Aruna (sembilan)

115 11 6
                                    



Seumpama itu kau

Lalu yang benar ada

Terselip dalam belenggu

Ingat yang ku lupa


______________________________________________

Aruna merebahkan asal tubuhnya pada tempat tidur berukuran sedang, setelah seharian mengitari kampus sebagai tour susulan yang gagal dilakukannya diwaktu ospek. Akhirnya Amara mengabulkan permintaan Aruna yang merengek lelah.

Sebenarnya tidak ada yang memaksa mereka untuk melakukannya, itu murni permintaan si labil Aruna. Awalnya dengan penuh semangat ia ingin mengitari kampus dimana Amara bertugas sebagai penunjuk arah. Karna tentu saja maps yang sudah diberikan oleh panitia ospek sudah raib entah kemana, lagipula tidak lucu bukan kalau harus berkeliling dengan membawa kertas semacam itu.

Jadi alternatif terbaiknya adalah memanfaatkan teman barunya itu sebagai penunjuk arah, menggantikan tugs si kertas peta.

Ponsel gadis itu berbunyi disaat matanya baru saja hendak terpejam, menjemout kantuk yang hampir sampai. Dengan mendengus gadis itu meraba sis kosong tempat tidurnya.

Dapat.

"Haloha" Ucap Aruna dengan suara malasnya.

"kerumah" perintah seseorang di sebrang panggilan

"Dih, ngapain. Kangen?" ejek Aruna

"Ngarep. Buruan deh, ini mami yang nyuruh" lagi, seseorang disebrang sana berujar.

"Jemput kek, masa lo tega biarin gue naik motor malem-malem. Nanti kalo gue masuk angin gimana?" jelas Aruna dengan nada bicara yang didramatisir.

"Gausah manja tolong, hari gini taksi onlen banyak ya" dengus sipenelfon

"Ih sayang dong sama ongkosnya" seru Aruna

"Ya Tuhan, gue ganti gue ganti nanti duitnya. Kikir banget buset"

"dua kali lipat yaaaaa" nego Aruna yang membuat sosok itu menggerutu, namun tentu saja Aruna masih mampu mendengarnya.

"Love you" ucap Aruna sebelum memutus sambungan telfon.

Lalu dengan segera gadis itu bangkit dari rebahannya. Membuka aplikasi taksi online, lalu bergegas bersiap ketika pesanannya sudah di acc.

Aruna hanya mengganti hotpantsnya dengan training panjang. Membenarkan ikat rambutnya. Gadis itu tidak merapiknnya, hanya sedikit mengencangkan kunciran yan tadinya nyaris terlepas itu. Bahkan gadis itu tanpa ragu mengenakan sandal tidurnya, ah masa bodolah. Lagipula pergi ke luar bukan berarti harus berdandan kan? Toh ini yang ditemuinya si sableng yang menyebalkan. Tidak ada yang perlu diistimewakan, yang ada kalau ia berdandan, laki-laki itu akan mengerutkan maksimal dahinya karna merasa heran.

Untung dia sayang.

__________________________

Aruna bahkan tidak perlu bersusah payah mengetuk pintu atau menekan bel, rumah ini sudah serupa seperti rumah keduanya setelh apartemennya tentu saja. Perhatiannya sejenak teralihkan pada sebuah mobil asing yang tentu saja bukan milik si pemilik rumah, tapi mobil itu tampak baru, ah atau mungkin laki-laki itu memintanya ke sini hanya untuk memamerinya mobil baru?

Dasar tukang pamer! Dengus Aruna

"Assalamualaikum" seru gadis itu dengan kencang begitu sampai pada ambang pintu ruang makan yang memang lansung terhubung pada dapur.

Aruna, FIGHTING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang