Waktu Penyembuh

2 0 0
                                    

Aku bahkan tak mau menyebutnya kalau bisa. Semua dari kita bisa mengalaminya. Bisa sembuh dengan cepat. Dengan sendirinya. Atau bahkan hanya terbiarkan saja. Menganga. Terasa perih. Tapi tak berdarah. Meminta sang waktu dapat membantu menyembuhkan.Membayangkannya membuat perasaan tidak nyaman. Sebaiknya tak usah dibayangkan.

Aku bisa membuat orang mengalaminya. Ketika aku menyadari. Aku pun ikut mengalami. Hatiku menjadi tidak nyaman. Bahkan ikut menangis. Menyesal. Sudah pasti. Aku tidak tau, sejauh mana itu tercipta. Apakah akan termaafkan. Meski aku tau Tuhan selalu memaafkan kesalahan hambaNya. Aku tau manusia bukan makhluk sempurna. Yang bisa merelakan perasaannya karena hal yang telah ku perbuat. Kata "maaf" sudah kuucapkan. Tapi aku tak tau. Dibalik senyumnya, sudah sembuhkah "ia"?

aku menangis. Ketika dia menjawab. "Aku akan mencoba memaafkan." hatiku mencelos. Seperti roller coaster. Saat dia mengatakannya. Terima kasih. Hatiku menjadi hangat. Berjuta terima kasih yang kuucapkan. Meskipun aku tau, semuanya tak mungkin sama seperti sedia kala. Aku mencoba memaafkan diriku. Mengatakan "aku kuat. Aku bisa. Aku bisa bangkit. Dan aku memaafkan diriku."

Di sisi lain. Orang lain melakukannya padaku. Jadi, sepeti inilah rasanya. aku tak ingin ini membekas. Lalu terbawa ke masa depan. Aku ingin berdamai dengan diriku. Aku ingin merelakan semuanya. Memang, aku menangis. Berpikir aku pantas mendapatkannya. Di sisi lain, aku ingin berteriak "ini menyakitkan!" aku benar-benar ingin merelakan semuanya. Karena aku mencintai diriku. Karena aku ingin perasaan yang ringan membawaku. Hingga ku dapat terbang lepas tanpa beban di pundakku.

DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang