One.

17 1 0
                                    

VAS : ONEㅡ

🌹🌹🌹

KLING!

Aku berdecak. Ternyata lonceng pintu itu masih ada disini. Kenapa Seokjin Hyung tidak melepas saja benda sialan ini? Suaranya bising sekali.

"Jimin?"

Aku menoleh. Nah ini dia. Seokjin Hyung adalah pemilik dari kafe tempat aku berdiri sekarang ini. Aku biasanya mampir kemari selepas dari makam, dan yahㅡdulu, selalu bersama Yoongi Hyung. Mataku menjelajah sekitar, dan ternyata vas pemberian Yoongi Hyung untuk Jin Hyung saat ia berulang tahun masih terpajang rapi di kabinet kaca dekat jendela. Aku tersenyum tipis.

"Sudah lama sejak kamu kesini terakhir kalinya,"ujar Seokjin Hyung sambil membawaku ke satu meja dan duduk di seberangku. Aku mengangguk menanggapi ucapannya. "Aku agak sibuk belakangan ini, Hyung."
Seokjin Hyung tersenyum maklum, "aku mengerti." Lalu ia memanggil salah satu pelayan. Pelayan itu bernama Seulgi, dia sangat dekat denganku dan merupakan sepupu Seokjin Hyung. Seulgi lama bersekolah di U.S dan ketika dia pulang kembali ke Korea untuk libur panjangnya, ia memaksa untuk bekerja tanpa bayaran di kafe Seokjin Hyung, hanya untuk mengisi waktu senggangnya. Jadi Seulgi bisa beristirahat dan pulang kapan saja, tidak ada waktunya.

"Kau datang juga ya akhirnya, Jimin." Katanya, lalu menyiapkan notes kecilnya. "Aku tahu kamu masih merindukan Yoongi, jadi mau pesan apa?"

"Americano dan euu..black forest?"

"Americano dan black forest. Okay." Katanya dan segera berbalik pergi.

Tak lama kemudian, dia datang kembali dengan pakaian kasualnya dan rambut hitam yang tergerai, ia pun juga sudah merias ulang wajahnya. Beda jauh dari penampilannya tadi. Beberapa pasang mata menatapnya lekat, tapi dia cuek saja dan menaikkan tas mahalnya di pundaknya. Ia berjalan tanpa menoleh ke kanan atau kiri dan dengan kepala terangkat. Dia terlihat seperti model, setelah sebelumnya menjadi pelayan.
Seokjin Hyung tergelak melihatnya, sama sepertiku.

Seulgi duduk di samping Seokjin Hyung, dan kami terlihat seperti keluarga kecil dengan aku sebagai anaknya yang disidang karena kesalahan. Tetapi Seokjin Hyung sudah menikah dengan seorang pria bernama Namjoon, dia juga dekat denganku dan baik sekali.

"Shift mu sudah selesai, Seulgi?" Tanyaku. Wanita itu duduk bertopang dagu dan memandangiku. "Yah, begitulah. Aku 'kan bisa pulang kapan saja, dan Si Bodoh ini tidak membayarku." Jawabnya sambil menjitak kepala Seokjin Hyung.
"Bodoh, kan kau yang meminta untuk tidak dibayar!" Balas pria itu tidak terima. Seulgi memutar bola matanya malas dan mulutnya berkomat-kamit dengan maksud mengejek. Terlihat lucu, tetapi aku hanya bisa terkekeh pelan. Tidak bisa tertawa lebar seperti biasanya.
Dulu kami selalu duduk dengan posisi seperti ini jika bertemu di kafe. Bedanya, bangku sebelahku diisi Yoongi Hyung. Entah kenapa mataku kembali memanas ketika mengingatnya.

"Jimin matanya berkaca-kaca," kata Seulgi setelah dia dan Seokjin Hyung bertengkar barusan. Tangannya mengelus-elus pundakku, wajahnya memancarkan rasa prihatin yang sangat ketara. Seokjin Hyung mengelus kepalaku. "Jangan menangis lagi, Jimin." Hiburnya.

Pelayan lainnya datang, dan menyusun hidangan-hidangan pesanan kami di meja. Seokjin Hyung mengernyit melihat pesananku.

"Americano? Aku baru sadar kamu pesan itu. Bukankah kamu tidak suka pahit?" tanyanya. Aku enggan menjawab, hanya mengaduk-aduk isi gelas tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VASㅡy•mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang