nama tiga kali.  Pasti mba kunti dateng,  haahaa".

"sem ba ra ngan".

Dan mereka pun jalan menuju arah yang berlawanan karena kelas mereka beda.

.......

Saat turun dari angkot,  eza mendapati seseorang yang selalu bikin dia salah tingkah.

"Udah pulang za? Tumben naik angkot? " nada dingin itu terlontar dari Yooga yang tadi pagi melihat eza berangkat dengan Awan.

Kok, nadanya agak horor ya.. Batin eza.

"I..iya hmm tadi janjian ma Yu..yun naaa ikk angkot.  Lagian emang biasanya naik angkot kan". Rasa canggung menyergap eza. Cepat cepat dia berjalan menuju kompleks nya

"Bukannya akhir-akhir ini kamu bareng sama Awan?" ucap Yooga dengan mensejajarkan langkah eza.  Pertanyaan yang dilontarkan seakan mengintimidasi eza. Yooga dulu satu SMP dengan Hermawan,  bahkan sempat sekelas. Jadi,  Yooga tahu betul siapa Hermawan. Cowok yang penuh tebar pesona.

"Ya kan secara kami satu sekolah Yoog,  lumayan dapat tumpangan gratis. Uang jajan ga kurang karena tarif angkot heeheehee.. ". Ucap eza menutupi rasa gugupnya.

"Ohh jadi kalau diajak naik angkot bareng aku ga mau dong". Ucap Yooga sarkas

"Ehh...  Siapa yang ga mau Yoog,  ya jelas mau lah". Sadar akan ucapannya eza menutup mulutnya. "Maksud aku, kan aku biasanya juga naik angkot heehee".

Terbit senyum tipis dibibir Yooga. Apakah ada harapan untuk mendapatkan hati eza?  Dia berbicara dengan hatinya sendiri. "Za,..."

"Eh Yoog,  kamu mau kemana? Bukannya kompleks kamu di sebelah heehee". Saat mereka memasuki gerbang kompleks eza, tanpa mendengar panggilan Yooga yang begitu lirih.

"Ohh iya,  keasyikan ngobrol ma kamu. Kalau gitu aku kesana ya". Ucap Yooga sambil menunjuk kompleks sebelah.

"iya,  dah.. ". Eza melambaikan tangannya.

"Za, boleh ga aku larang kamu buat bareng sama Awan?" ucap Yooga sedikit ragu denan mata tak lepas dari manik eza.

"Hahhh??"

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Minta tolong kalau suka dengan cerita ini inggalkan jejak ya

Dan maaf banyak typo




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JalanKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang